Setelah diberikan arahan untuk berkumpul dilapangan, para siswa dan siswi diberitahu untuk segera melakukan diskusi antar kelompok masing-masing, karena mereka akan melaksanakan sebuah permainan bernama Bintang Tersembunyi. Pak Harso selaku salah satu Jenderal yang merangkap sebagai pembawa acara di antara teman-temannya yang lain sudah sempat menjelaskan bahwa permainan ini adalah sebuah permainan untuk salimg bertahan dan juga melihat bagaimana kerjasama antar kelompok jika diadu. Masing-masing kelompok nantinya akan berpencar untuk mencari sebuah bintang yang bertuliskan sebuah nama dan nama kelompok.
Total ada delapan kelompok dari permainan ini, di mana enam kelompok adalah laki-laki—Hiu, Nemo, Arwana, Patin, Gabus dan Nila— sedangkan enam kelompok lainnya adalah perempuan—Mawar, Tulip, Cempaka, Anggrek dan Matahari— dan nama seseorang yang dituliskan pada bintang tersebut adalah nama perwakilan dari masing-masing kelompok.
Semua kelompok harus mencari bintang yang disembunyikan oleh para panitia, jika mereka menemukan bintang milik kelompok mereka sendiri, maka mereka boleh menyembunyikan atau memindahkan bintang tersebut ke tempat lain agar lebih sulit untuk dicari. Sedangkan tujuannya adalah mereka harus menemukan satu bintang yang berlainan, yang artinya kelompok laki-laki harus mendapatkan bintang dengan nama kelompok perempuan, begitu pula sebaliknya.
Mereka hanya perlu menemukan satu bintang berlainan untuk menang, lalu memberikannya kepada Pak Harso yang akan mengawasi mereka dari podium kebanggaannya.
DUAR!
Let's start the game!
Suara bising mulai terdengar tak di mana-mana, tapi kebisingan itu tidak mengganggu Arsha sedikit pun. Tulip—kelompok Arsha, bergerak cepat untuk mencari tanpa suara, ada sepuluh orang dalam kelompoknya dan itu sudah sangat cukup hanya untuk mencari satu buah bintang. Arsha sudah memberikan arahan kepada kelompoknya untuk berpencar menjadi tiga bagian, dia ditunjuk oleh teman-temannya untuk menjadi ketua secara mendadak karena dirinya bisa dengan cepat mengambil keputusan disaat-saat genting, hal tersebut membuat Arsha senang karena sudah diberikan tanggung jawab yang artinya teman-temannya sudah menaruh kepercayaan padanya.
Arsha, Tirani dan Aza berjalan sambil menajamkan kedua mata mereka untuk melihat sekeliling. Di sekitar mereka ada banyak anak-anak lain yang melakukan hal yang sama. Arsha sedikit takut ketika ada beberapa kelompok laki-laki yang sudah berlari ke arah Pak Harso, semoga bukan kelompok gue, batinnya dalam hati.
Kedua mata Arsha semakin menyipit kala menemukan sebuah bintang yang berada diantara daun-daun, dengan cepat gadis itu berlari dan mengambil bintang tersebut. Binggo! Bintang tersebut ternyata bertuliskan Akarsha Jagaditha (Tulip) yang berarti bintang tersebut merupakan bintang milik kelompok mereka.
"Kelompok kita," Arsha berbisik ketika Aza dan Tirani menghampirinya.
"Sembunyiin," desis Tirani pelan.
Mereka kembali berjalan untuk mencari bintang lainnya sekaligus mencari tempat untuk menyembunyikan bintang milik mereka. Tirani menunjuk bebatuan yang sedikit besar, mereka akan menyembunyikan bintang mereka di antara bebatuan tersebut.
Sepertinya nasib mereka sedang beruntung, karena tepat ketika mereka menyembunyikan bintang Tulip, mereka justru menemukan bintang lainnya di tempat yang sama dengan bertuliskan Zakiel Tanubrata (Nemo), bintang milik salah satu dari kelompok laki-laki.
"TULIP!"
Arsha berteriak seraya berlari bersama dengan dua temannya menuju tempat awal mereka berkumpul, itu adalah cara yang sudah mereka tentukan untuk kembali berkumpul ketika salah satu dari pencaran mereka sudah menemukan salah satu bintang. Ketika sudah berkumpul mereka akhirnya langsung menghampiri Pak Harso dengan segera.
*
Permainan berakhir setelah satu setengah jam dan permainan ini tidak berjalan mulus untuk semua kelompok, pasalnya masih ada sisa lima kelompok tersisa yang tidak berhasil menemukan bintang sampai batas waktu pencarian berakhir. Arsha tersenyum bangga ketika kelompok Tulip berada pada barisan ke-enam, gadis ini yakin bahwa bintang milik mereka masih tersembunyi dengan aman di bebatuan tadi.
