Malam larut, dingin mulai merayap ke sekujur tubuh. Bulan purnama terlihat elok, bulat sempurna, bercahaya dengan terang. Indahnya mengalahkan gemintanganya ribuang bintang di langit malam. Lily duduk di bibir ranjang, memeluk lutut. Bella sudah tertidur lelap, meringkuk hangat di dalam selimutnya.
Lily tetap terjaga meski tubuhnya terasa begitu lelah. Ketakutan dan juga bayangan masa lalu mulai menggelayuti hatinya. Terus datang, terus hadir saat Lily ingin berhenti mengingatnya.
Semakin aku ingin melupakan aku semakin mengingatnya. Semakin aku ingin keluar semakin aku tenggelam di dalamnya. Pikir Lily.
Lily meraba kedua matanya yang rabun, menyesali pengelihatannya yang semakin lama semakin buruk. Lalu Lily meraba perutnya, entah bagaimana pernah ada kehidupan kecil di dalam situ. Lily beralih meremas dadanya, rasa sesaknya begitu menyakitkan. Tapi anehnya, rasa sesak ini jauh berbeda dari biasanya. Apa? Apa yang berbeda?
"Kau belum tidur?" tanya Bella sambil menguap, mungkin dengusan napas Lily membuatnya terbangun.
"Aku tak bisa tidur, Bell."
"Kau harus tidur Lily. Isaac bilang kau tidak tidur semalam." Bella menegur sahabatnya.
"Saat memejamkan mata bayangan itu kembali hadir, Bell."
"Ayolah, Ly. Bukankah kau sudah berhasil mengatasi trauma dan rasa sakit itu belakangan ini? Jangan mau kalah, jangan mau diintervensi kembali dengan pikiran-pikiran buruk!" Bella menarik lengan Lily, mendorongnya rebah ke atas kasur, lantas menyelimutkan selimut tebal itu pada tubuh keduanya.
"Kenapa Isaac berbohong, Bell?" Lily mengalihkan pandangannya ke atas.
"Tentang apa?"
"Kenapa berbohong, menyembunyikan fakta bahwa dia adalah seorang pengacara dan mengaku sebagai seorang kurir pengantar barang?" Lily menahan lagi air matanya. Sampai saat ini pun Lily masih belum mengerti maksud Isaac.
"Ly." Bella ikut tercekat. Benar, Noir bilang Isaac pengacara, Bella juga merasa tidak asing dengan wajah Isaac.
"Kenapa dia berbohong? Kenapa dia menyembunyikan identitas aslinya?! Kenapa dia mendekati gadis buta sepertiku? Kenapa dia mau bersama diriku padahal tahu aku cacat dan hina?" Lily menutup wajahnya gusar.
"Lily, tenanglah!!" Bella membantu menenangkan Lily.
"Belum tentu yang kau pikirkan itu benar, besok cobalah bicara dengan Isaac." Lanjut Bella.
"Iya, Bell, kau benar. Aku harus bicara dengan Isaac." Lily menutup mata, berusaha untuk tenang dan tertidur.
— Bahasa Bunga —