Chereads / Mengejar Cinta Guru Tampan / Chapter 20 - Ke rumah Zain

Chapter 20 - Ke rumah Zain

----MALAM HARI----

Tin tin tin.

Terdengar klakson mobil diluar rumah.

Siapa sih yang iseng, kalau mau bertamu ya masuk aja lah, nggak perlu menyembunyikan klakson segala. Pamer mobil kayaknya tuh orang. Belum tau aja siapa Amaira sebenarnya. Bahkan pengen 10 mobil aja pasti kebeli lah.

"Siapa sih, Ra? Berisik banget." Tanya Nenek yang kutanggapi dengan mengendikan kedua bahuku.

Nenek buru-buru keluar rumah untuk melihat siapa yang datang.

"Eh kamu, Nak. Mari masuk." Ucap Nenek yang kudengar dari ruang tamu.

Nenek bicara dengan siapa sih.

"Amaira ada, Nek? Tadi saya ada janji sama Amaira." Tanya seseorang mencariku.

Tunggu.. aku hapal banget dengan suara lembut ini.

Saat aku keluar ternyata benar dugaanku. Pak Zain yang datang. Mau apa lagi sih nih orang.

"Dari tadi saya tunggu nggak keluar-keluar. Makanya saya klakson berkali-kali. Lagian kan kamu ada janji sama aku untuk makan malam." Ucapnya yang kutanggapi dengan menggaruk kepalaku yang tiba-tiba terasa gatal. "Boleh kan, Nek?" Lanjutnya bertanya pada Nenek.

"Boleh. Tapi pulangnya jangan malam-malam ya." Jawab Nenek memberi izin.

"Siap, Nek." Ucap Pak Zain.

"Tapi kan kita....."

"Udah, ayo, buruan nanti malah kemalaman."

Belum sempat aku melanjutkan ucapanku sudah lebih dulu dipotong sama Pak Zain sambil menggandeng pergelangan tanganku dan membuka pintu mobil depan untukku.

"Kita mau kemana sih? Janji apa maksud Pak Zain? Perasaan saya nggak ada janji apapun sama Pak Zain?" Tanyaku saat Pak Zain sudah duduk disebelahku.

Pak Zain hanya diam. Dia menyalakan mesin mobilnya dan berjalan pelan keluar dari halaman rumah Nenek.

"Pak Zain mau culik saya ya?" Tanyaku lagi.

"Iya. Mau culik kamu untuk menjadikan calon istri saya." Jawabnya sambil fokus menyetir.

Aku hanya diam tanpa suara.

Tak berselang lama mobil Pak Zain memasuki halaman yang luas.

"Rumah siapa ini?" Tanyaku pada Pak Zain.

Kuedarkan pandangan kesegala arah. Suka banget dengan pemandangannya. Rumah yang besar, yang dihiasi dengan taman mini didepannya, ada kolam ikan dan air mancur juga. Rumah ini benar-benar perfeck.

"Ayo turun. Kamu mau tinggal dimobil?" Tanya Pak Zain dengan senyum.

Aku keluar mobil dengan ragu. Takut jika aku diculik dan disembunyiin di rumah ini.

Pak Zain berjalan menuju pintu utama sambil menggandeng tanganku.

Tok tok tok

Pak Zain mengetok pintu. Dan perlahan pintu terbuka.

"Eh Zain. Dari mana? Cepet banget keluarnya. Kenapa pulang-pulang bawa cewek. Apa ini calon mantu Mama?" Tanya seorang perempuan yang kutaksir seusia Mama. Apa dia Mamanya Pak Zain? Cantik banget.

"Mama mau ngebiarin calon menantu Mama terus-menerus berdiri didepan pintu seperti ini?" Tanya Pak Zain.

Apa dia bilang? Calon menantu? siapa yang dimaksud calon menantu?

Aku?

GR banget sih Zain, emang dia pikir aku mau jadi istrinya?

mau dikasih mahar berapapun aku tetap memilih Arkan.

Nggak akan ada yang bisa gantiin Arkan dihatiku, termasuk Zain.

Dasar sok ganteng.

Tapi sebenarnya emang ganteng sih.

"Mama mau ngebiarin calon menantu Mama terus-menerus berdiri didepan pintu seperti ini?" Tanya Pak Zain.

"Ehh.. iya. Masuk masuk sayang. Ihh.. calon mantu Mama cantik banget. Sampai Mama nggak sadar belum menyuruh kalian untuk masuk." Mama Pak Zain bicara panjang lebar sambil melangkah masuk dan menggandeng lenganku.

"Duduk dulu sayang." Pinta Mama Pak Zain.

