***DI KEDIAMAN TUAN DANENDRA***
Saat sarapan pagi, Ibu Rani memberanikan diri berbicara dengan Danendra yang sedang menyantap sarapannya.Sebenarnya ia sangat ragu -ragu menyampaikan seperti ini.Rasanya tidak sopan,tetapi tidak bisa menunggu dan membiarkan putri dalam terombang-ambing dan tidak senang. Apalagi majikannya itu sering kali pulang malam,akan bisa berbicara di saat pria itu pulang ke kantor.
"Maaf …Tuan,Apa bisa saya bicara sebentar ?tanya Ibu Rani membuka pembicaraan.
"Ada apa , Bu?"tanya Danendra mempersilakan.Tangannya sedang menyuap mee goreng masak pedas ke dalam mulutnya .
"Maaf. Tuan…sepertinya putriku Asha tidak mahu menikah .Semalam, saya sudah menanyakan langsung kepada anaknya," ucap Ibu Rani ragu -ragu menjelaskan.Asha berdiri menunduk di hadapan Danendra.Ada rasa tidak enak di hati,takut membuat sang majikan kecewa.
Danendra terjenak seketika lalu lalu mengadap mata mengarah ke Bu Rani
" Apa aku bisa bicara langsung dengan Asha?"tanya Danendra
" Sebentar,saya panggilkan anaknya ,Tuan."tampak Bu Rani memanggil Asha yang sedang menyantap sarapannya di dapur belakang sebelum ke sekolah.
" As , dipanggil Tuan Dan,"ucap Bu Rani ragu
"Ada apa , Bu?"tanya Asha
" Ibu baru membicarakannya dengan Tuan Dan,tetapi dia ingin langsung berbicara dengan mu," jelas Bu Rani
" Aku harus bagaimana ,Bu.Aku …takut kalau bicara dengan…Tuan Dan," ucap Asha terbata -bata.
" Tidak apa -apa, Nak .Lebih baik berterus terang dari pada nanti menjadi beban dan masalah,"Ucap Bu Rani menenangkan putrinya.
Asha menarik nafas panjang ,meninggal makanan yang masih Tersiksa di meja sebentar.Asha mengikuti langkah ibunya dari belakang.
Terlihat Asha berjalan masuk ke ruang makan dan menghampiri sang majikan.
" Ya , Tuan,"sapa Asha ragu sambil menunduk.Kedua tangannya saling meremas menahan gugup.
"Duduk ,As!! Mau sarapan bersamaku?"Tanya Danendra setelah melihat Asha hanya berdiri menunduk.
" Tidak, Tuan . Saya berdiri saja," Asha menatap sekilas Danendra sekilas,kemudian menunduk kembali.Tidak berani beradu pandang dengan majikan ibunya.
" Duduk,As!"pinta Danendra lagi.Tiba-tiba Danendra berdiri lalu mengeser keluar kerusi di sampingnya,meminta Asha duduk di sebelahnya.
Asha terlihat ragu,tetapi senyuman di bibir Danendra sedikit memberi keberanian padanya untuk duduk.Ragu-ragu,akhirnya menjatuhkan bokongnya dengan pelan sambil mencuri tatap.
Selama detujuh tahun,ia belum pernah sekalipun melakukan hal seakrab ini dengan Danendra.Walaupun sering berdua di kamar tetapi itu tidak lebih kerana kewajibannya mengurus semua keperluan Danendra menggantikan tugas ibunya.
"Kenapa menolakku?"tanya Danendra dengan terus terang ,memecahkan keheningan di meja makan .
"Aku ..aku belum mau menikah ,Tuan.Aku masih ingin melanjutkan sekolah."jawab Asha ragu.Kedua tangannya saling menjalin di atas rok abu-abunya.
"Kamu tetap bisa melanjutkan sekolahmu.Setelah menikah,aku akan ke Jakarta dan…kamu bisa melanjutkan sekolahmu disini.Setelah kamu menyelesaikan SMA,kamu bisa menyusuli ke Jakarta dan kuliah di sana."Danendra berkata dengan mantap.Netra tajam itu menatap Asha ,menunggu jawatan.
"Kamu bisa mengajak ibu tinggal bersam kita di Jakarta nanti,"lanjut Danendra berusaha membujuk dengan memberi gambaran ke depannya seperti apa.
