"As , aku benar-benar tidak mau bercerai," ucap Danendra pelan.
"As , kamu benar-benar tidak mau mendengar penjelasanku?" tanya Danendra setelah melihat Asha tetap tidak terpengaruh dengan permintaannya.
"Baiklah, aku ingin bertanya pada Tuan. Apa benar itu putri Kak Isyana ?" tanya Asha .
Danendra mengangguk.
"Itu putri Isyana , tetapi bukan putri kandungku," jelas Danendra dengan mantap.
Danendra memijat pelipisnya, menatap Asha dengan pandangan yang sulit diartikan. Danendra ragu untuk menceritakan apa yang sebenarnya bukan kapasitasnya untuk menjelaskan semua ini. Isyana
yang seharusnya membuka semua kebenaran ini pada keluarganya. Namun, Isyana sendiri memilih bungkam dan memutus semua tali kekeluargaan itu sejak kejadian memalukan ini menimpanya. Danendra tidak bisa berbuat apa-apa.Danendra hanya sebatas membantu dan menjaga banyak hati supaya tidak tersakiti, walau kenyataannya pasti ada yang dikorbankan selama ini.Istri dan pernikahannya.
"Duduk di sini!" pinta Danendra , menepuk sisi ranjang yang kosong.
"Ceritanya sedikit panjang, jadi sebaiknya kamu duduk, As ," lanjut Danendra, berharap Asha sedikit melunak dan mau mendengarnya.
Akhirnya Asha mengalah, memilih duduk ditempat yang ditunjuk Danendra . Dengan memeluk guling di pangkuannya, ia bersiap mendengar cerita Danendra
"Sewaktu kita menikah, Isyana tidak bisa datang.Itu karena dia baru saja melahirkan." Danendra memulai, membuka dari mana kisah ini bermula.
"Dan tidak ada laki-laki yang bisa bertanggungjawab untuk Isyana ataupun bayinya," lanjut
Danendra , menatap Asha.
Asha langsung terkejut.
"Jadi Tuan mengambil tanggung jawab itu?" tanya Asha , sedikit merasa bersalah. Selama ini Asha sudah berpikir buruk tentang suami dan kakaknya.
"Tidak sepenuhnya." Asha menjawab singkat.
"Sebelum mengambil langkah ini, aku dan Ramos ,asistenku mencari tahu di mana laki-laki itu dan ingin menyeretnya bertanggung jawab. Tapi ,masalahnya ... Isyana bahkan tidak tahu siapa ayah dari anaknya. Kakakmu luar biasa," cerita Danendra lagi ,sedikit menyindir .
"Maksud ... Tuan?" Asha terbata, mendesak Danendra bercerita lebih banyak karena penasaran dengan kata luar biasa yang diucapkan Danendra .
"Nanti kamu bisa bertanya langsung pada kakakmu. Bukan kapasitasku menjelaskan kehidupan pribadinya," sahut Danendra .
"Lalu?" tanya Asha semakin penasaran dengan cerita selanjutnya.
"Aku membawanya tinggal bersamaku. Tadinya dia hanya tinggal di sebuah kontrakan sempit yang tidak layak ditinggali," jelas Danendra lagi.
"Hayana masih terlalu kecil saat itu. Bukan salahnya kalau diminta menanggung kesalahan ibunya."jelas Danendra menyakinkan Asha .Danendra paham apa yang ada di pikiran kini.Istrinya masih tidak percaya kata-katanya.
"Tuan menikahi Kak Isyana?" tanya Asha ingin tahu.
Danendra menggeleng.
"Tidak ada pernikahan antara aku dan Isyana ,"lanju Danendra lagi.
"Aku hanya bertanggung jawab untuk anaknya saja, bukan ibunya," Danendra melanjutkan penyataannya.
"Ya Tuhan, Kak Isyana ... kalau Ibu sampai mengetahuinya, aku tidak bisa membayangkan," ucap Asha pelan, memejamkan matanya.
"Biarkan saja seperti ini. Selama ini aku menutupinya, karena memikirkan kondisi Ibu," ujar Danendra lalu bola mengarah ke Asha yang duduk di sebelahnya.
"Jadi selama tiga tahun Kak Isyana tinggal bersama Tuan?" tanya Bella.
