*** Dua Minggu Kedepan***
Dua minggu sudah Danendra kembali ke Jakarta, selama itu juga Danendra selalu menunggu kabar dari Asha . Selama dua minggu ini,Danendra lebih banyak menghabiskan waktu bersama Hayana.Satu-satunya. penyemangat dan yang jadi harapannya. Semoga Hayana, putrinya bisa membuat Asha mengurungkan niatnya bercerai. Kasihan putrinya, kalau sampai Danendra dan Asha berpisah.Danendra sedang rapat di kantor, tiba-tiba ponsel dimeja berbunyi menandakan ada sebuah pesan teks masuk. Begitu membaca, senyum terukir dibibir Danendra .
"Tuan ,aku bersetuju bertemu dengan putrimu ,Hayana." Pesan teks dari Asha.
"Baiklah ,As.Aku akan menjemputmu .Tunggu kedatanganku."Danendra membalas pesan teks Asha .
Cuma ,dua tick biru kelihatan.Danendra tahu jawabannya.
"Asha ." Hanya itu saja kata-kata yang keluar dari bibir Danendra .
Sepanjang rapat Danendra sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi. Pikirannya sudah berada di Surabaya saat ini. Danendra akan menjemput Asha dan Isyana yang juga sudah ingin segera kembali bekerja dan balik ke Jakarta.Danendra sudah tidak bisa menunggu, rapat selesai Danendra langsung memanggil asistennya.
"Mos ,tolong carikan aku tiket Jakarta-Surabaya,siang ini. Dan tiket Surabaya-Jakarta untuk tiga orang besok pagi. Aku harus menjemput istriku." Ucap Danendra tersenyum senang.Ramos mengerutkan dahinya. Kebingungan.
"Istri? Sejak kapan Pak Danendra menikah ?Selama ini, kenapa saya tidak tahu menahu tentang istri Presdir?"Tanya Ramos kepada dirinya.Yang Ramos tahu, Danendra dan Isyana tinggal bersama. Dan Danendra mengadopsi putri Isyana.
"Apa dia sudah menikahi Isyana?"Batin Ramos bertanya lagi.Ada banyak pertanyaan yang membuat Ramos bingung. Selama ini, Danendra selalu menutup rapat semua informasi tentang kehidupan pribadinya. Bahkan Ramos hampir tidak pernah berkunjung ke rumah sang Presdir. Perceraian Danendra tujuh tahun yang lalu, membuat Danendra jadi pribadi yang tertutup, khususnya mengenai kehidupan pribadi dan percintaannya.Selesai meeting, Danendra buru-buru meninggalkan kantor.
"Mos ,tiket tolong kirim ke email-ku, ya. Aku harus pulang sekarang," pinta Danendra sambil menunjukan ponselnya, berlari keluar kantor menuju ke mobil sport hitamnya.Setelah sampai di rumah, Danendra langsung mencari putrinya. Beruntung Hayana masih belum tidur siang. Gadis kecil itu sedang bermain rumah-rumahan dengan pengasuhnya.
"Hayana Daddy harus ke Surabaya hari ini.Daddy akan menjemput Mommy. Hayana mau?"tanya Danendra, membawa gadis lucu itu ke dalam gendongannya.
"Ma ... mi," ucap gadis kecil itu tertawa.
"Ma ... wu ... mau." Gadis itu berkata sambil mencubit pipi Danendra.
"Hayana mau sama Mommy?" tanya Danendra , sambil menunjuk foto yang tergantung di dinding
kamar putrinya.
"Mau," jawab Hayana sambil tertawa.
"Mommy Hayana mana?" tanya Danendra, menggoda putrinya.
"Ituhh!" tunjuk gadis kecil itu pada pigura di dinding.
"Maaf ya, Mommy Hayana belum bisa sama-sama kita di sini. Tapi Daddy janji jemput Mommy," ucap Danendra lagi.
"Iya, mami kelja, nanti puyang."Hayana cuba berkata tapi masih terbata dan tidak jelas.
