Rindu tampak gelisah di dalam kamar. Wajahnya semakin cemberut ditekuk layaknya cucian kucel. Terkadang ia merebahkan tubuhnya lalu bangun kembali duduk didepan meja rias. Sebentar-sebentar mengaca meneliti apakah masih ada yang kurang di dalam riasan dan dandanan baju yang ia pakai.
Rindu ingin terlihat teramat cantik dan sempurna di hadapan sang suami, karena malam ini adalah malam pertama mereka.
Tapi seketika wajahnya tampak cemberut kembali. Sesekali ia melihat jam dinding yang terus berdetak tertempel di atas kepala ranjang agak ke atas.
Sudah pukul 23.00 rupanya, tapi Rudi belum jua masuk ke kamar untuk menemuinya. Satu hal yang membuatnya kesal ketika menunggu akan hadirnya malam pertama. Rudi tampaknya masih asyik mengobrol di ruang tamu dengan beberapa tetangga dan juga mertua lelakinya.
"Huh, jengkel-jengkel jadinya kenapa Mas Rudi tidak cepat masuk ke kamar. Apa iya lupa kalau malam ini malam pertama kita?" gerutu Rindu tampak tengah mengucel-ngucel ujung seprei dengan mulut tengah manyun agak jengkel.
Toktok, toktoktok,
Suara pintu kamar Rindu diketuk dari luar, "Rindu, Ibu masuk ya Nak?" kata Ibu Wulan minta ijin masuk kamar karena sedari tadi tengah mendengar Rindu yang sedang menggerutu.
"Masuk saja Bu," teriak Rindu.
Kreek, Kriet, Bek,
Pintu kamar Rindu terbuka dan Ibu Wulan mulai masuk kamar. Melihat anak gadisnya yang siang tadi baru melangsungkan pernikahan dalam posisi tengah cemberut di ujung ranjang pengantinnya. Ibu Wulan langsung menghampiri Rindu duduk disampingnya memandangi Rindu dengan saksama.
"Ada apa Rindu kok cemberut begitu?" tanya Ibu Wulan.
"Mas Rudi Bu, masak tidak selesai-selesai mengobrol di depan?" celetuk Rindu dan Ibu Wulan hanya tersenyum geli melihat tingkah lucu anaknya tersebut.
"Kok ibu malah ketawa?" tanya Rindu heran melihat ibunya yang malah tertawa.
"Yah kamu aneh Rin, kayak baru kenal Masmu Rudi saja dari dulu kan kalau iya ketemu Bapakmu dan mengobrol bersama Sampek subuh juga betah," kata Ibu Wulan mengingatkan Rindu.
"Ya itu kan kalau hari biasa Bu," celetuk Rindu.
"Memang hari ini hari apa, hari apa ya?" ucap Ibu Wulan sambil melihat ke langit-langit berpura-pura lupa menggoda Rindu.
"Hemz, Ibu jahatnya, Malam inikan malam," kata Rindu tidak melanjutkan kata-katanya karena malu pada ibunya takut ketahuan kalau iya sudah tidak tahan lagi ingin bermesraan berdua di atas ranjang bersama Rudi.
"Hayo, Ketahuan sudah tidak sabar ya Neng?" kata Ibu Wulan lagi-lagi menggoda Rindu.
"Ibu jahat loh dari tadi kok mengejek Rindu terus," kata Rindu wajahnya tampak memerah tersipu malu.
"Assalamualaikum Dik, Eh ada Ibu," kata Rudi yang baru datang masuk ke dalam kamar.
"Nah ini Masmu Rudi sudah datang. Masak istrimu ini dari tadi uring-uringan terus Rud,'' kata Ibu Wulan mengadu pada Rudi.
"Loh kenapa Dik?" tanya Rudi sembari ikut duduk di ranjang samping Rindu dan membelai kepala Rindu yang masih tertutup kain hijab warna merah jambu.
"Tau tuh Nak Rudi katanya sudah kebelet," celetuk Ibu Wulan kembali menggoda Rindu sambil mengedipkan mata pada Rudi.
"Ibu...!, kan, kan dari dulu selalu mengadu sama Mas Rudi, Rindu kan malu Ibu," teriak Rindu sambil menutup muka.
"Ya sudah Ibu tak keluar dulu nanti malah tidak mulai-mulai lagi adegan penuh sensornya kalau Ibu masih di sini," kata Ibu Wulan menutup bibirnya tertawa geli mengejek Rindu.
