Isaac melengguh pelan saat terbangun dari atas ranjang. Tubuhnya terasa sakit, begitu pula kepala dan tenggorokkannya. Isaac merasa sangat lemas, kepalanya pusing, dan kakinya tak bertenaga, baru turun dari ranjang saja Isaac sudah langsung terjatuh.
"Tuan!" seru Carl yang baru saja masuk dengan troli dorong berisi sarapan.
"Aku tidak apa-apa." Isaac mencoba bangkit sendiri, tapi lagi-lagi terjatuh. Carl bergegas meninggalkan nampan dorong dan menghampiri majikannya.
"Ya Tuhan, kenapa badan Anda panas sekali?!" Carl menaruh punggung tangan pada dahi Isaac.
"Aku baik-baik saja, Carl. Jangan panik." Isaac duduk pada tepian ranjang, meminum segelas air hangat yang diberikan oleh kepala pelayan itu.
"Saya akan menghubungi dokter."
"Tidak perlu. Mungkin hanya flu, istirahat sebentar juga sembuh." Isaac menolak.
"Jangan menyepelekan flu, Tuan. Bagaimana kalau Anda sampai sakit parah? Bagaimana kalau demam Anda tak kunjung berhenti?" Carl mengerutkan alisnya.
"Ya, Tuhan Carl. Kau bahkan lebih cerewet dibandingkan Ibu dan Ayah." Isaac menggelengkan kepala.
"Sudah tugas saya mengurus Anda, Tuan." Carl masih terlihat cemas, memang beberapa hari ini Isaac selalu saja pulang dalam keadaan basah kuyup. Kadang Carl merasa heran, ke mana Tuannya itu pergi? Masihkah dia bekerja di toko bunga? Kalau masih kenapa selalu saja kehujanan.
"Tolong siapkan air hangat, aku akan membersihkan diri dan pergi." Perintah Isaac.
"Tidak, Tuan!! Anda tidak boleh keluar. Anda harus memulihkan tubuh Anda dulu. Kalau tidak mau saya memanggil dokter, setidaknya beristirahat dan minumlah obat."
"Ya ampun, kau benar-benar cerewet, Carl."
"Terserah persepsi Anda, Tuan. Saya akan menyiapkan obatnya." Kepala pelayan tua itu keluar dari kamar Isaac.
Isaac mengangguk lantas merebahkan diri kembali, kepalanya begitu pening dan berat, bahkan sampai terasa berputar-putar. Indra penciuman Isaac seakan mati, flu membuat hidungnya mampet. Demam juga membuat sekujur tubuh Isaac terasa kaku dan lemah.
Hari ini sepertinya cerah, aku harap hujan tidak turun. Jadi Lily akan baik-baik saja. Isaac menengok ke luar jendela, matahari bersinar cerah. Cahaya keemasan terlihat menelisik masuk, menembus dedaunan kuning dan tiba pada jendela kamar. Isaac meringis, mencoba memejamkan mata untuk kembali beristirahat.
— Bahasa Bunga —