Chereads / BAHASA BUNGA / Chapter 16 - DANDELION VIII

Chapter 16 - DANDELION VIII

Esoknya.

Di tempat lain, sebuah villa yang berada di pinggir desa. Villa itu sangat besar, mungkin lebih mirip mansion di bandingkan villa.

Bangunannya terbuat dari bebatuan kokoh, dikelilingi oleh pagar tinggi dan pepohonan maple. Ada kolam besar di dekat bangunan utama villa, beberapa ekor angsa terlihat berenang dengan anggun di atas permukaan air yang tenang.

Seorang pria duduk termenung. Matanya terlihat menatap bayangan pemandangan alam yang terpantul pada permukaan kolam, tapi fokusnya melayang-layang.

Senyuman terulas saat melihat bunga lili yang tumbuh cantik di pinggir kolam. Beberapa hari ini Isaac memang terus memperhatikan Lily. Sepertinya timbul perasaan lain selain rasa iba dan kasihan. Mungkinkah dia sudah jatuh cinta pada sosok Lily?

"Tuan Isaac," sapa seorang pelayan, ia menunduk memberi hormat pada pemuda di depannya. Tangannya yang lain menyangga nampan berisi kudapan manis dan juga secangkir teh panas.

"Terima kasih, Carl." Isaac tersenyum.

"Sama-sama, Tuan."

Ya, pemuda itu bernama Isaac Ronan, dia adalah pemilik villa besar di pinggir desa. Pemuda yang tampan, pemilik mata coklat hazel dan hidung mancung, dilengkapi dengan bibir tipis yang seksi, juga senyum yang hangat. Alis tebalnya membuat Isaac terlihat tampan dan garang pada saat yang sama.

Pemuda berusia 24 tahun  itu mulai menghirup aroma teh dari permukaan cangkir. Aroma manis teh bunga mawar menggelitik hidung, entah sejak kapan dia begitu menyukai teh buatan Lily, bahkan sampai menyuruh pelayan di rumah untuk ikut meraciknya juga. Isaac selalu membeli teh buatan Lily lewat tangan kelapa pelayan.

"Ada surat dari kota. Permintaan penyelidikan kasus." Carl memberikan amplop surat berwarna coklat dengan perangko 6 sen tertempel di sebelah kanan atas.

"Aku sedang cuti, Carl. Lagi pula itu tugas Ayah sebagai kepala jaksa wilayah. Aku hanya seorang pengacara." Isaac menghirup aroma teh sekali lagi.

"Tuan Besar Ronan ingin Anda meneruskan jejaknya."

Isaac menyandarkan punggung pada sandaran bangku kayu, dengan perlahan ia memejamkan mata. Ayah Isaac adalah kepala jaksa di wilayah kota. Sudah menjadi takdir Isaac masuk ke dalam karir yang bergerak pada bidang hukum. Setiap hari ayahnya selalu memberikan masukan dan juga dorongan agar Isaac bisa menjadi seorang jaksa atau pun pengacara yang handal. Jaksa bermartabat yang membawa harus nama keluarga Ronan.

"Taruh saja di meja kerjaku, Carl. Akan aku membacanya saat aku sempat." Perintah Isaac.

"Baik, Tuan."

"Oh, ya, bagaimana bajuku?"

"Bajunya sudah saya perbaiki." Carl mengambil rompi seragam ekspedisi tempat Isaac bekerja dari tangan pelayan lain, kemarin tanpa sengaja seragam itu sedikit sobek di bagian ketiak ke bawah.

"Terimakasih, Carl."

"Bunga apa yang perlu saya pesan hari ini Tuan Isaac?" tanyanya lagi, setiap hari Isaac menyuruh pelayannya itu untuk menelepon Helena Florist, membeli bunga. Juga mengatakan bahwa akan ada kurir yang datang untuk mengambil pesanan bunga, Isaac adalah kurir itu. Itulah kenapa tak pernah ada komplain dari pelanggan walaupun bunga yang dibuat oleh Lily ada yang layu, juga kenapa Isaac bisa mengunjungi Lily setiap hari, kerena ternyata semua itu hanyalah sekenario yang dibuat oleh Isaac semata.

"Anyelir, pesankan bunga anyelir hari ini. Kemarin di toko, bunga itu masih banyak."  Isaac tersenyum.

"Sepertinya Anda benar-benar telah melupakan tujuan utama Anda datang kemari, Tuan." Carl bergeleng pelan, sebagai pelayan memang tak seharusnya ia ikut campur dengan urusan majikannya. Tapi melihat senyuman yang terkembang di wajah tampan Isaac membuat Carl sadar, Isaac telah jatuh cinta pada gadis desa buta bernama Lily.

"Mungkin, Carl. Sepertinya aku memang telah jatuh cinta padanya." Isaac bangkit, menyahut seragam dari tangan Carl. Sudah saatnya kembali ke Helena Florist.

"Jangan lupa, bunga anyelir!" Isaac mewanti-wanti Carl sekali lagi.

"Baik, Tuan. Sesuai keinginan Anda."

Isaac kembali mengkayuh sepeda biru. Menyelurusi lagi tiap jengkal jalanan untuk kembali bertemu dengan bunga indah miliknya. Menghabiskan pagi demi pagi, senja demi senja, hari demi hari bersama Lily.

Lily, ya, nama bunga itu Lily.

— Bahasa Bunga —