Chapter 10 - Jaka Menikung

Pak Ahmadi tengah memacu motor metiknya dengan tergesa-gesa menuju arah rumah Rudi. Sampai di sebuah belokan arah rumah Rudi Pak Ahmadi di hadang sebuah mobil mewah berwarna merah.

Seorang pemuda nampak keluar dari pintu depan, pemuda tersebut adalah Jaka dengan menunduk hormat menemui Pak Ahmadi langsung meminta maaf sebab ia telah menghentikan paksa laju motor Pak Ahmadi dengan cara menghadangnya.

"Ada apa ini? Kurang ajar tidak tau sopan santun," teriak Pak Ahmadi marah-marah.

"Maaf Pak, maaf sekali saya lancang menghentikan Pak Ahmadi ditengah jalan seperti ini," ujar Jaka nampak begitu takut khawatir sekiranya Pak Ahmadi bertambah marah.

"Loh Nak Jaka toh? Ada apa kok sampai menghentikan bapak di tengah jalan begini?, Kan Nak Jaka kalau ingin bicara dengan Bapak bisa ke rumah. Ngobrol santai Nak Jaka juga kan temannya Soleha kenapa harus di tengah jalan," ucap Pak Ahmadi yang melembutkan lagi suaranya saat ia tahu yang keluar dari mobil adalah Jaka.

"Bapak mau ke rumah Rudi toh, ia kan Pak," ucap Jaka berpura-pura menebak.

"Kok tahu kamu?" ucap Pak Ahmadi heran.

"Tadi saya baru saja dari sana dan Rudi rupanya tidak ada di rumah Pak sebab pintu rumahnya terkunci Pak," ujar Jaka.

"Oh begitu ya sudah kalau begitu saya kembali pulang saja. Nak Jaka hendak kemana?" ujar Pak Ahmadi.

"Saya kalau boleh hendak main ke tempat Bapak, saya ingin menemui Rindu. Kalau Pak Ahmadi mengizinkan," ucap Jaka.

"Nah begitu kan enak sopan pemuda yang seperti ini yang saya suka. Baik Nak Jaka kebetulan tadi Rindu dan Ibu sedang masak banyak sayang kalau tidak habis. Nanti ikut makan siang ya di rumah Bapak," ucap Pak Ahmadi.

"Ya tentu Pak kebetulan saya belum sempat makan siang tadi, mari pak silahkan Pak Ahmadi duluan nanti saya ngikut dari belakang," ucap Jaka sambil masuk dalam mobil dan Pak Ahmadi memacu motor metiknya kembali pulang diikuti Jaka yang mengendarai mobil mewah warna merah dari belakangnya.

***

Rudi dan Pak Kasturi memang sedang tak ada di rumah mereka tengah berada di sawah di antara pematang dan rimbunnya tanaman padi yang mulai menguning. Rudi nampak sedang menggendong sebuah tangki untuk menyemprotkan obat hama di punggungnya.

Terlihat dari moncong kran yang terbuat dari pipa panjang dengan pompa untuk mengeluarkan obat hama yang telah Pak Kasturi racik ia semprotkan pada seluruh sudut sawah tiada tersisa.

Akhir-akhir ini hama ulat sedang menyerang padi di desa Mojokembang. Kalau tidak segera di semprot dengan obat hama bisa-bisa gagal panen.

Pak Kasturi nampak sedang mencampur obat hama dengan air di ember untuk nantinya di masukkan dalam tangki agar di semprotkan oleh Rudi pada setiap pucuk-pucuk tanaman padi.

"Pak sudah siang Bapak endak pulang dulu makan siang terus sholat Dzuhur dulu sana. Nanti aku susul setelah menghabiskan obat hama yang bapak sadur di ember itu," ucap Rudi mengingatkan Pak Kasturi bahwa hari sudah menjelang Dzuhur.

"Oh iya, Rud Bapak tinggal dulu ya sepeda Bapak bawa pulang ya nanti kamu pulang jalan kaki tidak apa kan Rud?," ucap Pak Kasturi.

"Tidak apa Pak sekalian olahraga biar sehat," ucap Rudi.

"Ah kamu itu bisa saja Rud. Apa Bapak saja yang pulang sambil jalan kaki kamu yang bawa sepedanya nanti," teriak Pak Kasturi.

"Loh jangan Pak nanti encok Bapak kambuh lagi aku juga yang repot mijitin bapak nanti malam," ucap Rudi sambil terus menyemprotkan obat hama dari ujung selang.

"Ia, ia, Bapak bawa sepedanya, Bapak pulang dulu ya Rud?" teriak Pak Kasturi berlalu meninggalkan Rudi yang masih di tengah Sawah.

