Pukul dua dini hari. Seperti ada panggilan alam, ia terbangun. Genggaman erat terasa menyatu hangat di telapak tangannya. Ia melepas genggaman tangan itu lalu mengelus puncak kepalanya dengan halus. Membuat si pemilik kepala dengan rambutnya yang panjang terbangun bersama sebuah tanya. Namun, tidak segera ia jawab.
"Kamu udah nggak sakit, Li?"
"Harusnya aku yang tanya begitu!" ketus gadisnya. Sebal karena pertanyaannya tidak dijawab dulu.
"Terakhir kali ketika kita bertemu untuk menemanimu terapi, kamu pingsan dengan darah terus keluar dari hidungmu. Lalu aku bawa ke rumah sakit, tapi setelah itu aku pergi. Kamu sakitkah?"
Diraihnya kembali tangan yang masih terasa dingin itu. Padahal jelas-jelas pemiliknya masih hidup dan bernapas. Menandakan respirasi selulernya tidak bekerja dengan baik. Kemudian