***Subuh Pagi**
Sudah terbiasa,pukul 5:00 pagi,Asha terbangun dari tidur.Ada tangan kekar yang menimpa perutnya saat ini,tangannya menyentuh sesuatu yang menegang di bawah, cuba meremas dan merasakan.
"oopppsss ...!!!!"
Asha dengan cepat menarik tangannya.
Sejenak,desihan manja di telinga.Tangan kekar yang cuba meramas naik ke dua gunungnya,dan lehernya dikucup manja.Ia kegelian tapi enak. Asha hampir menjerit,terkejut mendapati dirinya dan majikan tidur di ranjang yang sama.Asha tidak berani bergerak ,cuma mematung baring telentang.Beruntung ingatannya cepat kembali,jeritan itu belum sempat lolos dari bibir mungilnya.
"Nisha …aku inginkannya .." desihan Danendra di telinganya dengan mata tertutup.Danendra semakin rancak menyusuli tubuh Asha hingga menyentuh ke bahagian intimnya sambil memanggil nama seseorang ,yang pasti bukan nama ,Asha.
"Aku sudah menikah dengannya."Bisik Asha,memindahkan tangan Danendra yang tidak terkendali .Ia buru-buru keluar dari kamar untuk menemui ibunya.Danendra menyambung mimpi nya kembali.
" Siapakah Nisha?"tanya batin Asha
"Ahrh !! Biarin aja!! Dia tidak mencintaiku!" Batin Asha sedikit cemburu.
"Ibu, ada yang bisa aku bantu?"tanya Asha
" Siapkan sarapan untuk suamimu,As!"pinta Ibu Rani kepada putrinya.
" Ya , Bu,"
"Nak, kamu tahu kalau suamimu akan kembali ke Jakarta hari ini?" Tanya Ibu Rani.
" Ya , Bu," Asha menjawab.Tangannya sibuk mengiris sayuran untuk bahan campuran nasi goreng.
"Danendra tidak mengatakan apa pun padamu?"Tanya Bu Rani lagi.
"Tidak .Hanya mengatakan akan menjemputku setelah lulus SMA nanti,"jelas Asha,semoga Danendra menepati janjinya.Tetapi tidak sangat berharap.
"SMA tamat enam bulan lagi .Bersabar saja ,Nak," Ibu Rani mendendangkan putrinya tapi jauh di lubuk hati dia merahsiakan tentang sertifikit rumah .
" Ya ,Bu."sahut Asha mengundur ,meminta membersihkan diri.
Sebenarnya Asha tidak terlalu menpersalahkan Danendra meninggalkannya.Asha lebih pusing memikirkan kehidupannya nanti kalau sudah tinggal bersama-sama di Jakarta.
**Sarapan Pagi**
Setelah sarapan pagi,tampaknya Danendra kembali ke kamar.Dia menyuruh Asha menyusulnya.Asha yang hari ini izin tidak masuk sekolah,mengekor di belakang Danendra.
"Ada yang bisa saya bantu,Tuan?tanya Asha.Ia melihat Danendra menurunkan koper dari dalam lemari.
"Tolong rapikan semua pakaianku ke dalam koper ,As," titah Danendra menunjuk setumpuk pakaian yang sudah tersusun rapi dia atas tempat tidur.
"Sisa yang di lemari,tolong berikan kepada pekerja yang membutuhkan.Kalau sekiranya sudah kurang layak,dibuang saja .Lemari dikosongkan,jadi kamu bisa menyusun baranga-barangmu di dalam.
Deggg————-
"Apa dia tidak berencana kembali lagi.Kenapa semua pakainnya tidak tersisa sama sekali?"batin Asha bertanya.
Asha menatap suaminya yang sedang merapikan pakaian.Danendra begitu serius bahkan tidak melihat ke arahnya sama sekali.Ada sedikit rasa diabaikan tercetus di dalam hati.Walaupun Asha tahu ,pernikahan mereka memang tidak didasari pasangan suami istri pada umumnya.Tak lama,sopir membantu mengeluarkan dua koper besar milik Danendra.kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobil.Tidak ada adegan berpamitan seperti kayaknya pasangan lain.Tidak ada ciuman di kening atau sentuhan tangan dari suaminya.Danendra hanya mengangguk dan tersenyum saat berpamitan dengannya.Berbeda perlakuan saat dengan Ibu Rani,Danendra masih sempat memeluk erat mertuanya dan meminta doa supaya dilancarkan perjalanan,
"Bu, aku berangkat sekarang ,ya!" Jelas Danendra lalu melepaskan pelukan dan masuk ke dalam mobil ,melambai tangannya buat ibu mertuanya,Ibu Rani.Asha hanya menatap mobil Danendra,menghilang keluar dari gerbang rumah. Menghela napas kasar , Asha kembali ke kamar dengan langkah gontai.Asha harus menjalani hidup yang masuk abu -abu didepannya.Asha tidak tahu kehidupan seperti apa yang ada di depan matanya. Ia melihat keliling kamar milik sang suaminya ,Danendra.