"Semuanya sudah berkumpul?!" Suara Pak Harso terdengar nyaring.
"SUDAH, PAK!"
"Wah, ternyata enggak semua kelompok berhasil dapetin bintang ya?" Pak Harso menunjukkan raut sedih, yang membuat lima kelompok pada barisan berbeda lantas menyorakinya.
Pak Harso tertawa mendengar sorakan itu. "Setiap kelompok yang punya bintang, punya kesempatan untuk memberi hukuman untuk nama kelompok yang mereka dapatkan!"
Sorak-sorai kebahagiaan terdengar setelah Pak Harso mengucapkan itu, Arsha kembali tersenyum bangga lagi, gadis ini senang sekali karena permainan ini berjalan dengan menyenangkan dan jujur saja dirinya bersenang-senang selama mencari tadi walaupun ada sedikit kepanikan tentang bagaimana jadinya jika mereka tidak berhasil menemukan bintang itu.
"Tapi kalian enggak boleh senang dulu." Lanjutan kalimat Pak Harso mengundang keluhan dari beberapa siswa yang lantas bertanya kenapa? kepadanya. Lalu Pak Harso kembali menjelaskan, "Untuk kelompok yang mendapatkan bintang berlainan yang sama, seperti contohnya Hiu menemukan Mawar dan Mawar juga menemukan Hiu, maka hanya akan ada satu kelompok yang bisa memberikan hukuman!"
Beberapa sorakan terdengar kembali akan protes dengan sebuah penolakan, percuma mereka menemukan bintang jika bintang milik mereka juga telah ditemukan oleh kelompok yang sama.
"Lalu kelompok yang berhak memberi hukuman adalah kelompok yang lebih dulu sampai!"
Para siswa merasa tercekam saat itu juga, mereka lantas saling melirik kelompok lain untuk melihat siapa di antara mereka yang lebih dulu sampai. Beberapa di antara mereka langsung tertawa bahagia namun ada juga yang memasang wajah tidak terima, mereka mengeluh karena takut jika akan mendapatkan zonk padahal sudah susah-susah mencari.
"Sekarang kita mulai sesi hukumannya!"
Kelompok pertama berdiri dan berjalan ke depan, para laki-laki itu berasal dari kelompok Hiu.
"Respati Cempaka, kelompok Cempaka," kata salah satu siswa sambil tersenyum lebar, pasti dia adalah ketua kelompok dari Hiu.
"Waduh, namanya sama ya kayak nama kelompoknya, keren banget ini. Ayo Cempaka kamu maju," titah Pak Harso. "Lalu kamu—"
"—Zidan Kusuma, Pak," kata laki-laki itu memperkenalkan dirinya. Padahal sudah jelas ada nama masing-masing di dekat dada mereka sebagai nametag, tetapi Pak Harso sepertinya punya minus mata jadi baiklah. "Oke, Zidan. Kamu mau memberi hukuman apa untuk salah satu temanmu yang cantik ini?"
Suasana menjadi hening, mereka penasaran dengan apa yang akan Zidan katakan.
Zidan menyeringai. "Lo harus joget lagu lagi syantik bareng kelompok lo." Laki-laki itu menunjuk Cempaka dan kelompoknya secara bergantian.
Cempaka melotot karena tidak menyangka akan diberikan hukuman seperti itu. Suara tawa juga mulai terdengar heboh dari siswa lainnya, bahkan Arsha sendiri tidak bisa berhenti tertawa karena mendengar hukuman tersebut.
Hukuman mulai berjalan setelah salah satu kakak kelas menyalakan lagu tersebut, kelompok Cempaka benar-benar berjoget sesuai perintah Zidan, walaupun terkesan malu-malu tapi semua siswa dan siswi menikmatinya, bahkan beberapa laki-laki dari kelompok lain ikut berjoget ria.
Masa SMA Arsha benar-benar menyenangkan.
Pengumuman permainan dilanjutkan dengan penuh tawa, hingga akhirnya kini giliran kelompok kelima yang berdiri. Arsha rasa kelompok ini berisikan laki-laki yang sedikit tidak waras, pasalnya sedari tadi, karena kelompok mereka duduk bersampingan, Arsha mendengar mereka tidak bisa diam selama masa hukuman berlangsung, ketika ada kejadian saling menggombal mereka akan menjadi orang-orang yang bersiul paling keras, dan mereka juga kan tertawa keras ketika ada hukuman yang lucu.
Dari ke-sepuluh siswa laki-laki tersebut, satu diantaranya terasa familiar untuk Arsha.
"Halo, kami dari kelompok Nemo."
