Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 6 - Chapter 6 : Malam Pengantin

Chapter 6 - Chapter 6 : Malam Pengantin

** DI RUANG KERJA DANENDRA**

" Ada apa ,Tuan"tanya Ibu Rani sesaat setelah berada di ruang kerja Danendra.

"Bu,bisakah berhenti memanggilku ,Tuan? Pinta Danendra langsung memeluk Ibu Rani.

"Sekarang kamu ibuku." Ucap Danendra lagi.

" Sekarang kamu ibuku." Jelas Danendra lagi.

"Saya harus memanggilnya apa,Tuan.Dari detujuh tahun,lidah saya udah terbiasa ," Saut Ibu Rani

"Panggil aku Danendra,sekarang aku anakmu,Bu,"pinta Danendra melepaskan pelukannya.

Tampak Danendra membuka laci meja kerjanya,mengeluarkan sebuah map dan menyerahkan kepada Bu Rani.

" Ini sertifikat rumah .Sekarang sudah dialihkan atas nama ibu.Jangan menolak lagi.Ibu jangan menolak lagi.Aku menantumu sekarang .Ucap Danendra menyodorkan map hitam ke tangan ibu mertuanya.

"Tapi..Nak…"Bu Rani berusaha menolak.

"Tidak ,Bu.Ini untuk ibu.Aku sengaja tidak memberinya sebelum hari pernikahan,karena aku tahu kamu akan menolak.Dan sekarang,ibu tidak ada alasan lagi untuk menolak.Nanti setiap bulan aku akan mengirim uang bulanan ke rekening Asha.Asha dan ibu akan mengatur semua kebutuhan dan pembayaran pekerja di sini,"jelas Danendra.

Asha mengambil tas sekolahnya, secara tidak sengaja melintasi ruang kerja Danendra mencuri dengar percakapan Danendra dengan ibunya,Ibu Rani.Asha sedari tadi ,hanya berdiri di balik dinding kerana pintu tidak tertutup rapat memungkinkan dia mendengar perbualan sang majikan,suaminya,Danendra.

"Ibu tidak perlu bekerja lagi,Ibu..pemilik rumah ini.Mulai sekarang,jangan tinggal di kamar itu.Ibu bisa memilih kamar mana pun yang ibu mahu,"lanjut Danendra lagi.

" Kalau ibu membutuhkan sesuatu,minta Asha atau ibu sendiri menghubungiku," lanjut Danendra

"Maksudnya…Nak Danendra akan meninggalkan Asha disini?"Tanya Ibu Rani memastikan pendengarannya tidak salah.

"Ya.Setelah Asha menyelesaikan SMA ,aku akan menjemputnya," jelas Danendra.

Ibu Rani mengangguk.Ia juga tidak bisa menolak semua yang telah direncanakan Danendra yang sekarang telah resmi menjadi menantunya.

"Bu , nanti tolong panggilkan Asha,Minta dia menemuiku di kamarku."pinta Danendra.

Asha yang sedari tadi mencuri dengar berlari kembali ke kamar .Asha tidak mau keberadaannya diterbak ibu dan suami .Ia mau ibunya berterus terang dengannya.

Ibu Rani melangkah keluar dari ruang kerja Danendra.

"Apa aku perlu memberitahu Asha tentang hak milik rumah ini?Aku takut putriku kecewa kerana suaminya memindahkan nama rumah ini kepadaku.Sebaiknya biarlah berjalan seperti sekarang,"batin Ibu Rani menenangkan diri.Ibu Rani tidak mau putrinya berprasangka buruk terhadap suaminyaDi dalam kamar,Asha akting mempersiapkan tugas sekolahnya.Asha berharap ibunya berterus -terang.

"As ! Tuan Danendra ingin kamu menemuinya di kamar."jelas ibunya kepada Asha,setelah sampai di kamar. Asha melihat ibu memegang sebuah map hitam di tangannya,tapi ibu tidak menjelaskan.Asha tidak mau bertanya.Ia ngak mau ibu nya berpikir ia salah sangka.

Biarlah!!"batin Asha berkata .Asha lalu menemui Danendra.

Asha memberhentikan langkahnya ketika melihat Danendra sedang duduk menunggunya.Ada keraguan yang mengisi hatinya.Dia tidak tahu bagaimana berhadapan dengan Danendra.

"Ya , Tuan," sapa Asha saat sudah berdiri di hadapan Danendra.

"As , besok aku berangkat ke Jakarta.Kamu bisa menempati kamar tidurku mulai sekarang,"ucap Danendra.

"Tuan…tuan …akting mu bagus sekali.Tuan ingat aku ini polos?aku hanya mengiakan tapi ngak akan tidur di sini setelah kamu kembali ke Jakarta.walaupun aku istrimu seperti hanya di atas kertas,"keluh batin Asha.

"Ya ,Tuan."sahut Asha.

Danendra mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya.

"Mulai sekarang,kamu bisa menggunakannya untuk semua keperluanmu dan ibu," sodor Danendra pada istrinya.

"Tidak ..Tuan.Sebaiknya ibu bagi ke Ibu .Aku takut aku terlalu boros."jelas Asha .Asha tau suaminya itu memancingnya.

" Ambil, As!Kamu aja bagi ke ibu."kata Danendra lagi.

"Ya ,Tuan."Asha terpaksa menerima.

"Tolong kamu aku urus semua gaji pekerja di sini,aku akan mengirim uang ke rekeningmu setiap bulan,"jelas Danendra lagi.

" Ya ,Tuan."

