Telepon berbunyi begitu Lily melepas kepergian sahabat-sahabatnya. Lily tersentak, sudah malam. Siapa yang meneleponnya? Lily mendekati meja, meraba-raba untuk menemukan pesawat telepon.
"Halo."
"Halo, Lily."
"Isaac?!" Lily mencelos, setengah tak percaya.
"Iya, ini aku."
"Kenapa meleponku malam-malam? Apa tarifnya tidak mahal?" sergah Lily.
"Aku kira harganya sepadan. Karena aku bisa mendengar suaramu. Apa kau baik-baik saja, Ly? Apa hujan membuatmu menangis hari ini?"
"Kau masih mengkhawatirkan hal itu?" Lily memainkan kabel telefon.
"Yah, aku takut kau menyakiti dirimu sendiri."
"Tidak, Isaac. Hari ini hujan tidak turun dengan deras."
"Ah, begitu."
"Aku hanya menangis saat hujan deras."
"Jangan lagi. Jangan menangis lagi, meski hujan deras atau hujan rintik pun, jangan menangis lagi." Isaac menatap ke arah toko bunga dari kisi-kisi kaca box telepon umum. Telepon umum itu tepat berada di seberang jalan toko bunga. Dari sana Isaac bisa melihat ekspresi wajah Lily —karena dinding toko terbuat dari kaca.
"Kau terlihat bahagia, Lily." Isaac tersenyum, Lily memang bahagia karena kunjungan teman-teman dan juga menerima telepon dari Isaac.
"Bagaimana kau tahu?"
"Suaramu terdengar bersemangat." Isaac berbohong.
Tentu saja Isaac tahu, dia ada di dekat situ. Tangan Isaac mencemplungkan lagi koin uang ke dalam pesawat telepon agar sambungan mereka tidak terputus.
"Aku senang kau menelfonku, Isaac."
"Aku juga senang mendengar suaramu Lily." Aku Isaac.
Lily terdiam, wajahnya menghangat.
"Emp ... a-aku harus tidur. Besok kita harus bekerja." Lily menjadi kikuk, dengan segera ingin mengakhiri pembicaraan mereka. Perasaannya terlalu meluap.
"Baiklah, selamat tidur, Lily."
"Selamat tidur, Isaac."
"Sampai jumpa besok."
"Iya, sampai jumpa besok."
Tut ... tut ... — sambungan terputus. Lily menaruh gagang telepon di atas dada yang bergerak naik turun. Degupan jantung terus terpacu seiring dengan ucapan Isaac yang terus mengiangi benaknya. Isaac suka mendengar suaranya, ya Tuhan, perasaan apa yang bergemuruh di dalam hatinya saat ini?!
Isaac tersenyum manis, menunggu sampai Lily menghilang dari pandangan sebelum kembali masuk ke dalam mobil.
— Bahasa Bunga —