Asha menatap Danendra sekilas,sebelum menurunkan kembali pandangannya.Asha terdiam sejenak,mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan kalimat selanjutnya.Asha berharap setelah mendengarnya,sang majikan akan mundur dan membatalkan semua rencana gilanya dan terdengar tidak masuk akal.
"Aku…Aku…Aku tidak mencintai mu,Tuan."ucap Asha ragu,tapi pada akhirnya kata-kata itu terkeluar juga dari bibirnya. Mendengar kata-kata cinta keluar dari bibir gadis kecil itu,Danendra tersenyum.Bahkan hampir tergelak.
"Tahu apa gadis kecil ini tentang cinta?batin Danendra berkata.
"Aku juga menikahimu bukan karena cinta tetapi aku menyayangi ibumu seperti ibuku sendiri,"jelas Danendra.Terdiam sejenak,Asha menunggu reaksi Danendra.
" Kenapa tidak memilih menikahi kak Isyana saja, Tuan?"tanya Asha,memberanikan diri menatap majikannya.
"Aku yang memilih…aku akan menikah dengan siapa,bukan kamu ,Nona,"sahut Danendra tersenyum kecut.
" Jadi …aku berhak menolak ,Tuan," balas Asha .Tidak tahu dimana keberanian ayat itu keluar di bibirnya.
" Ternyata di balik keluguan dan kesederhanaannya,dia bukan gadis kecil yang mudah ditaklukkan,"batin Danendra lagi.
"Aku tetap tidak bisa menikahimu, Tuan."Tolak Asha lagi.Asha harus mencari alasan yang tepat supaya bisa membayangkan harus menikah di usianya sekarang,dengan laki-laki yang berumur 33tahun ,seorang duda.Apalagi laki-laki itu majikan tempat ibunya bekerja.
" Katakan saja, keberatan mu dimana?Mungkin aku bisa menyelesaikan masalahmu,As?tanya Danendra.
Asha menggeleng.
" Aku tidak keberatan,aku hanya belum mahu menikah sekarang.Aku masih ingin melanjutkan kuliah dan menggapai impianku,"jelas Asha.
"Katakan apa cita-citamu ? Apa impianmu?Kalau aku bisa , aku akan membantu mu mewujudkannya,"tanya Danendra dengan penuh keyakinan.
" Aku ingin sekolah,kuliah dan bekerja.Selanjutnya ingin membahagiakan ibu,"jawab Asha dengan penuh keyakinan.
" Kamu bisa bekerja di perusahaanku,"lanjut Danendra lagi
Asha menatap Danendra yang sedang menunggu jawabannya.Asha panasaran,bagaimana majikannya ini bisa mengerti caranya membahagiakan sang ibu. Danendra yang mengerti arti tatapan Asha, langsung memanggil Bu Rani.
" Bu…. Bisa ke sini sebentar,"panggil Danendra dengan yakin dan percaya diri.
Tergesa -gesa,Ibu Rani bergegas menghampiri majikannya.Sempat terkejut saat melihat putrinya berani duduk berdampingan dengan Danendra.
" Ada apa , Tuan? Tanya Ibu Rani , menunduk.
" putrimu ini mengakukan tiga syarat agar aku bisa menikahinya…"jelas Danendra.
"Aku tidak mengakukan syarat, Tuan. Aku hanya mengatakan alasan keberatanku menikah denganmu , Tuan," sanggah Asha.
" Sama saja. Aku hanya tinggal memastikan syarat yang terakhir.Sepertinya putrimu bersedia menikah denganku,tetapi ibu yang hanya bisa menjawabnya.Memberi jawaban dan menyakinkan putri ibu," jelas Danendra.
" maksudnya …. bagaimana ,Tuan?" Tanya Ibu Rani binggung.
" kalau saya menikahi putri ibu…. Apakah ibu akan bahagia? Tanya Danendra tiba - tiba.
Ibu Rani mengerutkan dahi . Ia masih tidak mengerti maksud dari pertanyaaan majikannya itu.
"Maksudku…kalau putrimu bersedia menikah dengan ku tanpa paksaan dan ikhlas …apakah ibu akan bahagia? Tanya Danendra tersenyum.Ia yakin kali ini pasti memenangi pertarungan dengan gadis kecil di sampingnya.Seorang Danendra tidak akan mudah kalah dalam bernegosiasi.
