Disaat perdebatan mereka, semua murid-murid melihat mereka bahkan ada tiga orang wanita yang tersenyum angkuh dan sangat bahagia melihat pertengkaran di depan pintu. Pertekangkaran diantara ketujuh murid itu membuat tiga wanita yang mengintip itu merasa menang, mereka adalah Ines, Luna dan Reva.
"Ya, teruskan saja bertengkar. Gue sangat bahagia melihatnya dan nanti kita bakal perkeruh lagi persahabatan mereka dan untuk merayakan rencana awal, mari kita party nanti malam." Ucap bahagia Ines kepada Luna dan Reva, dan membuat mereka bahagia mendengarnya.
"Wah lo emang terbaik Nes, rencana lo gue acungi jempol 4 deh," ucap bangga luna.
"Eh mending masuk kelas kita aja, nanti ketahuan lagi sama mereka," ucap Reva yang mengajak larena takut ketahuan dan mereka pun mengangguk setuju.
.
Tak terasa jam pelajaran telah selesai semua murid pulang menuju ke parkiran untuk kerumah masing-masing kecuali Ellard masih duduk dikelasnya, ia sangat kesal kenapa ia sekarang menjadi menurut dengan Ines hanya karna satu hal.
Sebelum pulang sekolah, tadi Ines mengirimkan pesan ke Ellard untuk mengantarkannya. Pertama Ellard tidak mau karna bisa membuat para sahabatnya makin murka dan juga ancaman Ines juga tak main - main membuat Ellard mengiyakan saja kemauan Ines.
Ellard yang masih duduk dibangku sambil menatap kosong ke depan seketika terhenti karna hp nya berdering.
Tring tring
Ellard mengangkat dan telpon tersambung.
"Hallo Elllard, udah dimana? Duh panas Ellard disini ihh. Gue udah di parkiran! Malah depan mobil lo nih. Cepat buruan kesini, gue mau pulang nih, cepetan ya Ellard sayang," ucap Ines.
Sengaja Ines membuat suara dibuat-buat sangat manja agar Ellard gemas mendengarnya tapi bukan nya gemas Ellard sangat jijik mendengarnya. Di mata Ellard hanya gadis mungilnya saja. Hanya Qiana saja yang sangat cute dan menggemaskan natural tanpa dibuat-dibuat.
"ARGHHHHH!!!"
Kesal Ellard yang mendapat telpon dari Ines membuatnya berteriak dan langsung menerjangkan meja kursi di depannya.
Ellard langsung pergi melangkah ke parkiran menuju mobilnya dan terlihat disana ada Ines dan teman-temannya sedang menunggu. Tapi saat Ellard sedang ingin masuk mobil. Ines menyapanya tapi tak di balas bahkan ditatapnya saja tidak.
"Hai Ellard sayang," sapa manja Ines namun Ellard malah acuh dan menyuruhnya masuk.
"MASUK!"
"Iya Ellard sayang, jangan marah-marah gak sabar banget mau pulang bareng ya," ucap Ines yang tidak tau malu bukannya mengerti Ellard tak suka malah makin dibuat makin tak suka.
"STOP! lo apa-apaan mau duduk di depan? Sana duduk dibelakang! Lo gak berhak duduk disamping gue dan satu lagi gue gak ngajak temen lo karna yang gue TABRAK cuma lo bukan kalian bertiga!!!" Ucap kesal Ellard.
Deg! Seperti tusukan pisau kata-kata yang dilontarkan Ellard tapi tidak membuat Ines menyerah malah makin menjadi-menjadi.
"Iya-iya sayang ,sabar jangan marah kamu lelah banget kayaknya makanya marah-marah," ucap Ines yang tak tau malu malah seperti tidak terjadi apa-apa.
Percocokan dua orang itu tak luput dari pengelihatan sahabatnya.
"Luna, Reva bantuin gue lagi! tuntun jalan ke belakang dan ya kalian naik angkot aja. gue gak bisa bareng kalian karna kita mau jalan-jalan bareng berdua."
Luna dan Reva malah mengagguk setuju mendengarnya.
Saat diperjalan Ellard hanya diam fokus menyetir tapi makin lama Ellard kesal lantaran Ines berkicau yang tidak penting bagi Ellard.
"El tau gak aku seneng banget."
"Oh iya El kapan-kapan jalan yok?"
"El kita cocok banget ya kalo jadi pasangan."
"Coba kamu dari dulu terima aku pasti gak bakal pacaran sama cewek gatel itu dan kita‐-"
Karena susah muak mendengar Ines berbicara yang tidak penting dan sangat tak menarik untuk Ellard ia pun murka.
"DIAM!!! Lo ganggu aja tau gak! Gue kagak peduli apapun tentang Lo!"
Ines langsung diam dibuatnya dan sampailah mereka di rumah Ines hanya keheningan.
"Maaf ya Elllard sayang, gue tadi udah buat lo kesal. Gue tau lo pasti capek banget uhh calon suami idaman gue banget, oh iya kalo mau main kerumah datang aja ya gue siap kok kapan aja lo mau," ucap Ines seenaknya.
