Setelah rapat dengan para pilar saat ini Riku sedang dijembatan tempat pertama kalinya dia bertemu dengan Ubuyashiki Kagaya saat sedang menenangkan dirinya.
Dan saat ini Riku sedang menutup matanya dan merasakan angin di sore hari dengan tenang, namun sebelum dapat menenangkan dirinya dia merasakan seseorang menatapnya dibalik pohon.
"jadi bisakah kau keluar dari tempat persembunyianmu itu.. " sahut Riku tanpa menoleh sama sekali dan berbicara pada orang yang saat ini sedang bersembunyi dibelakang pohon.
"Shinazugawa Genya" sahut Riku lalu menoleh kearah Genya yang saat ini sedang berjalan kearahnya dengan keringat karena ketahuan.
"ma.. maafkan saya Pilar Bulan Riku-San, sepertinya sa.. saya mengganggu anda" sahut Genya dengan gugup sambil membungkukkan badannya.
"tidak apa apa santai saja, lalu ada perlu apa kau kemari ?" balas Riku dengan suara yang menenangkan siapapun yang mendengar, lalu menoleh kearahnya dengan senyum lembut diwajahnya.
Tentu Genya yang melihat Riku tenang membuatnya dapat menenangkan dirinya, lalu membicarakan sesuatu yang penting pada Riku.
"tolong jadikan saya murid anda !!" teriak Genya sambil membungkukkan badannya pada Riku.
Sedangkan Riku yang mendengar ini sedikit terdiam lalu segera bertanya padanya, siapa tahu Riku dapat membuat Genya dapat berguna dalam perang kali ini.
"jadi.. apa kau bisa menggunakan teknik pernafasan ? lalu apa kau punya keahlian yang lain ?" tanya Riku pada Genya dengan penasaran.
"i.. itu.. sebenarnya saya tidak bisa menggunakan teknik pernafasan, lalu saya dapat memakan daging iblis lalu menggunakan kemampuan yang aku makan dari iblis itu agar bisa meregenerasi tubuh saya bila diserang" jawab Genya dengan gugup ketika memberitahukan ini pada Riku.
Sedangkan Riku saat ini hanya sedang memegang dagunya lalu berpikir, namun Genya yang melihat ini justru khawatir jika dirinya melakukan sesuatu yang salah.
Namun sebelum Genya bertanya pada Riku, tiba tiba saja Riku lanjut bertanya pada Genya sambil menatapnya dengan penasaran akan ide ini.
"lalu apa kau bisa menggunakan senapan ?" tanya Riku pada Genya sambil menyipitkan matanya.
"ahh.. itu saya bisa namun berjenis senapan gentel saja sebagai senjata utama saya selain pedang" jawab Genya dengan cepat, namun ketika melihat senyum Riku entah kenapa membuat dirinya sedikit menggigil.
"baiklah mulai sekarang kau boleh menjadi muridku, namun aku ingin senjata gentel milikmu itu diganti menjadi senapan laras panjang, dan latihan pertamamu aku ingin kau memburu seekor Rusa dan Burung sebagai makan malam mu saat ini, aku ingin kau mencari senapan mu itu sendiri" sahut Riku sambil merogohkan tangan miliknya kedalam haorinya sembari mengeluarkan 2 kertas pada Genya.
Sedangkan Genya yang mendengar ini senang namun ketika mendengar latihan pertamanya menggunakan senapan laras panjang membuat dirinya sedikit terkejut apalagi harus mencari makan malamnya sendiri.
"lalu ini adalah alamat rumahku seharusnya tidak lama untuk kesana dan ini adalah gambar rakitan soal senapanmu dan juga pelurunya" sahut Riku sembari memberikan kedua kertas itu pada Genya.