"Ya, aku tidak bisa melempar kakakmu ke jalanan. Mengingat betapa baiknya Ibu padaku.Lagi pula Hayana masih membutuhkan Isyana.Walau pada kenyataannya, sampai detik ini ..
bahkan anak itu tidak pernah mau bersama kakakmu," cerita Danendra membela Isyana.
"Mendengar cerita ini, aku semakin yakin untuk berpisah denganmu, Tuan. Kak Isyana dan keponakanku lebih membutuhkanmu," ucap Asha pelan.Asha paham kenapa dia diabaikan .
" Kenapa semuanya dirahsiakan semuanya dari ? Sebaiknya aku mengundur ,aku tidak ingin jadi orang ketiga meski aku istri resminya."kata Hati Asha.
Mengambil guling dan meletakkan di tengah ranjang sebagai pembatas antara dirinya dan Danendra . Kemudian ia memilih berbaring dan memejamkan matanya.Asha merasa dirinya terlalu bodoh.
"As ..As!," panggil Danendra , setelah melihat istrinya memilih tidur membelakanginya. la hanya disodori punggung.
"Aku mau tidur, Tuan. Besok aku harus ke kantor ,"sahut Asha , tanpa melihat ke arah Danendra sama sekali.
"As, kapan kamu kerja di kantor ?kenapa aku tidak di kabarkan?" Tanya Danendra lagi.
" Sudah , Tuan .Aku tidak ingin bicara lagi , aku lelah." Jelas Asha lagi .
Selama Danendra di Surabaya ,Asha menghindar bertemu Danendra.Walaupun tidur seranjang ,tetapi Asha memilih di kamar lamanya menyibokkan diri .Setelah larut malam Asha masuk ke kamar .Sesubuh siang ,waktu makan tengahari dan balik dari kantor Ashak ke tokonya ,AB Toko mengecek jualan dan pesanan harian klien. Pukul 8 lebih malam barulah Asha balik ke rumah ,menyambung kerja yang tersisa dan jualan di tokonya .Begitulah kegiatan sehari -hari Asha. Manakala ,Danendra rapat di kantor cabang di Surabaya .
Tiga hari berada di Surabaya, akhirnya Danendra memilih kembali ke Jakarta, meninggalkan Isyana yang memang ingin lebih lama bersama sang Ibu.Selama tiga hari ini, tidak sehari pun dilewatkan Danendra tanpa membujuk Asha . Asha benar-benar tidak ingin bercerai. Rasanya berat sekali harus menginjakkan kaki ke pengadilan lagi. la memang tidak mencintai Asha , tetapi ia punya alasan untuk tetap bertahan dengan pernikahan ini.Sebelum meninggalkan Surabaya, ia menyempatkan mampir ke kantor Asha . Selain ingin melihat langsung bagaimana kehidupan istrinya di luar sana, ia juga perlu bicara berdua saja, tanpa diganggu siapapun.
Dengan diantar sopir, Danendra menunggu di depan kantor Asha . Setelah berhasil menghubungi Asha dan meminta menemuinya, Asha memilih menunggu di mobil. Ini adalah usaha terakhir
membujuk Asha . Jika tetap tidak bisa, Danendra terpaksa harus melepas gadis itu.Danendra juga tidak mau egois, selama ini Danendra sudah banyak bersalah pada Asha . Danendra mengabaikan,tidak pernah memikirkan perasaan Asha sama sekali.
Setibanya tepat depan kantor Asha ,Danendra melihat Asha berjalan berpamitan dengan seorang pria .Danendra menahan amarahnya ,tapi mengingat kembali prilakunya ke Asha ,Danendra hanya mampu melihat.Danendra turun dari mobil ,lalu mengarahkan ke Asha .Asha sama sekali tidak terkejut .Malah memperkenalkan Farzan ke Danendra.
"Tuan , kenapa tuan ada disini? Tanya Asha memulakan bicara.
"Kenalkan ini Farzan ,majikan ku .Farzan ,Ini Tuan Danendra ,mantan majikan Ibuku ,lalu suamiku ,"jelas Asha memperkenalkan mereka berdua .Dan semasa menyebut "suamiku"ayat itu seakan tidak kedengaran.
Danendra menyorok tangannya bersalaman dengan Farzan.
