Chereads / Di Dunia Anime Dengan System / Chapter 56 - Sosok Riku & Penyusup di Kediaman Ubuyashiki

Chapter 56 - Sosok Riku & Penyusup di Kediaman Ubuyashiki

Selama 1 minggu ini Riku selalu memberikan tekanan pada setiap serangannya pada mereka yang saat ini sedang dia latih, meskipun Riku sangat keras dalam melatih mereka, namun tetap memberikan waktu istirahat selama 1 hari bagi mereka untuk menenangkan diri mereka.

Tentu Riku tetap menyuruh Genya untuk ikut serta dalam latihannya walau hanya menyerang dari jarak jauh saja namun Riku masihlah bisa menahan peluru karet dari yang Genya tembakkan sebelumnya.

Hari ini adalah hari terakhir Riku melatih mereka semua dan seluruh pilar sudah dapat membangkitkan Demon Slayer Mark milik mereka itu juga termasuk fungsi dunia transparan bahkan Tanjiro pun dapat membangkitkan fungsi tersebut berkat latihan Riku.

Sedangkan Kanae dan Kanao mereka sekarang tidak perlu lagi menggunakan teknik pernafasan terakhir mereka bila dalam keadaan berbahaya.

Saat ini disiang hari terlihat lapangan yang dulunya banyak rumput rumputan, sekarang menjadi bekas tebasan milik Riku yang sedang melatih para pilar dan juga beberapa orang yang dia pilih dalam tingkatan yang sama dengan para pilar.

Dan saat ini para pilar sedang terbaring di lapang dengan nafas terengah engah, begitu juga dengan Tanjiro dan teman temannya, sedangkan Riku yang melihat ini hanya bisa tersenyum lembut pada mereka yang saat ini sedang berjuang dalam latihan kerasnya.

Sedangkan Genya saat ini sedang membawa beberapa nasi kepal untuk Riku dan yang lainnya sebab dia disuruh oleh gurunya, walau dia dapat melihat mereka semua pada tertidur ditanah dia hanya bisa tersenyum kecut ketika melihat kondisi mereka saat ini.

"Riku-San aku sudah membawakan nasi kepal untuk kalian semua" sahut Genya yang saat ini sedang membawa banyak kotak makan yang isinya adalah nasi kepal yang dia buat dari resepnya Riku pada mereka.

Tentu Tanjiro, teman temannya dan juga para pilar yang mendengar ini langsung melihat kearah Genya dengan pandangan berterima kasih pada Genya.

"hmm.. terima kasih Genya, dan untuk hari ini pelatihan neraka yang kalian jalani saat ini sudah selesai, maka dari itu kalian boleh memakan nasi kepal yang Genya buat dari resep milikku dengan senang hati" sahut Riku pada mereka semua dengan senyum lembut sembari membantu Genya membawakan makan siang mereka kali ini.

"ha.. akhirnya selesai juga" sahut Sabito yang saat ini bangkit dari tidurnya lalu berjalan kearah Genya dan Riku sambil mengambil nasi kepal yang Riku berikan padanya.

Begitu juga dengan yang lainnya langsung ikut berdiri dan berjalan kearah Riku dan Genya untuk mengambil nasi kepal yang dibawa Genya dengan senang.

Tentu Mitsuri dan Inosuke saat ini sedang memakan nasi kepal dengan porsi yang tidak wajar dan wajah bahagia terlihat diwajah mereka.

Tentu Riku yang melihat ini langsung saja tersenyum karena mereka memakan nasi kepal buatan Genya dengan resep miliknya merasa senang.

"baiklah kalau begitu aku permisi dulu, sepertinya nasi yang Genya bawa tidak cukup jadi biarkan aku mengambil yang lainnya" sahut Riku lalu pergi dari tempat ini dengan tersenyum lembut pada mereka.

Tentu Sabito, Giyuu dan Makomo yang melihat ini hanya bisa menghela nafas, sedangkan yang lainnya hanya menganggukan kepalanya saja lalu melanjutkan makan mereka dengan lahap.

Setelah Riku pergi dari sini langsung saja mereka semua membicarakan Riku yang saat ini sudah pergi untuk mengambil beberapa nasi kepal untuk mereka semua saat ini.

"ha.. sudah beberapa tahun ini dia tidak berubah bukan ?" sahut Sabito pada mereka semua, sedangkan Giyuu dan Makomo hanya menganggukan kepala mereka ketika mendengar perkataan Sabito.

