Chapter 6 - Idaman Rindu

Rudi dan Rindu telah sampai di area kampus dengan motor tuanya. Rudi melaju perlahan melewati gerbang depan kampus. Seakan semua mata tertuju pada mereka ada yang berdecak kagum seraya berbisik pada teman di sampingnya, "Memang ya Rudi dan Rindu pasangan yang serasi."

Namun banyak pula yang iri dengan kedekatan mereka dan selalu mengumpat di belakang mereka. Namun di depan Rudi dan Rindu mereka tak berani berbicara apa yang mereka katakan tentang semua hal buruk yang mereka sangkakan dan hanya tersenyum tipis.

Sampai di pelataran parkir kampus, Rudi memarkirkan motornya dengan segera. Dan Rindu tampak tersenyum begitu ayu. Rindu turun dari motor seraya membenahi hijabnya yang berantakan tertiup angin.

Brem... Brem.. Siiiit....

Sebuah motor sport memasuki parkiran langsung menuju tepat di samping Rudi memarkirkan motor tuanya.

"Pagi Rudi, Pagi Dik Rindu," ucap Jaka dengan muka menampakkan raut kecemburuan.

"Hai Jaka, lebih baik kalau bertemu seseorang mengucapkan salam terlebih dahulu itu akan menjadi berkat dan doa bagi yang mengucapkan dan yang menjawab salam. Seharian itu tentu para malaikat serta nasib baik akan menaunginya," kata Rindu menatap Jaka agak cemberut.

"Baik, baik, aku ulangi Assalamualaikum Rudi, Assalamualaikum Rindu," ucap Jaka dengan menampakkan senyum tipis agak kesal.

Dalam hati Jaka terus menggerutu pagi-pagi sudah melihat pemandangan tidak mengenakkan yakni Rudi berboncengan dengan Rindu dan lagi yang lebih mengesalkan, Rindu memeluk erat Rudi saat dibonceng lagi.

"Hei, ada apa Jaka kau tampak kesal?," celetuk Rudi agak menggoda sahabatnya itu.

"Tidak-tidak apa? Tidak ada masalah pada diriku. Tenang saja semuanya aman terkendali," ucap Jaka turun dari motor sportnya.

"Oh iya, Dik Rindu nanti sore apa kau ada waktu? apa kau tidak lagi sibuk nanti sore?," tanya Jaka berharap Rindu ada waktu senggang agar ia mau di ajak jalan.

Tapi seperti biasa Rindu selalu memiliki jalan untuk menghindar dan menolak ajakan Jaka dengan segudang alasannya.

"Jaka nanti sore aku harus menemani ibu membuat kue, karena malam harinya akan ada tamu kata ibu. Sehabis magrib aku harus menemani adikku menyelesaikan pekerjaan rumahnya ia selalu mengeluh kalau aku tidak menemaninya. Jadi maaf ya aku sibuk setelah pulang kuliah dan akan selalu seperti itu," sahut Rindu seraya berlalu pergi menuju kelasnya.

"Hahaha, sabar kawan usaha terus jangan menyerah. Kau adalah pejuang cinta sejati aku mendukungmu," ucap Rudi tertawa kecil sambil berlalu meninggalkan Jaka yang nampak kecewa akibat penolakan Rindu walaupun penolakan kali ini bukan yang pertama kali.

"Hei Rudi mau kemana? Aku masih mau ngobrol denganmu tentang Soleha hei tunggu," teriak Jaka mengejar Rudi yang berjalan kearah kantin kampus.

***

Kantin Kampus

Rudi dan Jaka tampak asyik meneguk minuman dingin yang mereka pesan dan menikmati semangkuk bakso pedas kesukaan mereka berdua.

"Eh Rudi, kenapa ya aku merasa semakin aku mendekati Rindu dan semakin keras aku berusaha mendapatkan cintanya semakin jauh rasanya jarak Rindu denganku. Rasa-rasanya Rindu memang benar-benar tidak menyukaiku," celetuk Jaka masih dengan mulutnya yang terus mengunyah pentol bakso.