"Ma ... mi kelja jauh," ucap Hayana membentangkan kedua tangannya.
"Ka ... kata encus, mami kuyah," celoteh gadis kecil itu sambil tertawa.
"Ya,dulu Mommy kuliah,sekarang sudah kerja di kantor .Mommy sudah bisa tinggal bersama kita " ucap Danendra tersenyum, mencium kedua pipi gembul putrinya.
Setelah berpamitan pada putrinya Danendra langsung mengendarai mobilnya menuju bandara.Rencananya Danendra akan menginapkan mobilnya di parkiran bandara saja, lagi pula besok Danendra sudah kembali ke Jakarta. Perjalanan satu jam setengah di atas udara, dimanfaatkan Danendra untuk memejamkan matanya. Ada banyak rencana di dalam otaknya. Danendra sangat berharap,setelah bertemu Hayana, Asha bisa menerima putrinya Hayana sama sepertinya yang juga menerima Hayana layaknya putri kandung.
*****Di Kediaman Danendra Isam Aldari ,Surabaya****
Ketika sampai di kediamannya di Surabaya, Danendra langsung menemui Ibu mertuanya.
"Ibu, apa kabar? Sehat?" tanya Danendra , pada Ibu Rani yang sedang duduk di teras menikmati angin sore yang semilir di temani Isyana.
"Ibu baik," jawab Ibu Rani, tersenyum menatap Danendra.
"Bu, besok aku akan membawa Asha dan Isyana ke Jakarta," jelas Danendra , menceritakan maksud kedatangannya.
"Tapi, nanti akan ada perawat yang menemani Ibu di sini," lanjut Danendra , menggengam tangan Ibu Rani.
"Ya, Asha sudah menceritakannya pada Ibu semalam," sahut Ibu Rani.
"Kalau Ibu sudah sehat, aku juga akan mengajak Ibu berkunjung ke rumahku di Jakarta. Atau Ibu
mau tinggal bersamaku di sana?" tawar Danendra.
Kalimat dan pertanyanan Danendra barusan, sontak membuat Isyana terkejut. Isyana belum siap membuka semua aib dan masa lalunya di depan sang ibu. Danendra yang mengetahui kecemasan Isyana,seolah tidak peduli. Danendra , Asha dan Hayana sudah banyak berkorban untuk Isyana. Sekarang mungkin saatnya Danendra fokus ke rumah tangganya sendiri.
"Bu, Asha di mana?" tanya Danendra.
"Sepertinya Asha baru pulang dari kantor ," sahut Isyana, membantu menjawab. Isyana harus segera mengusir Danendra dari hadapan ibunya. Isyana takut Danendra akan membongkar semua di hadapan Ibu Rani. Isyana belum siap, melihat ibunya sakit dan terpuruk karena ulahnya.
"Baiklah, aku harus menemui Asha ," pamit Danendra .Segera menghampiri Asha di kamar mereka.Danendra yang masih belum terbiasa kalau selama ini berbagi kamar dengan Asha , langsung masuk tanpa mengetuk pintu.Selama Isyana ada di Surabaya ,Ibu Rani mahu Asha tidur di kamar Danendra .Ibu Rani tidak mahu Isyana berpikir yang bukan -bukan.
