Chereads / Gadis Pilihan / Chapter 24 - Itu Lagi Khilaf

Chapter 24 - Itu Lagi Khilaf

Setelah kepergian Eiryl, Alga kemudian menatap buku milik Gigi yang masih ada di tangan nya. Ia mengembuskan napas, untuk membuka nya pun sudah terlalu malas. Tangan nya terulur, menarik pintu laci paling bawah dan menaruh buku itu. Ia berjanji, tidak akan pernah membuka laci itu lagi.

Pandangan nya beralih pada jendela lebar di samping nya. Susah selarut ini ia ikut merayakan hari ulang tahun Gigi. Sekali lagi, ia menghela napas dengan berat.

Tok! Tok! Tok!

Alga menoleh ke arah pintu.

"Alga," panggil Gigi dari luar.

Alga menghampiri pintu dan tidak menyahuti panggilan Gigi.

"Gue tau kalo gue salah."

Ya, jelas. Ia memang salah. Kenapa baru menyadari nya sekarang?

"Gue nggak punya banyak waktu lagi, Ga."

Apa maksud nya? Alga masih berdiri di belakang pintu dan ia membenci perkataan Gigi.

"Ga. Buka, gue mau ngomong."

Alga menarik napas nya. "Ngomong aja. Saya denger, kok," balas nya pelan. Bahkan terdengar jika ia agak malas.

Gigi diam sejenak. "Eiryl itu nunggu lo. Dia berharap sama lo. Gue ngelakuin itu semua supaya lo cepet pacaran sama dia.

"Nggak masuk akal, Gi."

"Ga, percaya sama gue."

"Ini hari hari ulang tahun kamu. Seharus nya kamu yang terkejut, bukan saya."

"Iya. Maaf, gue salah."

"Kamu nggak salah."

"Gue salah."

"Terserah."

"Apologies, Ga."

"Yeah." Alga mendesah.

"Yang ikhlas, Ga."

"Kamu yang nggak pernah ikhlas."

Gigi terkekeh. "Ga."

"Hm."

"Sekali lagi maaf, ya."

Dengan cepat Alga membuka pintu kamar nya. Hingga nyaris membuat Gigi terjungkal ke depan karena bersandar pada pintu.

"Sialan, lo," rutuk Gigi menatap ganas Alga.

Alga berdecak sambil menatap Gigi dengan malas. Kemudian ia kembali menutu pintu. Sukses membuat Gigi berdecak sebal.

"Thanks, ya, buat semua nya," ujar Gigi sambil berlalu.

Ketukan tongkat nya terdengar semakin menjauh. Alga menarik napas dengan berat lalu menjatuhkan tubuh nya yang bersandar pada pintu ke lantai. Huh, kenapa seberat ini, Tuhan?

Alga menyapu kedua tangan nya di wajah. Kemudian bangkit menuju laci di samping bangsal. Ia kembali mengambil buku milik Gigi. Menatap buku itu dan mendesah lagi.

***

Matahari seakan memaksa masuk ke dalam ruangan itu. Alga menyipitkan mata nya saat melihat sosok gadis tengah membuka gorden yang menutupi jendela. Lantas merengangkan tubuh nya yang kaku. Namun, ia terdiam menatap tangan nya yang masih memegang buku milik Gigi. Apa semalam ia ketiduran?

Tapi pandangan nya kembali tertuju pada gadis di hadapan nya.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Alga datar.

"Gadis itu menoleh. " Kenapa? Nggak boleh?"

Alga menegakkan tubuh nya.

"Semalaman aku nggak bisa tidur. Jadi pagi-pagi aku kesini," jelas gadis itu.

"Kamu nggak ke sekolah?"

Eiryl menggeleng. Iya, gadis itu adalah Eiryl. Gadis seperti bidadari yang..... Ah, sudahlah! Alga pun mengakui jika Eiryl memang seperti bidadari, cantik dan baik. Tapi bayangan semalam saat Gigi mencium nya cukup membuat hati nya sakit.

"Oh iya, lain kali kamu nggak usah repot-repot ke sini," ujar Alga bangkit dari bangsal dan berjalan menuju lemari pakaian nya.

"Kenapa?" tanya Eiryl mengernyit dalam.

Alga terdiam. Ia teringat saat diri nya yang jelas-jelas meminta Eiryl untuk selalu ada bersama nya. Tapi kenapa malah menjadi seperti ini? Ia tahu hati nya sedang kecewa.