"Itu tidak benar Jaka mungkin perasaanmu saja," ucap Rudi yang juga tengah menikmati semangkuk bakso didepanya.

"Menurut pendapatmu aku harus apa? kau kan yang paling dekat dengan Rundu. Dan kau juga sahabatku, masak kau tidak mau membantu sahabatmu yang sedang Gegana ini alias gelisah, gundah dan merana," ujar Jaka kali ini tengah menyeruput minuman dingin dari ujung sedotan.

Uhuk..., Uhuk...,

Rudi yang mendengar celotehan Jaka nampak kaget dan tersedak, karena kuah bakso yang ia santap terselip masuk ke dalam rongga hidung.

"Pelan-pelan Rudi, ini minum-minum," ujar Jaka mendekatkan segelas minuman dingin pada Rudi. Dengan cepat Rudi menyambar segelas minuman dingin lalu menenggaknya dengan segera.

"Aku ada sebuah cara agar kau lebih dekat dengan pujaan hatimu itu," ucap Rudi nampak serius ingin membantu sahabatnya.

"Bagaimana-bagaimana kau punya ide Rud?" ucap Jaka penuh semangat yang berapi-api.

"Tapi satu porsi bakso dan segelas minuman dingin ini kau yang bayar ya," ucap Rudi.

"Lah mesti anak ini bisa bangkrut aku Rudi kalau begitu," celetuk Jaka.

"Halah kau ini Jaka perhitungan sekali dengan sahabat mu sendiri. Jadi minta bantuanku enggak ini, kalau tidak jadi aku pulang nih," ucap Rudi seraya pura-pura berdiri dari kursinya.

"Ia, ia, begitu saja ngambek kau Rud, jangankan Cuma mentraktir kamu makan bakso satu mangkok, sepuluh mangkok bahkan gerobaknya aku beliin buat kamu, hahaha...," ucap Jaka sambil tertawa.

"Halah kamu Jaka besar diomong doang tidak ada buktinya. Biasanya juga pelit kamu," ucap Rudi.

"Bagaimana, aku harus ngapain agar Rindu mau dekat denganku dan mau aku ajak jalan?," ucap Jaka sangat antusias ingin segera mendengar saran dari Rudi.

"Begini Rindu itu suka sama cewek yang alim, tidak jelalatan matanya kalau liat cewek lain, tidak urakan dan yang paling penting Rindu suka sama cowok yang alim jago mengaji dan sholatnya rajin," ujar Rudi menerangkan.

"Waduh, nah loh," ujar Jaka kaget bercampur bingung karena semua kriteria cowok idaman Rindu tidak ada pada dirinya.

"Kenapa kok syok begitu?," kata Rudi.

"Bagaimana tidak syok aku Rud semua kriteria cowok idaman Rindu tidak ada pada diriku ini, urakan ada padaku, apa lagi melihat cewek yang bening mana tahan aku kalau tidak menggodanya. Sedangkan cowok alim rajin sholat aku tidak pernah sholat alias Islam KTP, mengaji aku mana bisa," kata Jaka nampak menepuk jidatnya.

"Ciloko dua gelas ini," ucap Jaka tampak bingung.

"Dua belas bukan dua gelas," ucap Rudi membenarkan perkataan Jaka.

"Yah itu sih derita loh," kata Rudi berdiri meninggalkan Jaka yang tengah pergi.

"Eh loh, Rudi malah aku di tinggal belum selesai hei," teriak Jaka

"Udah bayar sana bakso dan minuman ku sekalian ya," teriak Rudi terus berjalan menjauh meninggalkan Jaka.

"Lah Rudi tunggu..?" teriak Jaka berusaha mengejar Rudi yang sudah berada jauh meninggalkan kantin.

