Gadis itu baru saja keluar dari sebuah gedung bercat abu-abu dengan palang 'konsultasi psikologi'. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan nya. Sudah hampir pukul lima sore dan hari ini ia belum menemui Alga. Ah, rasa nya begitu rindu. Pasti Alga sedang menunggu di tempat yang sudah ia janjikan.
Sudah sebulan yang lalu sejak kepergian Gigi, Eiryl bersyukur kalau Alga tidak terpuruk. Bahkan sekarang, laki-laki itu justru menunjukkan jika diri nya pun bisa untuk bangkit.
Lantas tangan nya terulur untuk menghentikan taksi yang melintas. Dan bersama taksi itu, ia melaju menuju tempat itu.
Jemari nya bergerilya mencari kontak nama Alga untuk menghubungi nya. Tidak lama kemudian terdengar suara Alga di seberang.
"Ga, kamu udah nyampe?" tanya Eiryl.
"Udah. Nih, lagi makan bakso," jawab Alga di seberang.
"Kok kamu makan nya sendirian aja, sih?" omel Eiryl merasa tidak terima kalau Alga menikmati bakso nya sendiri.