Chereads / BAHASA BUNGA / Chapter 40 - ORCHID XI

Chapter 40 - ORCHID XI

Sama halnya dengan Lily, Isaac tak bisa memejamkan matanya. Terus menari dalam benak Isaac bayangan wajah Lily yang memandang jijik kepadanya. Benarkah Lily telah mengetahuinya? Bahwa Isaac adalah pria yang merenggut segalanya secara paksa dulu.

Isaac mengambil segelas wiskey, menikmatinya secara perlahan di belakang meja kerja. Isaac menghenyakkan punggung pada sandaran kursi, menatap cahaya kemerahan dari api perapian yang menyala temeram. Lidah api bergoyang anggun.

Penat sekali hari ini, lamun Isaac, ia terus mengusap kasar wajahnya dengan tangkupan tangan.

Isaac mengecap sedikit demi sedikit minuman keras di dalam gelas sampai habis. Rasanya yang pahit dan hangat membuat pikiran Isaac jauh lebih tenang. Mata Isaac menangkap sebuah surat yang tergeletak tak jauh dari lampu baca. Nampak sudah lama dianggurkan di sana begitu saja. Isaac teringat, Carl —kepala pelayan— pernah memberitahukan surat dari ayahnya. Tentang permintaan penyelidikan kasus.

Isaac mengambil pisau kertas, mengiris pinggiran surat dan mengambil isinya. Kertas kuning kecoklatan itu terlihat penuh dengan tulisan tangan sang ayah. Di dalamnya juga ada beberapa lembar lain, ketikan mesin. Bukan lembaran yang asli, hanya salinan. 

Isaac membacanya, dahinya mengeryit, mencoba untuk memahami isi surat itu baik-baik. Sekejap kemudian Isaac menutup mulut, ayahnya meminta Isaac membantu memenangkan kasus Frank Gysor agar karirnya semakin menanjak. 

_________

Dear,

My Son.

Isaac, ada surat pengajuan sengketa lahan di desamu. Menyangkut seorang pengusaha bernama Frank Gysor. Ia mengajukan nota-nota pengaduan kepada Kejaksaan Agung perihal lahan yang digunakan oleh petani gandum. Coba kau selidiki kasusnya Isaac. Kalau kau berhasil memenangkan kasus ini, namamu akan semakin terkenal di kota karena keluarga Gysor termasuk orang yang berpengaruh di kota. 

Dan setelah mendapatkan tanjakan itu, ajukan dirimu masuk ke Kejaksaan Agung. Ayah menantimu.

Ayah berharap banyak padamu, Nak.

Jaga kesehatan, dan lekaslah kembali ke kota. Sudahi liburanmu di desa kecil itu.

Your Father,

James Ronan

___________

Isaac tersenyum sumbang. Ayahnya berharap Isaac menolong Frank, padahal sore tadi —saat jamuan— Isaac menghajar pria itu di depan banyak orang karena telah melecehkan Lily. Pria yang tak punya akhlak itu telah berhasil mendapatkan persetujuan dari pengadilan tanpa bantuan Isaac sekali pun. Tapi bagaimana mungkin pengadilan tidak mengindahkan hak naik banding dari pemilik lahan sebelumnya? Apakah Frank berlaku curang? Menyuap hakim desa? 

"Ah, sialan!" Isaac menjambak rambutnya marah. Tak ada yang berjalan sesuai keinginannya.

Sampai kapan ayah akan mengatur hidupku?! Isaac mengeluh dalam hati, napasnya ikut menderu karena rasa benci. Isaac benci takdir yang membelenggu hidupnya.

Isaac lahir dengan menyandang nama Ronan. Seandainya gelar bangsawan masih diperhitungkan, Isaac termasuk keturunan keluarga bangsawan. Keluarga bangsawan yang melayani negara dalam bidang hukum secara turun temurun. Sudah menjadi takdir seorang Isaac untuk melayani negaranya, menjadi seorang jaksa yang handal seperti ayah, kakek, ataupun kakek buyutnya.

Isaac tak pernah mengeluh, ia selalu menelan apapun yang James ajarkan. Isaac selalu belajar dengan tekun, sampai menjadi yang terbaik di akademi hukum. Dari TK sampai berkuliah ia selalu mendapatkan prestasi yang terbaik. Didikan keras dan tempaan mental serta rasa tanggung jawab membuat Isaac tumbuh menjadi pemuda yang cakap dan handal. 

Tapi di balik itu semua, Isaac bagaikan boneka hidup, hanya bisa menekan keinginannya, karena bagi James, Isaac tak berhak menentukan hidupnya. Isaac hanya perlu menuruti semua keinginan ayah, merajut karir setinggi mungkin untuk menggantikan posisinya kelak.