"aku ingin kau memberikan gambar rakitan ini pada para penempa di desa penempa lalu soal pelurunya aku ingin kau meminta resep anti racun dan juga racun wisteria pada pilar serangga Kocho Shinobu sebab resepnya ada padanya" lanjut Riku yang menjelaskan ini pada Genya, sedangkan dirinya terkejut namun tetap menuruti perkataannya Riku.
"dan satu lagi yang akan aku beritahukan padamu Genya, tidak peduli dirimu tidak bisa menggunakan teknik pernafasan seperti kakakmu, temanmu ataupun gurumu ini, yang penting adalah kau harus bangga dengan keahlianmu sendiri walau kau lemah sekalipun"sahut Riku dengan senyum dan nada suara yang lembut pada Genya.
"sebab musuh yang kuat akan selalu waspada pada orang yang sama kuat dengannya tanpa memperhatikan orang yang lebih lemah dari dirinya dan membuat musuh lengah karena kehadiran orang lemah itu akan membawa sebuah jalur pertempuran untuk memenangkan sebuah pertarungan" lanjut Riku lalu mengelus kepalanya Genya dengan lembut walau tinggi mereka hampir sama.
"dan ingat ini Genya, orang lemah pun bisa mengalahkan orang yang lebih kuat darinya dengan caranya sendiri, itulah kenapa aku memilihmu untuk menjadi muridku dalam hal senapan bukan dalam teknik pernafasan" sahut Riku pada Genya yang saat ini sedang melihat Riku dengan terkejut.
"bahkan pilar serangga pun begitu, meskipun dia adalah orang yang lemah namun dia menggunakan kemampuannya dalam meracik obat dan membuat racun untuk membunuh iblis, kalau dia bisa seharusnya kamu juga bisa, bukan ?" sahut Riku lalu memegang pundaknya Genya agar dia sadar dari lamunannya ketika mendengar nasihat darinya.
"kalau begitu tunggu apa lagi, kau harus segera mencari makan malammu hari ini, jadi pergilah" sahut Riku sambil mengusirnya untuk memulai pelatihannya.
"a.. ah.. kalau begitu saya permisi Sensei !! " teriak Genya lalu pergi dengan cepat sebelum Riku ingin memberitahukan sesuatu padanya.
"ahh.. baru saja aku ingin memberitahukan dirinya jangan memanggilku Sensei, tapi sepertinya dia pergi dan mendapatkan pencerahan bukan, Shinobu ?" sahut Riku sambil menyilangkan tangannya berbicara pada Shinobu yang saat ini sedang menguping pembicaraan mereka.
"yahh.. aku kira hanya aku saja yang sedang mengintip, ternyata adiknya pun ikut mengintip juga" sahut Shinobu yang melompat dari pohon lalu berdiri disamping Riku.
"yahh.. mereka berdua memang merepotkan, dan sepertinya pekerjaanku akan bertambah kali ini dengan adanya mereka berdua" sahut Riku sambil kembali melihat kearah pohon sakura yang saat ini sedang gugur.
"jadi.. aku lemah ya ?" tanya Shinobu sambil tersenyum mengerikan pada Riku, namun Riku hanya membiarkannya saja lalu menjawabnya.
"yahh.. kau benar, tapi kau masih bisa membunuh iblis itu dengan racunmu bukan ? aku juga ingin Genya dapat bertarung walau harus dari jarak yang aman sekalipun dengan racikan racun milikmu itu" balas Riku lalu menoleh kearah Shinobu dengan senyum lembut diwajahnya.
"yah.. lagi pula itu tidak menjadi masalah buatku, aku yakin ini demi kemenangan umat manusia bukan ? kau sangat pengertian pada orang lain Riku, tapi dirimu..." sahut Shinobu dengan nada khawatir padanya, namun sebelum melanjutkan perkataannya langsung saja Riku bertanya padanya.
"Shinobu.. apa kau percaya dengan reinkarnasi ?" tanya Riku dengan nada lembut pada Shinobu, namun pandangannya saat ini sedang menatap langit yang sebentar lagi akan menjadi malam hari.
