Semakin hari kemampuan dansa Lily semakin baik. Isaac mengajarkan gerakan-gerakan dasar setiap hari, satu jam setelah toko bunga tutup. Isaac tak lagi bekerja sebagai kurir, dia kini bekerja di toko bunga, membantu Lily.
Pesanan bunga pun semakin banyak, toko bunga semakin hidup. Lily tak jarang kehabisan bunga dan harus mendatangkan dari tempat lain. Lily kadang kesusahan saat membayar pesanan bunganya. Lily tak bisa membaca nominal uang. Bagaimana cara membayar mereka saat Isaac tidak ada di tempat.
Isaac tak kurang akal, dia mulai mengajarkan Lily membaca huruf braille. Huruf yang diciptakan khusus bagi penyandang tuna netra. Huruf dengan titik-titik timbul itu mempermudahkan para tuna netra membaca lewat sentuhan jemari. Meraba pelan-pelan tiap titik kode.
"Kau sudah belajar membaca hari ini? Sudah hapal yang aku berikan kemarin?" Isaac meletakkan bunga-bunga segar di dalam ember-ember alumunium.
"Sudah donk." Lily menyombongkan diri.
"Sungguh? Aku akan menciummu bila kau berbohong!" ancam Isaac, Lily tergelak.
"Sungguh, Isaac. Aku menghapalnya dengan baik." Lily mengambil beberapa bunga mawar segar berwarna peach, putih, dan pink.
"OK, aku akan mengadakan ujian!" Isaac mengelus dagunya.
"Sialahkan," jawab Lily penuh percaya diri. Sementara itu tangannya sibuk mempersiapkan buket bunga untuk pernikahan Noir besok.
Isaac masuk ke dalam, mengambil buku. Lalu keluar, memberikan ujian singkat pada Lily. Gadis itu terlihat meraba-raba kata demi kata lewat sentuhan jari. Isaac mengamatinya dengan penuh perhatian.
"Ini hari Sabtu!" seru Lily.
"Benar, kalau ini!" Isaac memberikan soal selanjutnya. Lily meraba lagi, dahinya mengeryit, mengingat huruf demi huruf, menyusun dalam bentuk kata-kata.
"Kau sangat tampan??" Lily melongo, Isaac membuat Lily memuji ketampanannya secara tidak langsung.
"Benar!!! Gadis pintar!!" Isaac terkikih puas, ia mengusik pucuk kepala Lily, membuat rambut itu berantakan.
"Ini yang terakhir! Bacalah!" Isaac berdiri di samping Lily, memberikan ujian terakhir. Lily kembali mencoba, menggeser jemarinya membaca titik-titik kode timbul yang diberikan oleh Isaac.
Lily terdiam sesaat, Isaac menunggu. "Apa bunyinya, Lily?"
"Je t'aime." Lily mengeja kata demi kata, mata Lily berkaca-kaca.
"Je t'aime aussi mon amour!" Isaac mengecup bibir Lily. Lalu tersenyum manis.
"Isaac ...," lirih Lily.
"Kau tak pernah mengatakannya kepadaku, Lily. Aku juga ingin mendengarnya." Isaac menyangga dagu, menatap lamat Lily. Gadis itu hampir saja menangis.
"Jangan menangis, atau aku akan menciummu sekali lagi." Isaac mengancam. Lily menghapus buliran air, tersenyum sebelum melingkarkan tangan pada leher Isac. Bergelayut manja lalu mengecup pipi Isaac.
"Aku mencintaimu, Isaac."
"Yap, aku juga Lily. Sangat!"
Isaac memeluk Lily, wajah Lily merah padam. Pekerjaan mereka tertunda cukup lama. Memilih untuk menikmati kehangatan dekapan dan manisnya perasaan terlebih dahulu.
— Bahasa Bunga —