Isaac teringat, saat ia memenangkan kasus pertamanya di musim gugur dua tahun yang lalu. Saat itu Isaac benar-benar frustasi. Bukannya bahagia Isaac malah merasa sesak. Pencapaian yang gemilang, prestasi yang luar biasa. Semua orang memujinya, mengelukan namanya, semua orang mencintai dan menyanjungnya. Tapi entah kenapa Isaac merasa semakin sesak, semakin terbelenggu dengan takdirnya.

Isaac duduk di lantai kamar, meminum hampir satu botol wiskey seorang diri. Menghindari pujian sekaligus ledekan teman-temannya. Isaac diam meringkuk, memeluk lutut. 

Hawa dingin semakin terasa, hujan mulai turun semakin deras, bunyi guntur terus memecah keheningan. Kilatan cahaya menerangi angkasa. Memberikan seberkas sinar terang pada gelapnya langit malam.

Isaac merasa hampa, bahkan dengan semua kemenangan hebat dalam hidupnya Isaac sama sekali tidak bahagia. Hidupnya terasa datar.

Sampai suatu tragedi besar benar-benar merubah hidup pria itu. Malam itu, seorang gadis datang. Ketiga teman Isaac mendorong paksa tubuh kurusnya masuk ke dalam kamar. Isaac melihatnya, gadis itu ketakutan, tubuhnya mengigil kedinginan sambil memandang nanar ke sekeliling ruangan. 

Isaac yang telah kehilangan akal sehatnya karena pengaruh alkohol menghampiri gadis itu. Yah, semua karena pengaruh minuman keras memaksanya untuk berpikir tidak rasional. Isaac bangkit, mendekat, dan melihat mata hijaunya yang begitu indah, seperti batu zambrut, cemerlang dan berbinar.

Kekaguman menyelimuti hati Isaac, tanpa ragu Isaac mendekat, mencium paksa bibirnya yang ranum. Malam panjang penuh luapan gairah terjadi begitu saja di luar nalar dan pengendalian diri Isaac. Tak terelakkan.

Peluh dan kucuran air mata, hawa dingin yang menyesakkan, desahan dan rintihan kesakitan. Semua itu merubah hidup Isaac hanya dalam waktu satu malam. 

Dan setelah semuanya terjadi, setelah semuanya menjadi tak terkendali. Lagi-lagi, Isaac kembali masuk dalam bayang-bayang James. Isaac harus mematuhi kehendak ayahnya. Isaac tak mempertanggung jawabkan kelakuannya, dan menjalani hidup seperti biasa. 

Sampai satu tahun kemudian, Isaac memutuskan untuk menyusul Lily ke desa. Hatinya sudah tak lagi kuat, tiap malam bayangan wajah Lily yang menderita selalu muncul dalam mimpinya. Menjadi mimpi buruk yang tak berkesudahan. Isaac selalu terbangun di malam hari, menyeka keringat dingin. Setelah kasus yang ditanganinya saat itu berakhir, Isaac pamit berlibur, ia meninggalkan kota dan pergi ke desa.

Semula Isaac hanya kasihan, ingin mengusir rasa bersalah yang menghantuinya sepanjang hari, sepanjang minggu, sepanjang musim. Namun setelah mengenal Lily, Isaac seakan menemukan gairah hidupnya kembali. Kini, hidup Isaac berubah, jauh lebih berwarna. 

Isaac tahu cara bekerja, tapi Lily mengajarkannya bekerja dengan sepenuh hati, kecintaan Lily akan bunga membuat Isaac mengerti arti kata passion, kesungguhan hati. 

Isaac tau cara bersyukur, tapi Lily mengajarkannya bersyukur dengan dalam segala hal, Lily selalu belajar menerima segala kekurangannya. 

Isaac tau cara tersenyum, tapi Lily mengajarkannya tersenyum dengan tulus, Lily selalu tersenyum, bahkan saat merangkai bunga. Berharap penerima bunganya akan ikut bahagia.

Dari Lily, lewat Lily, Isaac belajar banyak hal. Dari Lily, lewat Lily, Isaac merasakan banyak hal lain selain ambisi. Dari Lily, lewat Lily, Isaac mengerti kalau cinta itu sangat indah. Lily adalah cinta pertama Isaac.

Isaac dan Lily, saling mengisi kekosongan masing-masing. Mengisi kekurangan masing-masing. Membaurkan rasa dan mengaduknya menjadi sebuah ungkapan cinta. Bahkan walau hanya melalui hal-hal kecil semuanya tetap terasa membahagiakan. 

Cara Lily tersenyum, cara Lily mengelus rambut Isaac, cara bersandar pada pundak Isaac, cara Lily menggenggam jemari Isaac, dan cara Lily tersipu membuat hidup Isaac punya arti, punya warna. Membahagiakan saat hidupmu terisi penuh dengan luapan perasaan. Terisi penuh dengan luapan hangat dan manisnya cinta.

— Bahasa Bunga —