"itu.. entahlah, namun aku percaya reinkarnasi itu nyata, lalu kenapa kamu bertanya seperti itu ?" jawab Shinobu lalu melihat kearah Riku dengan bingung saat ini.
"tidak.. aku harap kita dapat terus bersama hingga reinkarnasi kita yang berikutnya" balas Riku dengan nada yang sedih pada Shinobu.
Sedangkan Shinobu yang mendengar ini hanya membelakkan matanya lalu memeluknya dengan senyum diwajahnya.
Riku yang saat ini merasakan pelukan Shinobu, langsung saja dia memeluk balik Shinobu dengan lembut dengan senyum cerah diwajahnya ketika bersama Shinobu yang memiliki kesamaan seperti Shiro dan Saki.
Setelah cukup lama berpelukan langsung saja mereka berdua melepas pelukannya dan berdiri dijembatan sambil melihat beberapa bunga sakura yang gugur bersama.
"jadi apa yang akan kau lakukan sekarang, Riku ?" tanya Shinobu sambil memegang tangan Riku dengan lembut, walaupun ia terlihat gugup untuk memegang tangannya Riku, namun dia tetap memberanikan dirinya untuk memegang tangannya.
"entahlah, mungkin bertemu dengan kenalan lama, sebab sebelum kalian berdua kemari aku sempat mendapatkan pesan kalau Oyakata-Sama ingin agar aku dapat membawanya" balas Riku dengan senyum lembut pada Shinobu dan membiarkan tangannya dipegang olehnya.
"lalu.. siapa kenalan lama yang kau bicarakan barusan ?" tanya Shinobu yang melihat senyum Riku dengan penasaran.
---
Tengah malam di Kota Asakusa saat ini Tamayo sedang membaca buku beberapa buku didekat jendela yang saat ini sedang terbuka.
Namun ketika Tamayo sedang membaca bukunya dia merasakan kalau ada yang menatapnya lalu melihat kearah jendela dan melihat Riku sedang melihat dirinya membaca buku.
"selamat malam, Tamayo-San kau tahu akan berbahaya jika kau membuka jendela dimalam hari" sahut Riku lalu masuk kedalam lewat jendela yang mengejutkan dirinya.
"Riku-San !!" sahut Tamayo yang melihat Riku masuk melalui jendela.
"ada yang ingin aku bicarakan denganmu Tamayo-San, kau tahu aku harus bertanya pada pemilik rumah sebelumnya untuk mencarimu kau tahu itu, bukan ?" sahut Riku yang menjelaskan semuanya pada Tamayo dengan lelah.
"lalu, apa yang ingin kamu bicarakan sekarang ?" tanya Tamayo pada Riku dengan waspada.
"ahaha.. santai saja Tamayo-San lagi pula ini tidak akan lama, jadi mari kita berbicara dengan serius kali ini" sahut Riku dengan serius pada Tamayo.
Sedangkan Tamayo yang mendengar suara Riku entah kenapa membuat suasana yang sebelumnya tenang menjadi berat karena suaranya, lalu Tamayo segera menganggukan kepalanya pada Riku.
"hmm.. jadi begini diantara para pemburu iblis ada seorang ahli fisiologi dan ahli farmasi dan aku sebagai perwakilan dari korp pemburu iblis ingin mengundangmu dalam penelitian kami, dan itu termasuk meneliti perubahan yang terjadi pada Kamado Nezuko" sahut Riku dengan wajah datar dan serius pada Tamayo.
Namun apa yang Riku katakan selanjutnya membuat Tamayo berkeringat dingin, dan tidak percaya dengan ucapan Riku padanya.
"bisakah kamu bekerja sama dengan kami untuk mengalahkan Kibutsuji Muzan, kami mohon agar kau datang ke kediaman Ubuyashiki segera" sahut Riku yang masih memasang wajah datar namun serius pada Tamayo.