" Kenapa Tuan majikan ini sekarang jadi banyak bicara dan tersenyum ," ucap Asha dalam hati.
Ibu Rani menatap Asha , mencari jawaban di mata putrinya .Ibu Rani tidak mau salah menjawab yang hanya akan membuat putrinya menderita.Setelah yakin dengan jawapannya , Ibu Rani tersenyum menatap Asha.
"Aku akan bahagia,kalau putrimu ikhlas melakukannya," Ucap Bu Rani dengan penuh keyakinan.
" Tapi … kalau dia tidak ikhlas ,aku juga tidak akan pernah bahagia," lanjut Ibu Rani lagi.
"Gawat !!!! Aku akan kelewatan bus nya.!!" Tiba -tiba Asha berkata panik.Jam menunjukkan bus yang akan tiba sebentar lagi .Ia perlu segera pergi.
" permisi , Bu ,Tuan Dan."ucap Asha.
Asha yang terburu-buru masuk ke dapur belakang mengambil tas ranselnya dan menyilangkan di bahunya sambil sebelah tangan nya menyambar sekeping sandwish.Asha mencium tangan ibunya lalu mengucup kedua pipi ibunya tanpa segan malu dihadapan majikan ibunya.Danendra hanya ketawa kecil melihat kelakuan gadis kecil itu.Dalam terburu -buru, Asha mempercepatkan langkahnya.
" Hati -hati dijalanan.Jangan macam -macam disekolah ya,"teriak kasar sedikit ibunya ,Ibu Rani.
" Ia , Bu .Aku perlu cepat aku tidak mahu Om Hadi menyuruhku berdiri di koridor sekolah." Balas Asha lalu berlari anak ke pinggir jalan menunggu ketibaan bus.On Hadi ialah guru kelas ,Asha.
Melihat kelibat punggung Asha menghilang ibunya masuk ke dalam.
"Maaf Tuan…Tadi kelakuannya Asha…,"jelas Bu Rani yang tidak menghabiskan ayatnya.
"Tidak apa-apa ,Bu ," jelas Danendra.
Ia mengambil Jas dan tasnya lalu masuk ke mobilnya.
**FLASHBACK KEHIDUPAN BU RANI***
Saat ini yang terpenting untuk Ibu Rani adalah kebahagian putri -putrinya. Harta dan lain-lain sudah tidak penting.Harta bisa dicari,bahkan bisa hilang dalam sekejap.Ia sudah pernah mengalaminya.Sebelum suaminya meninggal ,mereka bukanlah keluarga yang susah.Suaminya memiliki perusahaan,mereka tinggal di rumah mewah yang tidak kalah dengan rumah majikannya.Ibu Rani tidak pernah melakukan kerja rumah dulu.Semuanya dikerjakan oleh pembantunya.Dulu kegiatannya hanya kumpul dengan ibu -ibu sosialita,berbelanja dan arisan.
Namun,nasib berkata lain.Kalau memang bukan milik kita,akan diambil dengan cara yang tidak diduga.Hari itu, dia baru pulang arisan.Bahkan belum berganti pakaian,masih menenteng tas branded kesayangan.Saat ponsel di tasnya berdering, sedikitpun Ibu Rani tidak membayangkan akan mendapat berita memilukan.
Suaminya,ayah Asha dan Isyana mengalami kecelakaan ,meninggal dunia di tempat kejadian,korban tabrak lari.Dunianya runtuh,hancur seketika.Ia terdiam beberapa saat,tidak beraksi.Butuh waktu untuk menerima sebuah kabar duka yang meruntuhkan semua kebahagian ya.Tuhan memanah Maha Besar bisa membolak balikkan semua dalam sekelip mata.Mengambil apa yang menjadi miliknya tanpa terduga.
Sejenak saat itu, Ibu Rani hidup untuk kebahagian putri-putrinya.Banting tulang dengan tenaganya yang tersisa untuk membesarkan kedua putrinya yang masih membutuhkan banyak biaya.Dan sejak hari itu juga,harta bukan lagi priotitas Ibu Rani.Ibu Rani tidak memaksakan segala sesuatu yang akan membuat keduanya bersedih.
Merenung kejadian bentaran tadi,apabila Tuan Danendra mendengar jawaban Bu Rani seketika melihat Danendra tertawa.Tawa yang jarang dilihat Ibu Rani selama ini.