***

Di rumah Rindu Jaka tengah asyik berbincang dengan Pak Ahmadi di ruang tamu di temani Rindu dan ibu Wulan di samping kanan dan kiri Pak Ahmadi.

"Bagaimana masakan Rindu tadi pecelnya enakkan Nak Jaka?" ucap Ibu Wulan.

"Apa sih Bu ini kan yang masak berdua sama Ibu bukan Rindu sendiri," ucap Rindu sambil menyenggol pundak Ibu Wulan.

"Halah kamu ini malu-malu meong bilang saja malu di depan Nak Jaka," ucap Ibu Wulan menyindir Rindu.

"Nak Jaka sebenarnya ke sini dalam rangka apa ya, tadi kan kita bertemu di jalan katanya baru dari rumah Nak Rudi terus tidak ketumu sama Nak Rudi lalu ikut bapak kemari. Apa ada tugas kampus yang harus di selesaikan kalian bertiga?" ucap Pak Ahmadi.

"Oh endak Pak, memang saya dan Rudi satu jurusan tapi sama Dik Rindu kan beda fakultas Pak yah tidak mungkin lah Pak ada tugas bareng, saya kemari bermaksud hendak menawarkan diri pak?" ujar Jaka.

"Loh menawarkan diri bagaimana maksud Nak Jaka bapak tidak mengerti," ucap Pak Ahmadi nampak bingung dengan perkataan Jaka.

"Bukan begitu Pak, saya lihat beberapa hari Dik Rindu diantar jemput Rudi. Saya sebagai teman dekatnya Rudi bahkan saya sahabatnya Rudi loh Pak, saya menawarkan diri untuk menggantikan Rudi mengantar jemput Dik Rindu ke kampus. Kasihan Pak Si Rudi kan juga harus bekerja untuk bayar kuliahnya," ucap Jaka.

"Benar juga kata Nak Jaka ya Buk kalau Nak Rudi terus kita repotin untuk antar jemput Rindu bisa-bisa dia tidak kerja kasihan ya Buk Nak Rudi. Tapi itu semua tergantung Rindunya mau atau tidak kalau Nak Jaka yang menggantikan Nak Rudi untuk mengantar jemput Rindu," ucap Pak Ahmadi memandang Rindu.

"Bagaimana Rindu keputusan ada di tanganmu. Mau atau tidak Nak Jaka yang menggantikan Nak Rudi," ucap Ibu Wulan.

"Nanti saya antar jemput tidak naik motor sport saya kok Pak, Bu, tetapi saya akan antar jemput Dik Rindu sehari-harinya dengan mobil saya itu. Biar Dik Rindu tidak kepanasan maklum sekarang musim kemarau Pak, Bu, sedang panas-panasnya kalau siang. Sayangkan kalau Dik Rindu sampai kepanasan tiap hari di jemput pakai motor," ucap Jaka agak merayu orang tua Rindu agar diizinkan menggantikan Rudi.

"Saya terserah apa kata Bapak dan ibu saja," ucap Rindu sambil terus menunduk tak berani memandang Jaka karena memang di dalam hati kecilnya sebenarnya ingin sekali berkata tidak tentang tawaran Jaka namun sebagai anak yang berbakti pada orang tua.

Rindu selalu menyerahkan segala sesuatu pada Bapak dan Ibunya karena dalam pikirannya Ridho orang tua adalah Ridho Allah jua.

"Ya sudah mulai besok biar Nak Jaka yang antar jemput Rindu menggantikan Nak Rudi, kasihan kan Nak Rudi waktunya jadi tersita untuk antar jemput kamu Rindu.

Masalah bicara sama Nak Rudi biar Bapak nanti malam ke rumahnya," ucap Pak Ahmadi dan Rindu hanya mengangguk pasrah sedangkan Jaka nampak semringah kegirangan karena mulai besok ia bisa berduaan terus dengan Rundu, karena memang tujuan awal Jaka seperti itu mendekati Rindu.

"Biar Pak nanti saya yang kasih tahu Rudi sekalian pulang mampir ke rumahnya kebetulan ada perlu sedikit," ucap Jaka.

Dalam wajah Jaka menampakkan kepuasan bahwa rencananya untuk menggantikan Rudi mengantar jemput Rindu tidak sia-sia. Padahal iya belum menemui Rudi dan belum membicarakan hal ini pada Rudi.

Dalam hati Jaka berkata, Alah gampang nanti Rudi aku kasih uang saja buat bayar semester hingga tiga bulan kedepan pasti dia setuju. Pemuda miskin ini lihat uang pasti nurut ya begitu saja nanti sama Rudi. Yang penting rencanaku berhasil dan aku bisa berduaan terus setiap hari dengan Dik Rindu.