"tu.. tunggu kau ingin aku iblis, untuk datang ke markas besar korps pemburu iblis disana ?" tanya Tamayo pada Riku dengan khawatir akan dirinya.
"kau tenang saja, Tamayo-San sebab para pilar dan yang lainnya saat ini akan melakukan latihan khusus jadi, kami hanya akan berpatroli jikalau ada pergerakan pada iblis dimalam hari" balas Riku dengan santainya pada Tamayo.
"tapi.." sebelum menyelesaikan perkataannya, langsung saja Riku memotongnya.
"dan kau tenang saja jika kau tidak membuat pergerakan yang mencurigakan kau tidak akan diincar oleh para pilar sebab ada aku yang akan membantumu jika kau dalam masalah, jadi bagaimana dengan jawabanmu Tamayo-San ?" sahut Riku sambil mengulurkan tangannya pada Tamayo.
"apa kau akan membantu kami dalam penelitian ini ?" sahut Riku sambil tersenyum lembut pada Tamayo.
---
"jadi bagaimana dengan pertemuanmu dengannya Riku, apakah dia menerimanya" sahut Kagaya pada Riku yang saat ini badannya sedang diperban karena penyakitnya yang sudah menyebar hampir diseluruh badannya.
"yahh.. dia menerima permintaan kita Kagaya-Sama, namun sepertinya anda tidak baik baik saja" sahut Riku yang saat ini sedang khawatir akan kondisi Kagaya.
"maafkan aku yang memperlihatkan wujud mengerikan ini padamu Riku, tapi bisakah kau mendengar permintaanku kali ini saja" sahut Kagaya dengan suaranya yang masih tenang walau tidak dengan badannya pada Riku.
Sedangkan Riku yang mendengar ini hanya bisa menganggukan kepalanya dengan enggan pada Kagaya, baik itu Kagaya dan Amane yang melihat ini hanya bisa tersenyum ketika melihat Riku sangat mengkhawatirkan kondisi tuannya.
Langsung saja dia menjelaskan rencananya pada Riku, ketika mendengar rencana ini tentu Riku terdiam dan membelakkan matanya pada Kagaya.
"apa anda sudah gila Kagaya-Sama" sahut Riku dengan wajah tidak percayanya pada Kagaya.
Sedangkan Kagaya yang mendengar ini hanya menggelengkan kepalanya saja pada Riku dengan senyum diwajahnya begitu juga dengan Amane.
"lalu apakah saya harus memberitahukan ini pada yang lainnya atau pada Himejima saja ? , anda tahu dia sudah lama mengenal anda diusia 19 tahun, aku yakin dia juga akan menolak rencana anda ini bukan ?" tanya Riku dengan mengeratkan tangannya pada celananya setelah melihat dan mendengar keputusan Kagaya.
"Riku aku tahu kau khawatir padaku, namun ini sudah menjadi keputusanku dan Amane, jadi aku mohon tolong kabulkan permintaanku" sahut Kagaya yang membungkukkan kepalannya dengan suara lembut pada Riku, begitu juga dengan Amane.
Sedangkan Riku yang melihat ini hanya bisa terdiam lalu mengeluarkan air matanya lalu menundukkan kepalanya dan menggenggam celananya dengan erat, setelah itu dia berbicara pada Kagaya sembari menangis.
"anda tahu Kagaya-Sama, anda dan Amane-Sama sudah seperti sosok ayah dan ibu bagi saya, begitu juga dengan para pilar yang saat ini mengkhawatirkan anda, namun bagi saya kehilangan anda dan Amane-Sama adalah sebuah malapetaka, waktu yang saya habiskan dengan kalian berdua adalah hal yang membekas dihati saya, jika kalian pergi begitu saja lalu bagaimana saya bisa memaafkan diri saya yang gagal melindungi kalian berdua sebagai seorang anak sekaligus tuan anda ? " sahut Riku sambil menangis pada Kagaya dan Amane, sedangkan mereka yang melihat Riku menangis hanya bisa tersenyum lembut sembari mengeluarkan air mata kebahagiaan ketika melihat ini.
