"G-gimana m-mas? p-pesen semua?menu kita banyak loh mas, t-tapi kalau namanya ibu bos kita gak berani kasih," pegawai itu meringis.
"Yakin? bilangin dulu sana sama bos kamu yang cantik itu," Adiyaksa mengeluarkan semua kartu debit dan kredit miliknya untuk pegawai itu lihat.
Adiyaksa semakin merasa menang saat melihat pegawai itu mengangguk kaku dan berlari menuju ruangan yang dimasuki oleh wanita pujaannya. Laki-laki itu bersandar pada bangku cafe, menghirup aroma kopi yang menguar ke penjuru kafe, dia benar-benar menyukai desain interior di kafe ini, banyaknya tanaman hijau di dalam kafe membuat pendingin ruangan semakin terasa sejuk menembus kulit.
Menunggu wanita pujaannya yang masih tak kunjung keluar sama sekali tidak membuatnya bosan, dinding kaca pada kafe ini membuatnya bisa memandang kegiatan setiap orang di jalan malioboro. Banyak pertokoan yang terlihat sibuk, seperti dirinya yang sedang sibuk memikat seorang wanita.
Pikirannya melayang pada wanita yang memiliki warna rambut perpaduan hitam kecoklatan sungguh pas dengan kulitnya yang berwarna kuning langsat, mata hitam pekat yang menghipnotis Adiyaksa hingga tak ingin sedikitpun berpaling. Adiyaksa suka. Tapi Adiyaksa tebak, dia bukanlah asli gadis Jawa biasanya, dia pasti masih memiliki darah asing. jika Adiyaksa tebak, darah China, kulitnya terlalu putih jika dibanding Adiyaksa karena dia laki-laki keturunan Jawa asli.
***
"Apa? borong? yang bener? sial! " Cintia mengumpat.
"Masnya tadi juga bilang, kalau pesanannya udah jadi, dia mau mbak yang antar ke mejanya, gak mau yang lain mbak, gimana? mbak mau? " lanjut pegawai itu.
"Tapi sayang mbak kalau ditolak, mbak bisa untung banyak loh. "
"Sita! Kamu bisa diem gak sih? kamu mau jual aku ya? gimana dong Sit? aku bingung, tapi kan…argh! " teriaknya frustasi. Ingin Cintia menangis meraung sekarang juga, tidak sanggup melawan Adiyaksa. Sungguh di luar dugaannya, Cintia terlalu meremehkan Adiyaksa dan menganggapnya seperti laki-laki pengecut yang pernah mendekatinya. Adiyaksa terlalu nekat, terlebih hanya ingin mengetahui namanya saja. Cintia tidak habis pikir apa bagusnya dia. Sampai laki-laki itu mengeluarkan ratusan ribu hanya untuk tahu namanya saja. Cintia akui dia memang cantik, siapa yang tidak ingin memiliki wajah sepertinya, pipi sedikit chubby dan bibir merah alami, menggemaskan sekali bukan. Itulah banyak orang yang tidak akan percaya bahwa usia Cintia sudah 26 tahun.
"Biar aku mikir dulu, " kedua tangan Cintia berada di atas meja untuk menopang kepalanya. Dia sangat pusing dengan kejadian hari ini.
"Boleh gak sih langsung dipercepat hari ini? sekali mengedip udah langsung pagi lagi? " batin Cintia mengumpat.
"Saya keluar. Biar saya yang tangani dia, " Cintia berjalan dengan gontai tanpa tenaga menuju Adiyaksa.
Terlihat senyum Adiyaksa yang mengembang lebar saat melihat kedatangan Cintia. Bahkan Adiyaksa menarik bangku di depannya untuk Cintia duduki, terlihat seperti lelaki tulen. Tapi sayangnya tidak menggerakkan hati Cintia sedikit pun, Cintia masih mempertahankan raut datarnya meski rasa ingin memukul kepala Adiyaksa sangat besar. Kedua mata Cintia pun melihat banyaknya kartu yang berjajar di atas meja, terlihat terpercaya. Matanya pun memindai Adiyaksa dari ujung kepala hingga kaki.
Kemeja yang dikenakan Adiyaksa adalah kemeja dari brand ternama, termasuk celana, dompet bahkan jam tangannya. Siapa yang tidak tahu brand Rolex, sudah Cintia pastikan dia orang kaya, Cintia menduga Adiyaksa lebih kaya daripada dirinya yang hanya seorang pemilik kafe banyak cabang di Yogyakarta.