"yah.. selalu benci dengan keramaian, namun dia tetap orang yang baik" lanjut Makomo sambil memakan nasi kepal yang dipegangnya.

"aku yakin jika Riku tidak ada mungkin Sabito tidak akan disini sekarang" sahut Giyuu sambil memakan nasi kepalnya sambil menghiraukan beberapa tatapan aneh yang menuju kearahnya.

"yahh.. apa yang kau katakan itu benar, jika saja Riku tidak menolongku waktu itu, mungkin aku sudah dimakan oleh iblis waktu itu" sahut Sabito yang tersenyum ketika mengingat kejadian itu.

"maksudmu, seleksi akhir itu bukan Sabito" tanya Makomo yang saat ini mendengar penjelasan Sabito, begitu juga dengan yang lainnya terutama Tanjiro.

"hmm.. benar bahkan aku masih mengingat dia mencincang iblis itu dengan pohon yang berada didepannya saat itu" jawab Sabito sambil menganggukan kepalanya pada Makomo.

"yahh.. dia juga pernah mentraktirku beli dango ketika uang ku sudah habis beberapa tahun yang lalu" sahut Mitsuri yang sangat bersemangat ketika membicarakan Riku.

"tunggu.. Kanroji kau sudah pernah bertemu dengan Riku ?" tanya Sabito yang saat ini terkejut jika Mitsuri tahu soal Riku, begitu juga dengan yang lainnya.

"hmm.. kalian ingat toko dango didesa dekat Riku tinggal saat ini, sebenarnya dia yang membelikan dango itu untukku setelah aku selesai latihan dengan Rengoku-San waktu itu" balas Mitsuri dengan wajah senangnya, namun tidak dengan Obanai yang saat ini sedang kesal karena bukan dia yang pertama kali melihatnya.

"aku yakin setelah dia membelikan dango untuk ku, sepertinya dia langsung saja pergi dari tempat itu, tapi kenapa ya ?" tanya Mitsuri dengan bingung ketika memikirkan kejadian beberapa tahun yang lalu.

"aku yakin itu perempuan"

"yahh.. kau benar pasti perempuan"

"hmm.. dia selalu populer dengan para perempuan"

Sahut Sabito, Giyuu dan Makomo dengan cepat menjawab pertanyaan Mitsuri sembari menganggukan kepala mereka.

Sedangkan yang lain hanya tertawa saja ketika mendengar ini, namun tiba tiba saja Makomo menyadari kalau Shinobu tidak ada disini ketika mereka berbicara.

"ahh.. itu benar aku tidak melihat Shinobu-San dari tadi dia pergi kemana ya ?" tanya Makamo pada yang lainnya yang saat ini juga bingung kecuali Kanae dan Kanao kemana perginya dia.

"mah.. mah.. aku yakin dia sekarang bersama dengan Riku" sahut Kanae yang tersenyum ketika melihat Shinobu pergi diam diam, sedangkan Kanao hanya menganggukan kepalanya dengan senyum bahagia ketika melihat kakaknya akrab dengan Riku.

"sepertinya mereka berdua sudah menjadi sepasang kekasih kali ini, pertama kali mereka bertemu justru mereka bertengkar dan berdebat akan hal yang tidak penting" lanjut Kanae sembari tertawa pelan ketika mengingat kejadian itu.

Tentu Sabito dan Giyuu yang mendengar ini langsung saja mereka tertawa ketika mendengar pernyataan Kanae, sedangkan Makomo hanya menggelengkan kepalanya ketika mengingat kejadian itu.

"ahh.. sungguh masa muda yang indah.." sahut Gyoumei sambil mengambil nasi kepal yang Genya berikan padanya, sedangkan Genya hanya bisa tersenyum ketika mendengar ini.

Tentu mereka saat ini bercerita tentang yang Riku lakukan ketika menjadi pemburu iblis hingga sekarang, bahkan Tanjiro dan teman temannya yang mendengar cerita dari Sabito dan Giyuu membuat mereka ikut tertawa tanpa terkecuali Kanao yang saat ini sudah berubah berkat Tanjiro dan sedikit bantuan Riku.

Dan mereka berpikir kalau sosok Riku memang hampir mirip dengan Ubuyashiki Kagaya sebab Riku dapat membuat mereka merasa tenang begitu juga dengan keberadaan miliknya dan dia juga ramah pada orang asing berbeda dengan apa yang mereka pikirkan ketika melihat Riku pertama kali.