"Kalau ada apa -apa,kamu bisa menghubungiku.Selesaikan sekolahmu,nanti aku akan menjemputmu,"ucap Danendra tersenyum.

"Ya ,Tuan," Asha menjawab sambil wajahnya selalu menunduk.

"Aku permisi dulu,Tuan.Kerja sekolah ku masih tersisa sedikit."jelas Asha lalu keluar dari kamar Danendra.

Asha hanya bisa menjawab "Ya",suami nya tidak membahas hal -hal peribadi.Danendra hanya memintanya mengurus hal yang tertinggal.

"Aku tahu pernikahan kita sebuah alasan,sedikit dirimu tidak menghargai ku.Kamu hanya menggunakannya dalam permaianan nikah ini.Tapi aku ikhlas,redha dan pasrah asalkan ibuku,Bu Rani bahagia dan ngak perlu kerja keras lagi.slama aku masih di bangku SMA aku masih membutuhkan uang mu untuk biayai sekolahku.Selepas itu,lalu memang kamu menjemput ku ke Jakarta aku akan mengikut tapi jika tidak,aku akan menjadi mandiri."tekad Asha dalam batinnya.Suami dan ibunya berpikir ia masih anak -anak ,tapi Asha tidak membenci keduanya. Asha masuk ke dalam kamar dengan senyuman dibibir.

" Bu, Tuan Dan memberikan kartu ini untuk kebutuhan ibu dan saya ,lalu untuk gaji pekerja di sini.Aku ngak mau megangnya ibu.Aku takut aku boros lalu menambah utang Tuan Dan lagi,"jelas Asha menyodorkan kartu ke ibunya.

"Nak,Tuan Dan itu suamimu ,,As.Sebaiknya kamu yang menyimpannya.Kamu itu nyonya Tuan Dan!"jelas Ibu Rani.

"Bu,aku ngak pernah berfikir ke situ ,tapi aku ngak mau menyimpan kartu ini ,Bu.Bu saja yang pegang ya?"ucap Asha memujuk ibunya lalu memeluk ibunya. Ibu Rani pun menyimpan kartu itu .Ia senyum melihat ulah putrinya ,Asha.

"Malam ini kamu tidak boleh tidor dengan ibu.Kamu sudah bersuami."nasehat Bu Rani.

"Ya ,Bu.Aku mempersiapkan kerja sekolahku dulu.Aku sudah memberitahu Tuan Dan. Ibu tidurlah." Jelas Asha.

"Baiklah,Ibu tidur dulu .Jangan kelarutan ,nanti apa kata suamimu.Selamat malam."kata Ibu Rani lalu membaringkan diri di ranjang.

Asha menerus kerja sekolahnya.

Setelah semuanya beres ,Asha menuju ke kamar suaminya.

**Di Kamar Danendra**

Asha masuk ke dalam kamar tidur Danendra.Sesuai permintaan Suaminya,mulai hari ini Asha akan menempati kamar utama di rumah itu .Ada rasa takut dan gugup,membayangkan akan tidur sekamar dengan laki-laki yang dianggapnya sebagai majikan.Asha menatap sekeliling, manik mata Asha mencari sosok sang suami.Rasa takut,khawatir dan panik mengumpul jadi satu.Jantungnya berdegup kencang ,seiring langkahnya semakin mendekat ke ranjang.

"Aku harus bagaimana ini?"ucap Asha dalam batin.

Gadis itu meremas lingere tidurnya,memilih berdiri menatap ranjang kosong yang masih rapi mengkilap.Terbayang betapa beratnya melewatkan malam ini.Lama termenung,kesadarannya kembali saat mendengar pintu kamar yang terbuka. Tubuh Danendra terasa tiba tiba panas melihat istri kecilnya, Asha memakai lingere .

"Kamu belum tidur ,As?"tanya Danendra berjalan masuk ke dalam .Pria itu sudah mengenakan pakaian tidurnya.Melihat ekspresi Asha yang ketakutan dan gugup.Danendra tersenyum.

"Kamu tidak perlu khawatir,aku berjanji tidak akan terjadi apa-apa."ucap Danendra meyakinkan. Asha masih bergeming.Tidak berani mendahului Danendra dan memilih menunggu suaminya naik ke atas tempat tidurnya terlebih dulu.

"Ya…"jawaban yang terdengar pelan.Sangat pelan hingga nyaris tidak kedengaran.

Sepanjang malam Asha tidak dapat tidur.Asha juga tidak berani berbalik.Meringkuk di sisi ranjang,membuat jarak sejauh mungkin.Asha baru sedikit lega,setelah mendengar dengkuran halus Danendra.Barulah Asha berani bergerak,berbalik arah menatap sang suami yang tertidur pulas.

"Dia tampan .Sangat tampan!"batin Asha ,sambil tangan seolah membelai lembut menyodorkan telunjuk nya dari kening ke mulut suaminya .Tanpa sedar ia mengucup lembut bibir suaminya.Danendra yang keletihan tidak merasakan apa- apa.Asha baru pertamanya bisa menatap Danendra dengan leluasa dan dari jarak dekat.

"Aku tidak pernah bermimpi menikahinya.Tidak tahu juga kehidupan seperti apa yang aku jalani ke depannya.Aku hanya tahu,dia orang baik.Tidak mungkin menyakitiku.Tiada pembicaraan apa-apa dalam pernikahan ini, bahkan tidak membahas tanggung jawab dan tugasku sebagai istrinya.Tidak membahas pensyaratan juga.Mendengar kata-katanya ,menikah itu seperti mainan saja."Bentak batin Asha kecewa.Pernikahan seharusnya bahagia,Tapi bagaimana pernikahannya???