"Haduh ini anak selalu saja setengah-setengah kalau membantu makcomblangin Napa?" gerutu Jaka.

***

Parkiran Kampus

"Loh Mas Rudi kok balik lagi," ucap Pak Karso satpam senior kampus yang kebetulan akrab dengan Rudi.

"Ia Pak Karso kebetulan hari ini aku tidak ada kelas," jawab Rudi yang telah naik ke atas motornya mulai mengeluarkannya dari deretan motor yang terparkir rapi di dalam parkiran.

"Loh tadi kenapa ke kampus kalau Mas Rudi tidak ada kelas?," ucap Pak Karso heran.

"Mengantar Rindu Pak, kemarin malam Bapaknya datang ke rumahku dan beliau memintaku untuk bersedia mengantar dan menjemput Rindu saat kuliah," jawab Rudi.

"Emang ada apa Mas sampai Bapaknya Nak Rindu meminta mas antar-jemput Nak Rindu ke kampus?" tanya Pak Karso penasaran.

"Kemarin pas Rindu pulang di ganggu preman kampung di depan pertigaan kampungku noh Bapak tau kan anak-anak berandalan itu?" ucap Rudi.

"Oh anak-anak itu, ia mas saya sering lewat situ kebetulan ipar saya tinggal di desa sebelah timur desa Mas Rudi jadi saya sering kesana untuk urusan keluarga. Dan saya sering melihat mereka banyak nongkrong di samping pertigaan," ucap Pak Karso menuturkan apa yang ia lihat.

"Nah itu kenapa saya mengantar Rindu," ucap Rudi.

"Terus tadi Mas Rudi saat membonceng Nak Rindu apa tidak dihadang kembali sama mereka?" tanya Pak Karso kembali.

"Yah apa lagi? pastinya Pak, mereka menghadang lagi. Tapi tenang mereka sudah saya atasi dan saya wanti-wanti jangan sampai menggoda anak gadis orang lagi apa lagi Sampek mencegatnya di jalanan kan enggak baik ya kalau anaknya tidak apa-apa kalau naik motor jatuh kan kasihan," ucap Rudi.

"Ia Mas Rudi benar, terus gimana berkelahi tadi?" kata Pak Karso.

"Seperti biasa Pak," ucap Rudi.

"Iya sih Mas Rudi dilawan!, Mas Rudi ini kan ketua pengurus cabang olahraga karate di kampus ini ya," ujar Pak Karso.

"Ah Pak Karso ini berlebihan saya pemuda biasa Pak, kayak pemuda kebanyakan lainya apa yang saya bisa. Masih suka merepotkan orang tua," jawab Rudi.

"Ini, ini yang Bapak suka dari Mas Rudi dari pada Mahasiswa yang lain. Mas Rudi anaknya tidak pernah sombong dan selalu merendah padahal pemegang juara karate se kabupaten," ucap Pak Karso.

"Halah Pak Karso ini," ujar Rudi mulai menytarter motor tuanya.

"Lah ini mau kemana sekarang Mas Rudi, bukanya Nak Rindu belum selesai kuliahnya," ucap Pak Karso.

"Rindu kelar kelas nanti selesai Dzuhur Pak, sekarang baru jam delapan bisa lumutan aku nunggu," kata Rudi.

"Bentarlah mas Rudi, eh kenapa enggak dipacari saja itu Nak Rindu kan cantik pintar mengaji lagi?" ucap Pak Karso.

"Aku maunya tidak pacaran Pak Karso langsung nikah saja, sudah Pak ya Assalamualaikum," ucap Rudi telah melajukan motornya menjauh dari pos satpam samping parkiran.

"Waallaikumsalam Mas hati-hati," teriak Pak Karso menjawab salam dari Rudi.

Dalam hati Pak Karso berkata, andai aku punya anak cowok seganteng dan sealim Mas Rudi tentu aku merasa berhasil menjadi seorang bapak.