Ines pun langsung keluar mobil dan disambut oleh pembantu untuk menutun dia berjalan masuk.
Ellard pun melajukan mobilnya keluar perkarangan rumah Ines. Ellard sangat emosi sekali hari ini dia rasa tidak sanggup. Ellard sangat merindukan gadis kecil yang menggemaskan, ingin sekali ia kerumah Qia dan memeluknya tapi situasi tidak mendukung.
"Ahhh! gue gak sanggup sehari gak bersama Qia. I MISS U LITTLE GIRL!"
....
Dilain tempat seorang ibu dan anaknya berbaring menyalurkan kasih sayang.
"Bunda Qia harus gimana ya bun? Qia bingung bun," lirihnya sambil memeluk sang bunda dan menatapnya dari bawah.
"Qia kan belum tau permasalahannya apa, jadi jangan ambik keputusan sembarangan ya. Qia jauhi dulu Ellard untuk sementara waktu. kalau nanti Ellard nyakitin Qia. Ya udah putusin aja dan jika Qia gak sanggup buat lupain Ellard nanti kita bisa pindah. Jangan terlalu dipikirin sakitkan jadi nya, masih kecil maka nya jangan pacaran jadi sakit kan."
Diana yang berbicara dan sambil menatap putrinya menjadi gemas lantaran Qia mendongak dan mempoutkan bibirnya dengan mata hidung yang masih merah membuatnya terlihat seperti bayi, tentu sangat menggemaskan.
Diana yang tak tahan karna melihat putrinya pun mengesekan hidungnya ke hidung sang putri. Tak lupa mengunyel pipi Qia yang membuat Qia kesal.
"Bunda ih nakal banget," ucapnya merajuk dan kesal tapi malah membuat Diana makin gemas.
...
Sudah tiga hari sejak kejadian. Qia sudah masuk sekolah, ia mulai membiasakan tanpa Ellard.
Terbukti ia selalu mengabaikan pesan, telpon, bahkan Ellard yang ingin mengajak berbicara Qia, malah tidak digubris atau pergi meninggalkan Ellard.
Ellard yang didiamkan dan tak dipedulikan oleh sang kekasih sangat kesal dan marah tapi ia tahan takut ia melampiaskan ke Qia yang justru membuatnya makin kesal dengannya.
Dengan Qia yang menjauhinya malah justru Ines menjadi-jadi. Malah pernah bergelanjut mesra di lengan Ellard tapi langsung ditepis Ellard.
Dan sekarang Malah Ines dan sahabatnya yang menghampiri Ellard ke kelasnya dan membawa bekal.
Karna bangku Qia dan Ellard sampingan. Hanya dipisahkan lorong jalan agar bisa berjalan keluar.
Qia sedari tadi menahan kesal dan sangat susah untuk menghabiskan makanannya karena kesal melihat Ines yang sok romantis dengan Ellard yang hanya diam setuju saja, atas apa yang Ines lakukan.
"Sabar Qia, kita lihat saja sampai kapan mereka seperti itu dan gue juga punya ide nanti," bisik Bella menenangkan sahabatnya dan membuat Qia mengangguk setuju mendengar nya.
Ines yang sedari tadi duduk ingin berdiri dan membawa minum ditangannya, ia ingin menyodorkan minuman ke Ellard tapi saat ingin menyodorkan malah mengenai Qia dan ya basah sudah baju Qia.
"AHHH DINGIN!" Teriak Qia yang kaget tiba-tiba diguyur air dingin, ia langsung berdiri mengelapi bajunya yang basah.
"Duh sorry, Qia gue gak sengaja tuh. Kan kaki gue sakit," ucapnya dramatis.
"Iya gapapa kok, ini bukan salah kamu."
Bell kesal melihat Ines yang sengaja menumpahkan air ke baju Qia tapi malah dimaklumkan oleh Qia karena alasan yak sengaja kakinya sakit.
"Sinting lo! Pasti lo sengajakan numpahi itu ke Qia! dasar wanita gila!" Marah Bella sambil menunjuk-nunjuk Ines yang makin menjadi.
" Udah-udah Bella, Jangan marah. Qia gapapa Ines juga kakinya susah jalan jadi dia gak salah kok," ucapnya lembut.
"Qia dia itu sengaja! gue lihat sendiri kok lagian kalo gak sengaja kenapa harus kena lo. Udah tau susah jalan malah beridiri," ucap Clara yang ikut kesal pun akhirnya menjambak Ines tapi ditahan Qia.
"Udah ra. Jangan marah-marah. Ayok temenin Qia ke kamar mandi nanti Qia masuk angin " ucapnya yang mengajak Clara tapi baru selangkah berjalan terhenti.
Karna lorong untuk berjalan antar barisan sangat sempit, Ines pun menjatuhkan diri seolah-olah di dorong Qia.
Semua kejadian sedari tadi tak dilihat Ellard karna ia sangat muak melihat Ines dengan tingkahnya jadi ia memakai earphone dari awal Ines masuk ke kelasnya dan membiarkannya saja tanpa meladeni, tapi Ellard langsung membuka lebar mata dan earphonenya saat bahunya ditepuk.
"Ahh sakit! Hiks...hiks sakit."