" Aku Danendra ,suami Asha ," ucap Danendra .Asha yang mendengar langsung menundukkan mukanya.
"Farzan ," hanya itu pengenalan dari Farzan, lalu meminta diri .Farzan tahu ada yang perlu suami istri itu bicrarakan.Asha telah menceritakan kepada Farzan tentang pernikahannya dengan Danendra.
"Kita bicara saja di dalam mobil," ucap Danendra lagi.
"As , aku harus kembali ke Jakarta," pamit Danendra ,begitu mereka berdua sudah berada di dalam
mobil. Danendra terpaksa mengusir sementara sopirnya, supaya bisa bicara empat mata dengan istrinya.
"Ya, Tuan," sahut Asha .
"Kamu sudah yakin dengan keputusanmu?"tanya Asha lagi.
"Ya, Tuan, aku juga ingin menata kembali impian dan masa depanku." sahut Asha yakin.
"Aku masih tidak mau bercerai denganmu," ucap Danendra menatap Asha .
"Ini yang terbaik untuk semua orang. Terutama Kak Isyana , putrinya dan Tuan sendiri. Walaupun Tuan bukan ayah kandungnya, Hayana mengganggap Tuan itu ayahnya," jelas Asha.
"Dan aku yakin, Tuan juga sangat menyayangi Hayana seperti putri Tuan sendiri. Aku sudah melihatnya langsung, bagaimana sikap Tuan terhadap keponakanku.Selama tiga tahun tuan berjuang dan menjaga kebutuhan Kak Isyana dan putrinya .Aku mengundur diri , Tuan .Aku tidak patut ada dikalangan kalian" lanjut Asha lagi.
" As , apakah benar-benar sudah tidak ada kesempatan lagi untuk kita?" tanya Danendra
Asha menggeleng.Asha yakin dengan penyataannya.
"Setelah perceraian kita, Tuan bisa memberi keluarga utuh untuk Hayana dan Kak Isyana . Kalau memang Tuan ingin bertanggung jawab pada Hayana,putri kesayangan tuan ," Asha menjelaskan.
"Baiklah!" Danedra menghela napas kasar. Istrinya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Keputusan Asha sudah titik, tidak menyisahkan koma untuknya.
"Sebelum mengajukan perceraian. Apakah kamu bisa bertemu sekali saja dengan putriku?" tanya Danendra dengan wajah memohon.
"Setelah itu, kalau kamu tetap masih mau menggugat cerai ... aku tidak akan memohon atau mempersulitmu. Aku ikhlas ... kita bercerai,"lanjut Danendra.
Asha terdiam, sesekali menatap ke arah suaminya.
"Aku akan mempertimbangkannya, Tuan," sahut Asha .
"Katakan saja. Kalau kamu sudah siap bertemu Hayanal,aku akan menjemputmu disini. Hayana pasti senang bisa bertemu denganmu, As ,"ucap Danendra .
"Baik, Tuan .jawab Asha
"Nanti aku akan mengabari Tuan,"jelas Asha .
"Aku berangkat sekarang. Aku menunggu kabar baik darimu, Asha ," pamit Danendra.
Asha meminta diri keluar lalu membuka pintu mobil.
Terlihat Danendra keluar dari mobil dan melambaikan tangannya pada Asha yang berlari masuk ke dalam gedung kantornya tanpa melihat ke belakang.
"Maafkan aku As . Sebenarnya aku belum mau mengenalkan Hayana padamu sekarang. Itu pasti akan membuat langkah dan impianmu terhenti seketika. Bahkan mungkin kamu harus meninggalkan kuliahmu dan ikut bersamaku ke Jakarta, tetapi sungguh ... aku tidak ingin perceraian ini terjadi. Aku tidak punya jalan lain.Selain mengenalkanmu pada Hayana. Semoga setelah bertemu dengannya, kamu akan berpikir ulang untuk menceraikan daddynya."Danendra kembali masuk ke dalam mobil, bersiap menuju ke bandara. Danendra berharap segera akan kembali ke Surabaya untuk menjemput Asha , dan menjadikan Asha istri seutuhnya.kesalahan mengabaikan istri selama tiga tahun .Danendra pasrah.
Adakah Asha masih dapat dikompromi ?