Cintia kembali meraup oksigan yang berada disekitarnya karena paru-parunya seakan penuh dengan rasa penat saat memandang Adiyaksa. Laki-laki itu pun tahu bahwa dia sedang diperhatikan, dia semakin menggunakan kesempatan itu untuk terlihat tampan di hadapan Cintia. Tidak masalah dia akan dijuluki laki-laki genit asal mendapatkan Cintia, dia juga rela jika harus menghabiskan waktunya hingga satu hari penuh di cafe ini asal selalu melihat Cintia disekitarnya.
"Cintia Klara, " tangan Cintia menengah meminta kartu Adiyaksa. Dia sudah memberitahu namanya dan transaksi jual beli makanan harus segera dilakukan, dia tidak boleh tertipu begitu saja.
Adiyaksa segera memberikan salah satu kartunya pada tangan Cinta, tapi tiba-tiba kedua matanya terbelalak kaget saat tidak sengaja menyentuh jemari Cintia. Sangat lembut, batinnya meronta ingin menggenggam tangan itu lagi.
"Aku Adiyaksa, kamu gak perlu ragukan aku. Kamu bisa lihat kegigihanku nanti, aku akan berjuang, jangan pernah anggap remeh Adiyaksa Mahendra, kamu bisa cari namaku di pencarian internet biar percaya," Adiyaksa mengedipkan satu matanya pada Cintia.
Cintia mengarahkan buku menu pada Adiyaksa, dia membiarkan Adiyaksa memilih sesukanya asal harus sebanyak mungkin, seperti kata-kata Adiyaksa. Susah payah Cintia. Menahan umpatannya agar Adiyaksa tidak berubah pikiran, dia bisa rugi kalau Adiyaksa berubah pikiran, laki-laki itu terlanjur mengetahui namanya.
Setelah Adiyaksa mengatakan pesanannya pada pegawai, Cintia pergi untuk melakukan pembayaran Adiyaksa hingga selesai. Kaki cantik itu kembali berjalan mengarah ke ruangannya untuk melanjutkan pekerjaannya yang sangat tertunda. Entahlah Cintia merasa sial dan beruntung secara bersamaan, siapa yang tidak mau mendapat keuntungan sebanyak itu, hingga jutaan. Cintia akui, laki-laki itu cukup loyal, tidak hanya membeli satu porsi dari setiap menu tapi banyak porsi. Cintia jadi ingin tahu akan Adiyaksa apakan makanan sebanyak itu.
"Apa sih perasaan dari tadi perhatiin aku terus, kaya gak ada pemandangan lain aja. "
"Ya aku tahu aku cantik, badan bagus begini tapi kan gak harus cowok kaya gitu! genit banget lagi! amit-amit kalau sampai suka sama dia, " ocehnya begitu memasuki ruangannya.
Cintia meneguk segelas air mineral dingin yang ada di ruangannya, tapi rasanya Cintia ingin menyiram wajahnya saja agar otaknya tetap sadar. Cintia juga mayakinkan dirinya untuk tidak sampai terpikat dengan Adiyaksa karena dia menganggap laki-laki seperti Adiyaksa pasti tidak bisa menghilangkan sikap genitnya saat bertemu wanita cantik yang lain.
"Lihat aja, nanti juga kalau ada yang lebih seksi pasti di deketin langsung itu, kalau bisa dinikahi langsung saat itu juga. Dia pikir aku bodoh apa, gak bisa gitu ya dasar cowok gila, " Cintia mengacak rambutnya frustasi.
Matanya membulat saat dia mengingat sesuatu, dengan sigap jarinya mengetikkan nama Adiyaksa Mahendra pada pencarian internet dan semakin terbelalak matanya saat membaca barisan kalimat pertama di internet.
"Pengusaha properti asal Yogyakarta yang sukses di umurnya yang menginjak 30 tahun, semakin memperluas jangkauan pasarnya dari properti sederhana hingga mewah. Tidak hanya Yogyakarta, tapi ibukota telah menjadi saksi bagaimana suksesnya usaha properti Adiyaksa, "
Tubuh Cintia seakan lemas seketika, kepalanya menelungkup di atas meja, tidak peduli benturan yang membuat dahinya merah. Tapi semua akan kalah dengan rasa terkejutnya saat mengetahui siapa Adiyaksa. Cintia semakin ingin membenturkan kepalanya pada meja sekarang. Dia harus hati-hati.