"Ibu kok bicaranya begitu, malu ada Mas Rudi," kata Rindu.
"Hahaha, kalian serasa baru kemarin bermain di pelataran rumah ini begitu riang yang masih begitu kecil tidak ibu sangka kalian berjodoh. Kau Rudi yang sedari kecil sudah anggap anak ibu sendiri. Nyatanya memang saat ini menjadi anak ibu juga, ya sudah ibu keluar jangan lupa kunci pintu. Nanti adikmu Sekar itu suka lupa kalau kakaknya sudah menikah main selonong masuk lagi kan bahaya," kata Ibu Wulan lalu pergi keluar kamar seraya di ikuti Rudi untuk menutup pintu.
"Ada apa sih istriku yang cantik ini kok cemberut begitu?" kata Rudi sambil memegang dagu Rindu melihatnya kanan dan kiri.
"Habisnya Mas Rudi tidak masuk-masuk kamar Rindu kan kesel. Sekarang malam pertama kita Mas masak lupa. Malah ngobrol sama bapak lama sekali tidak selesai-selesai, sampai lumutan Adek nunggu Mas," kata Rindu masih dengan wajah yang ditekuk seperti kain basah.
"Hahaha, Dik, Dik, Mas tidak enak kalau langsung ke dalam karena Bapak belum tidur dan tadi juga ada Pak Lurah Adi teman Mas. Alhasil Mas harus menemani
sampai mereka berpamitan. Masak ya Mas harus menyuruh mereka pulang kan tidak enak nanti disangka Mas mengusir mereka lagi," kata Rudi menjelaskan.
"Sudah jangan di tekuk gitu ah, Mas tinggal tidur nih," kata Rudi menggoda Rindu.
"Ahhhhh, Ah, Jangan loh," kata Rindu tampak manja.
"Sekarang Mas ajari Adik melaksanakan kewajiban sebagai istri di malam pertama yang baik dan benar. Seperti yang pernah Mas bilang secara syariat agama yang dianjurkan Rasullah SAW," kata Rudi sambil mengelus bibir tipis Rindu.
"Iya Mas, Adik manut saja apa kata Mas," kata Rindu tersipu-sipu malu.
"Sekarang ayuk kita ambil wudu dahulu terus kita laksanakan dua rakaat sholat sunat. Habis itu Mas mau khatamkan surat Yusuf dahulu. Adik khatamkan surat Mariyam ya, agar bakal anak kita kelak bila laki-laki setampan Nabi Yusuf. Bila perempuan secantik Siti Mariam begitupun akhlaknya baru kita lakukan untuk hubungan suami istri Dik," ujar Rudi menerangkan.
"Iya Mas, maaf ya Mas tadi Adik sempat uring-uringan," kata Rindu.
"Halah Mas loh tidak marah Dik. Buat apa marah Mas memaklumi memang hasrat dan Nafsu wanita memanglah lebih besar dari laki-laki, tapi rasa malu yang baik yang dapat menutupinya sehingga lelaki yang tidak memiliki rasa malu jadi seakan lelakilah yang berhasrat melebihi kaum wanita," kata Rudi memberi pengertian pada Rindu.
"Yee, Rindu punya suami yang cerdas, hehe..," celetuk Rindu tertawa manis.
"Ngejek-ngejek! Membalas Mas nih ceritanya," kata Rudi.
"Loh, loh enggak Mas jangan marah lo sayang, kamu kalau marah seram Adek takut," kata Rindu merayu Rudi.
"Sudah ayuk cepat bergantian mengambil wudu," kata Rudi seraya Rindu berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi yang menjadi satu di dalam kamarnya.
Seusai sholat sunat dua rakaat dan surat Maryam serta surat Yunus telah dikhatamkan. Rindu duduk di tepian ranjang pengantin melepas hijab yang menutupi mahkota rambunya yang tampak panjang mulai tergerai sedangkan Rudi tengah memperhatikan Rindu duduk di sampingnya.
"Mas tolong buka resleting belakang baju Adik," pinta Rindu karena Rindu tengah masih memakai baju gamis kesukaannya.
Sriet...
Suara resleting terbuka dan aktivitas malam pertama di mulai dengan harmoni dan indahnya secara islami dan syariat yang dianjurkan Rasullah. Malam itu pun Rindu dan Rudi tengah tenggelam dalam madu cinta mereka menyelami lautan asmara manisnya malam pertama.