Sebab selama beberapa tahun ini Riku selalu datang kekediaman Ubuyashiki secara diam diam lalu mengajak mereka untuk minum teh bersama dengannya setelah itu Riku melaporkan hasil latihannya pada Kagaya selama beberapa tahun ini yang membuat mereka menjadi akrab satu sama lain.
"terimakasih Riku, jika saja kita dapat bertemu lagi dikehidupan selanjutnya aku ingin sekali menjadi ayahmu dan meminum teh bersamamu dengan yang lainnya, begitu juga dengan Amane" sahut Kagaya yang saat ini sedih karena melihat Riku yang menangis saat ini, lalu Amane segera pergi dan memeluk Riku dengan lembut.
Sedangkan Riku yang mendengar dan mendapatkan perlakuan ini hanya bisa membalas pelukan Amane sambil mengeluarkan semua air matanya di pelukan Amane.
---
Saat ini dikediaman kupu kupu Shinobu sedang meracik resep milik Riku yang dia bawakan sebelumnya beserta sempel darahnya Nezuko dikamarnya.
Namun ketika sedang meneliti darahnya Nezuko tiba tiba saja pintu miliknya terbuka dan menampilkan sosok pria yang berjalan padanya.
Tentu Shinobu yang mendengar mendengar ini langsung menoleh dan melihat kalau yang masuk kekamarnya adalah Riku, namun sebelum ingin menyapanya Shinobu dapat melihat raut wajah Riku yang saat ini sedang sedih.
"ahh.. maaf sepertinya aku sudah mengganggu mu yang sepertinya sedang meneliti darahnya Nezuko" sahut Riku pada Shinobu dengan senyum diwajahnya walau dipaksakan, sedangkan Shinobu hanya menggelengkan kepalanya lalu bertanya padanya.
"hmm.. tidak kebetulan aku sudah selesai jadi, apa yang terjadi Riku ?" tanya Shinobu yang saat ini sedang khawatir dengan kondisi Riku.
"ahh.. itu bisakah aku tidur denganmu aku hanya merasa sedih saja" balas Riku dengan nada sedihnya pada Shinobu.
Sedangkan Shinobu yang mendengar ini hanya menggelengkan kepalanya saja lalu meminta Riku untuk mandi terlebih dahulu lalu mengganti pakaiannya dengan piyama yang diberikan oleh Shinobu padanya.
Tentu Riku yang mendengar Shinobu hanya bisa menuruti perkataannya lalu pergi mandi sebelum tidur.
---
Setelah Riku selesai mandi saat ini dia sedang tidur di futon Shinobu berduaan dengannya, sedangkan suasana yang mereka alami saat ini adalah canggung, Riku yang merasaka suasana ini merasa kalau dirinya sudah salah untuk datang kemari dan tidur dikamar Shinobu.
"Sh..Shinobu sepertinya ak-" sebelum menyelesaikan perkataannya tiba tiba saja Riku dipeluk oleh Shinobu dengan lembut.
"tidak apa apa Riku, tidurlah" gumam Shinobu yang saat ini sedang memeluk kepala Riku sambil mengelus kepalanya dengan lembut.
Sedangkan Riku yang mendapatkan perlakuan ini hanya bisa memasang wajah memerah sebab kepalanya hampir mengenai dadanya.
Namun ketika mendengar gumaman Shinobu dia hanya bisa menerimanya sambil memeluk balik Shinobu lalu menutup matanya dan tertidur dipelukan Shinobu.
Shinobu yang merasakan nafas Riku sudah tenang dan melihat kalau Riku sudah tertidur langsung saja Shinobu tersenyum lalu mencium keningnya dengan lembut, lalu bergumam padanya dengan senyum diwajahnya.
"selamat malam, Riku"