Arsha tercekat ketika laki-laki yang sedari tadi dia perhatikan mulai memperkenalkan kelompoknya, dan sialnya kelompok mereka adalah kelompok yang Arsha dapatkan bintangnya.
Mereka bukan dapet bintang kelompok gue kan? tanyanya harap-harap cemas di dalam hati.
"Pak, saya boleh cerita sedikit nggak?" Laki-laki itu menoleh kepada Pak Harso untuk mendapatkan persetujuan, lalu dia menyengir saat Bapak itu mengangguk.
"Ayo cerita, brother." Salah satu temannya menepuk pundak laki-laki itu.
"Ekhem," Laki-laki itu berdeham singkat sebagai awalan. "Selama Permainan berlangsung saya semangat banget ngejalaninnya. Jujur aja, saya sama teman-teman saya dapetin bintang tiga kali dan itu milik kelompok perempuan." Laki-laki itu menyeringai ketika mendengar sorakan dari teman-teman dihadapannya. "Tapi kami sudah sepakat untuk menemukan satu bintang yang sudah kami jadikan target, dan bintang itu ada ditangan saya sekarang." Dia mengangkat bintang itu sambil tersenyum lebar dengan sombongnya.
Perasaan Arsha mulai semakin tak enak.
"Saya sempat melihat mereka menemukan bintang ini terlebih dahulu lalu menyembunyikannya kembali, namun sialnya mereka juga dengan cepat berhasil mendapatkan bintang baru, tapi sayangnya mereka terlambat untuk sampai disini terlebih dahulu daripada kami." Laki-laki itu menyeringai melihat perubahan dari ekspresi Arsha.
"Kamu." Dia menunjuk Arsha. "Akarsha Jagaditha dari kelompok Tulip." Laki-laki itu membalik bintang di tangannya, dan benar saja terpampang jelas nama Arsha dan nama kelompoknya di sana.
Suara teriakan lebih kuat terdengar daripada sebelumnya, bahkan Pak Harso yang sedari tadi hanya memperhatikan ikut meledeki Arsha yang kini sedang berdiri. Gadis itu menatap teman-temannya dengan wajah merasa bersalah dan mereka menjawab nggak apa-apa kok tanpa suara.
Dengan berat hati Arsha melangkah maju menghampiri kelompok Nemo, Arsha menatap laki-laki di hadapannya dengan kesal.
"Kamu mau kasih hukuman apa buat dia? Geulis pisan ini temennya," kata Pak Harso.
Laki-laki itu terkekeh lalu mengulurkan tangannya ke arah Arsha. "Zakiel Tanubrata, biasanya dipanggil Zaki atau Kiel, terserah lo aja mau panggil apa," ucapnya memperkenalkan diri sambil tersenyum jenaka.
Arsha menerima uluran itu dan melepaskannya dengan cepat. "Panggil aja Arsha," balasnya cuek, namun kata cie terdengar secara serepak setelah mereka melakukan sesi perkenalan singkat tersebut.
"Saya kasih hukuman sekarang, Pak?" Pak Harso mengangguk menjawab pertanyaan Zakiel.
"Oke." Zakiel menatap Arsha lagi. "Kalo hukumannya jadi pacar saya, kamu mau nggak?"
Kata cie kembali terdengar, bahkan teman-teman kelompok Zakiel meledek Arsha secara terang-terangan. Zakiel suka tuh, eh eneng ditembak mereka berbicara seperti itu. Arsha yang merasa malu hanya bisa menundukkan wajahnya yang sekarang memerah.
"Serius dong!" Arsha merengek kesal karena dipermalukan.
"Ini aku serius loh." Arsha langsung menatap Zakiel dengan raut kesal. "Oke, oke, becanda." Dia mengangkat dua jarinya membentuk huruf V lalu menyengir lebar.
"Gue nggak bakal kasih hukuman yang susah karena lo cantik dan tadi udah nolongin gue." Pantas saja wajahnya familiar, ternyata laki-laki ini yang menabrak Arsha tadi sebelum berkumpul di lapangan.
"Lo beli aqua dingin aja sepuluh buat kelompok gue setelah ini selesai, nggak susah kan?" Arsha mengangguk mengiyakan, teman-temannya mengucapkan terima kasih kepada Zakiel karena memberikan hukuman yang tidak memalukan untuk mereka.
Iya, kelompoknya tidak merasa malu, tapi Arsha yang malu.
"Oke," putus Arsha dan segera kembali ke tempat duduknya, senyum jenaka yang diberikan oleh Zakiel dibalas dengan tatapan sengit oleh Arsha. Siang yang menyebalkan! Karena dia baru saja merasa malu tanpa bisa membalas hukuman kepada orang yang sama. Karena Arsha mendapatkan bintang milik kelompok Nemo juga, dan bintang berlainan mereka ternyata sama.