"Nggak. Lupain aja," ujar Alga melenggang masuk ke dalam kamar mandi.

Eiryl terkekeh. "Dasar cowok aneh."

Membuat Alga sempat bergeming saat hendak mendorong kenop pintu kamar mandi. Ia mengulum bibir lantas masuk.

Eiryl menghela napas saat Alga menghilang masuk ke kamar mandi. Ia tahu perasaan laki-laki itu yang sedang kecewa pada nya. Namun dengan mudah nya, Eiryl malah mendatangi Alga sepagi ini. Ia duduk di tepian bangsal. Menunggu Alga sampai selesai membersihkan tubuh nya.

Lima belas menit berlalu, Alga muncul dengan handuk melilit di pinggang nya. Eiryl tahu itu meski diri nya membalikkan tubuh menghadap ke jendela. Lalu laki-laki itu kembali masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil pakaian nya.

Dan lima menit kemudian Alga muncul dengan handuk di kepala nya dan setelan kaos kasual yang melekat di tubuh nya.

Eiryl membalikkan tubuh nya. Menatap Alga dan menangis. Hal itu sukses membuat Alga memandang nya dengan raut bingung.

"Kamu kenapa?" tanya Alga mendekat.

"Aku nggak mau kamu marah," lirih Eiryl kemudian menunduk.

"Saya nggak marah," sela Alga.

"Kamu marah," sangkal Eiryl.

"Nggak."

"Iya."

Alga menghela sabar. "Udah, nggak usah nangis," ujar nya.

"Kamu nggak peluk aku?" ujar Eiryl terisak. Ia merasa sedih saat melihat Alga dengan raut bingung nya yang datar.

"Bukan muhrim" balas Alga melenggang membuka jendela.

"Terus kemarin?" tanya Eiry.

"Itu lagi khilaf," jawab Alga enteng.

Eiryl berusaha menghentikan tangis nya sendiri. Namun, kenapa Rasa nya sangat sulit. Ia berusaha menghapus air mata nya yang masih terus bergulir. Lalu duduk membelakangi Alga, karna ia tahu laki-laki itu masih marah.

Alga melirik Eiryl. Menatap punggung ramping nya yang sedang bergetar karena harus menahan isak nya.

"Saya jahat ya, sama kamu?" Alga bersuara membuat Eiryl lantas terdiam.

"Iya?" lanjut Alga menunggu jawaban dari gadis di hadapan nya.

Eiryl menggeleng pelan.

"Jawab. Kalo kamu gitu aku mana bisa ngerti," ujar Alga tidak bisa menahan rasa kesal nya. Kesal karena sudah membuat Eiryl wanita yang ia cintai menangis.

Eiryl masih terdiam. Kemudian ia memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Tapi ia kembali menunduk saat melihat wajah Alga yang pias.

"Aku yang jahat," ujar Eiryl lirih.

"Kalo kamu yang jahat kenapa kamu yang nangis?" tanya Alga sukses membuat Eiryl bungkam tidak tahu harus ngomong apa.

Namun sesaat kemudian.

"Aku nggak mau kamu marah." ujar nya masih terisak.

Alga terlihat mendesah berat.

"Aku harus apa biar kamu nggak marah lagi sama aku?" ujar nya lagi dan semakin terisak. Berharap agar Alga dapat memaafkan nya.

Alga masih menatap Eiryl. Ah, sudah lah, Alga! lebih baik kamu memaafkan gadis malang itu. Kau mencintai nya bukan?

"Berhenti nangis karna itu membuat ku gagal jadi laki-laki."

Eiryl menoleh mendengar ujaran Alga. Kemudian ia menunduk untuk menghapus air mata nya.

"Maafin aku," ucap Eiryl memohon.

"Iya. Maafin aku juga." Alga membalas nya bersamaan dengan segaris senyum tipis di ujung bibir nya. Perasaan nya tiba-tiba seakan menjelaskan bahwa ia sangat menyayangi gadis di hadapan nya itu.

Lalu tangan nya bergerak untuk memberikan handuk nya pada Eiryl.

"Buat apa?" tanya Eiryl heran.

"Buat hapus air mata kamu."

"Ngaco."

Alga terkekeh melihat wajah kesal Eiryl. Tapi bagi Eiryl, itu cukup membuat nya lega. Apa itu cara Alga untuk menghibur nya?