"Tante ini Mamanya Pak Zain?" Tanyaku hati-hati.

"Kok manggilnya Pak?" Tanya Mama Pak Zain bingung.

"Iya, terlalu sopannya sampai manggil Zain dengan sebutan Pak." Ucap Zain menjawab pertanyaan Mamanya.

Drama apa sih ini yang mereka buat. Aku jadi bingung sendiri. Apa sebenarnya aku ini sedang diajak shooting? Tapi kok nggak dikasih tau dulu. Ohhh... kamera tersembunyi mungkin. Jadi aku harus ngikutin drama yang mereka buat. Biar nggak bisa di prank nanti. Hihi

"Oh, begitu. Kenalin Mama namanya Sandra. Mama ini Mamanya Zain. Panggil aja saya Mama ya. Kan bentar lagi kamu bakal jadi Menantu Mama." Ucap Tante Sandra memperkenalkan. "Satu lagi, jangan panggil Zain dengan sebutan Pak ya. Rasanya nggak enak didenger." Lanjut Tante Sandra.

Aku hanya mengangguk.

"Pak, ini maksudnya apa sih? Kenapa saya diajak kesini?" Tanyaku pada Pak Zain saat Yante Sandra pamit kedalam meninggalkanku dan Pak Zain berdua diruang tamu.

"Plis deh, Ra. Saya ini masih muda banget, jadi jangan panggil saya dengan embel-embel Pak. Cukup panggil Zain aja. Apalagi kalau ditambah kata sayang, boleh banget itu. Panggil Pak kalau disekolah aja." Ucapnya. Dengan senyum menggoda.

Tapi maaf Zain. Aku sama sekali nggak tergoda karena dihatiku hanya ada Arkan seorang.

"Kita dinner yuk, Ra." Ajak Zain.

"Tapi....." belum sempat kulanjutkan ucapanku Zain sudah lebih dulu menarik pergelangan tanganku.

Terpaksa kuikuti langkah kaki Zain, dan masuk kedalam mobil.

Nih anak pemaksaan banget sih.

"Ra, Arkan suka sama kamu ya?" Tanya Zain mengawali pembicaraan.

"Tuh kamu tau, kenapa masih berusaha ngedeketin aku?" Tanyaku dengan menatapnya.

"Karena aku juga suka sama kamu, Ra." Jawabnya yang membuat aku melongo.

"Maaf ya Zain. Dihati aku hanya ada Arkan seorang. Kamu nggak akan pernah bisa menggantikannya." Ucapku tegas. Semoga dia bisa ngerti perasaanku, kalau yang kuinginkan hanyalah Arkan.

"Yang benar? Kalau suatu saat nanti aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku gimana?" Tanya Zain sambil mengerlingkan sebelah mata.

Enggan aku menjawab pertanyaannya.

"Kamu belum tau kan Arkan itu siapa?" Tanya Zain lagi.

"Tau lah. Arkan itu guru disekolahku, dia mengajar sambil kuliah, dia tinggal di kosan Nenek. Dan aku hanya mencintai Arkan. Jadi nggak perlu kamu susah-susah nyuri hatiku. Nggak akan pernah bisa" Jawabku menegaskan.

"Hanya itu kan yang kamu tau?"

"Ada lagi. Arkan seorang yatim piatu."

"Haha. Arkan seorang yatim piatu? Kamu nggak salah ngomong?" Tanya Zain lagi, yang membuatku mengerutkan keningku. Apa maksud dari pertanyaan Zain. Emang ada fakta apalagi tentang Arkan.

"Memang apa yang kamu tau tentang Arkan?" Tanyaku yang membuat Zain menyunggingkan sudut bibirnya.

"Aku tau semuanya tentang Arkan." Jawabnya.

Sampai didepan cave, aku hanya diam dengan pikiran yang penuh tentang Arkan. Apa yang dimaksud Zain tadi. Apa Zain hanya ingin membuatku menjauh dari Arkan.

"Jangan bengong, nanti kesambet. Ayo masuk." Ucap Zain dengan berjalan didepanku.

Aku mengikuti dari belakang.

"Kamu mau pesan apa?" Tanya Zain.

"Samain aja." Jawabku malas.

Zain mengangkat sebelah tangan untuk memanggil pelayan. Zain memesan banyak menu makanan dan minuman. Dia pesan buat siapa makan sebanyak itu? Dikira aku ini rakus kali ya.

"Makanan sebanyak itu buat siapa?" Tanyaku bingung.

"Nanti kamu juga tau sendiri." Jawabnya datar sambil bermain handpone.

Ni cowok aneh banget deh. Dari tadi bicaranya lembut banget loh. Kenapa sekarang jadi cuek dan jutek gini