Cel Asha yang sedang berganti pakaian, sontak menjerit. Terkejut dengan sosok Danendra yang tiba-tiba sudah muncul di dalam kamarnya. "Berbalik!" perintah Asha kesal, buru-buru mengenakan pakaiannya kembali. "Huh! Nyaris saja? Suami jadi-jadianku sudah pulang " gerutu Asha . "Ada apa Tuan mencariku," tanya Asha tiba-tiba sudah menghampiri Danendra . "Untuk menjemputmu pulang ke rumahku,"sahut Danendra dengan santainya. Asha tidak bereaksi, menatap Danendra dengan tenang. Terlihat Asha mengambil sebuah amplop coklat berukuran sedang dari dalam tasnya. "Tuan, aku sudah mendaftarkan gugatan perceraian. Dan ini surat panggilan untuk Tuan," Asha menyodorkan amplop itu kepada Danendra. Danendra tertegun menatap Asha . Danendra masih tidak percaya Asha sudah bertindak sejauh ini.Tadinya, Danendra berpikir kalau Asha akan menemui Hayana Aribell ,putrinya terlebih dulu, baru menentukan sikapnya. Ternyata, keputusan Asha sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Danendra melemas, terduduk diatas ranjang sambil meremas amplop yang sama sekali belum dibukanya. Danendra sudah tahu jelas apa isinya. Ini bukan pengalaman pertama untuknya. " Tuan , aku akan memudahkan penceraian ,lalu tidak membutuhkan ke pengadilan.Tuan ,butuh menandatangani saja.Penceraian kita sudah cukop pensyaratan ," jelas Asha menyatakan. "Baiklah, setidaknya temui Hayana untuk pertama dan mungkin terakhir kalinya sebagai istri dari Daddy-nya." Danendra berkata dengan pasrah .Danendra sudah tidak bisa berpikir lagi. Semua rencana yang tadi menari di otaknya, hilang dan menguap entah kemana. "Besok kita berangkat pagi-pagi sekali," ucap Danendra , menghela napas kasar. "Malam ini, aku tidur di kamar tamu saja," lanjut Danendra , melangkah pergi meninggalkan Asha yang berdiri, terpaku melihat perubahan suaminya yang tiba-tiba. " Maafkan aku.Aku tidak ingin merosakkan keluarga kecilmu .Kak Isyana dan Hayana membutuhkanmu ," rintih batin Asha.Dan hanya melihat punggung suaminya hilang di balik pintu. *KEESOKKAN HARINYA* ***** Di kediaman Danendra Isam Aldari ,Jakarta. **** Terlihat Hayana sedang digendong pengasuhnya, menunggu sang Daddy kembali dari Surabaya. Celotehan dan tawa kecilnya terdengar sampai ke pos security. Melihat itu, tampak seorang security menghampiri dan mengajak gadis kecil yang sedang lucu-lucunya itu mengobrol. "Non Hayana, pagi-pagi sudah cantik mau kemana?" tanya sang security. "Sedang menunggu Daddy, menjemput Mommy pulang, 0m Security," jawab pengasuhnya. "Oh, ya, Pak Dan mau menjemput istrinya?Nanti tinggal disini juga?" tanya security itu penasaran.Pengasuh Hayana hanya menggeleng. "Kapan ya, saya lupa. Ada tamu mencari Ibu Isyana, itu mirip sekali dengan istrinya Pak Dan.Mirip dengan foto yang sering Non Hayana bawa kemana-mana kalau lagi main," ceritanya. "Saya sampai kaget pas membuka pintu," lanjut sang security. "Ya, Mbak Mina yang membukakan pintu juga cerita. Dia sampai terkejut. Tamu Ibu Isyana, mirip sekali dengan istri Pak Dan, yang foto nikahnya digantung di ruang keluar ," ucap pengasuh Hayana. "Memang selama ini istri Pak Dan ke mana,sih?" tanya security penasaran. "Katanya masih kuliah di Surabaya, tapi ini sudah tiga tahun,Mungkin sudah tamat universitas.Istri Pak Dan ,dari nikah belum diboyong kesini," jelas sang pengasuh.Semua pekerja di rumah Danendra memanggilnya " Pak Dan". Percakapan mereka terhenti, saat bunyi klakson mobil terdengar dari balik gerbang depan. Buru-buru,sang security berlari dan membukanya.Tampak mobil Danendra masuk ke dalam halaman rumah. Tak lama, setelah mobil berhenti, Isyana turun dan berjalan masuk ke rumah. "Onti Ana ," celoteh Hayana langsung mengulurkan tangannya pada Isyana yang sedang berjalan menuju teras .Asha tertegun melihat prilaku kakaknya pada anaknya.Merasa sakit hati melihat kakaknya memperlakukan Hayana sebegitu .Gadis kecil yang rindu akan pelukan ibunya . Naluri ibu dan anak takkan terpisah .