"Aku tidak layak di kamar ini.Aku hanyalah sebuah alasan .Aku mahu tinggal di kamarku dulu,"bisik batin Asha .Ibu Rani sudah memindahkan barang -barang ke bilik di dalam kediaman Danendra,Bu Rani kini pemilik rumah mewah itu. Asha mengumpul semua pekerja di rumah itu,Ibu Rani masih beristirahat di lantai atas biliknya.
"Mbak,Om!!aku ingin berbicara sebentar dengan kalian.Aku mahu pernikahan aku dengan Tuan Dan di rahsiakan .Aku tahu Tuan Dan akan meminta tahu aktivitasku disini ,ku mohon kalian cuma berkata semuanya baik -baik saja.Jangan memanggilku nyonya ,aku sama dengan kalian.ibuku,terpulang kalian bagaimana mau memanggilnya.Jangan khawatir gaji kalian akan dibayar bulanan,Tuan Danendra sudah mengatakannya." kata Asha berkata dengan lembut .
"Kasihan nyonya,baru aja nikah udah ditinggal ,"terdengar pekerja berbisik sesama,tapi Asha tidak mahu peduli.Ia tau Danendra akan menggunakan pekerjanya menjadi mata-mata.Setelah itu,Asha menemui ibunya di kamar baru ibunya.
"Bu,apakah ibu suka dengan kamar ini?"tanya Asha lalu memeluk ibunya.
"Ya ,Nak.lalu … bagaimana dengan kamar Tuan Dan?kamu suka?"tanya ibunya,Ibu Rani lalu senyum membuat canda dengan Asha.Ia paham perasaan Asha .Asha terasa terabai tapi berupaya menutup kesedihannya walaupun hanya sehari bergelar raja sehari udah ditinggali.
"Bu ,aku ngak mau pindah ke kamar Tuan Danendra,Aku akan tinggal di kamar kita dulu.Aku ngak pantas disitu.pernikahanku hanya sebatas kertas hitam putih,aku ngak layak ,Bu,"jelas Asha meyakinkan ibunya.
"As ,kamu layak untuk itu ,Nak.Kamu nyonya di rumah ini,"jelas ibunya,Ibu Rani lagi.
" Tak pa ,Bu.Aku suka di kamar lama.Aku ingin ulangkaji tanpa gangguan."jelasnya lagi
" Baiklah ,Nak," kata Ibu Rani lagi.
Setelah mengucap selamat malam ,Asha balik ke kamar lamanya.
Tiba di kamarnya ,Asha duduk dilamar sambil memeluk bantal,air matanya tiba -tiba nitis menaggisi nasibnya.Asha hampa ibunya masih ingin merahsiakannya.Dia seolah hanya satu mainan yang dimain ,tapi ia gembira ibunya tidak perlu kerja keras dan kelelahan lagi.
***keenam bulan kedepan***
Enam bulan berlalu,terasa begitu cepat.Entah harus bahagia atau bersedih.Sejak kepergian Danendra ke Jakarta,Danendra tidak pernah menghubungi Asha sama sekali.Kecuali mengirim pesan setiap bulan, kalau ia sudah mentransfer uang untuk biaya gaji pekerja di rumah dan kebutuhan sehari -hari.Danendra juga tidak protes,setiap apapun dibeli Asha dan Ibu Rani menggunakan kartu kreditnya.Namun di balik semua itu,Danendra sering menghubungi Ibu Rani untuk menanyakan kabar dan kasehatan mertuanya.Tidak pernah sekalipun membahas tentang Asha.Danendra seolah lupa,pernah mengikat pernikahan dengan gadis kecil itu. Asha sering kali mendengar Danendra menghubungi ibunya ,malah supir ibunya.Tapi ibunya ngak pernah membahaskannya .Asha juga ngak mau jadi kepo.
"Mungkin ada sebab,ibu merahsiakan dariku yang ngak mau aku tahu"batin Asha berkata.
Sebenarnya,Asha juga tidak pernah mempermasalahkan.Toh,tidak ada cinta,hanya sebuah ikatan.Tidak ada perasaan,hanya sebuah komitmen dan tanggungjawab pada Ibu.Asha binggung,bagaimana harus bersikap.Asha sudah menikah tetapi seperti tidak menikah.