---

Sedangkan Riku sendiri saat ini dia sedang membuat beberapa nasi kepal untuk mereka, namun ketika dia sedang membuat nasi kepal untuk mereka tiba tiba saja Shinobu datang dan membantunya setelah dirinya mencuci tangannya terlebih dahulu.

Tentu Riku yang merasakan kehadiran Shinobu hanya bisa membiarkannya membantu membuat nasi kepal untuk mereka.

"apa kau tidak mengobrol bersama mereka, Shinobu ?" tanya Riku yang saat ini masih membuat beberapa nasi kepal pada Shinobu.

"hmm.. tanpamu disana entah kenapa membuat hatiku sedikit kesepian" jawab Shinobu dengan senyum diwajahnya sambil melanjutkan kegiatannya tanpa menoleh kearah Riku.

Sedangkan Riku yang mendengar jawaban Shinobu membuatnya berhenti untuk melanjutkan kegiatannya saat ini dan saat ini Riku sedang membelakkan matanya ketika mendengar ini.

Tentu Shinobu yang merasakan kalau Riku berhenti melanjutkannya nasi kepalnya langsung saja dia melihat Riku yang saat ini sedang terkejut, lalu segera dia bertanya dengan nada khawatir pada Riku.

"Riku.. apa kau baik baik saja ? kau terlihat terkejut saat ini" tanya Shinobu pada Riku yang saat ini terkejut ketika mendengar suaranya.

"ahh.. maaf aku sedikit terkejut ketika mendengar jawabanmu sebelumnya, Shinobu" sahut Riku pada Shinobu dengan senyum lembutnya lalu melanjutkan nasi kepalnya yang saat ini ada ditangannya.

Sedangkan Shinobu yang melihat Riku saat ini langsung saja dia bertanya padanya.

"apa kau yakin ? aku tahu kalau kau berbohong padaku saat ini Riku" sahut Shinobu yang melihat senyum palsu milik Riku padanya.

Sedangkan Riku yang mendengar ini langsung saja dia berhenti lalu melihat kearah Shinobu yang saat ini sedang menatapnya dengan serius.

Riku yang melihat ini langsung saja menghela nafas lalu menyimpan nasi kepalnya yang sudah jadi lalu mencuci tangannya dan menatap kearah Shinobu dengan pandangan serius padanya.

Sedangkan Shinobu yang melihat perubahan ini langsung saja meneguk ludahnya ketika melihat Riku sedang serius kali ini, langsung saja Riku berbicara pada Shinobu yang membuat dirinya terkejut ketika mendengar perkataan Riku.

"Shinobu.. apa yang akan kamu lakukan jika aku sudah tidak ada didunia ini ?" tanya Riku pada Shinobu, ketika mendengar ini langsung saja Shinobu menampar Riku hingga pipinya merah.

Sedangkan Riku hanya bisa menerima tamparan kasih sayang dari Shinobu, dan terlihat kalau dirinya saat ini sedang mengeluarkan air mata ketika mendengar hal ini dari Riku.

"MANA MUNGKIN AKU MEMBIARKANMU MATI DEMI MELINDUNGI KITA SEMUA !!" teriak Shinobu pada Riku yang saat ini sedang memegang pipinya yang sakit karena tamparan Shinobu, langsung saja Shinobu memeluknya dengan erat seakan tidak ingin kehilangan dirinya dari dunia ini.

"jika kau pergi begitu saja.. apa yang akan terjadi pada Oyakata-Sama, Sabito, Giyuu, Makomo, Tanjiro, Nezuko, Kanao, Kakak, lalu aku, apa kau tidak berpikir apa yang akan kita alami nanti jika kau pergi mengorbankan nyawamu untuk kami ?" jelas Shinobu sembari menangis dan memeluk erat Riku saat ini.

Sedangkan Riku yang mendengar penjelasan ini hanya membalasa pelukannya saja sembari mengelus punggungnya dengan lembut.

"hmm.. maafkan aku Shinobu sepertinya aku berlebihan, namun meskipun begitu aku juga pasti akan mati karena dimakan oleh usia, maka dari itu juga aku ingin kau merelakan kepergianku dan berdoa agar kita dapat bertemu kembali di masa depan, jadi jangan menangis ya ?" gumam Riku dengan lembut sembari mengelus punggungnya agar Shinobu dapat menenangkan dirinya.

Sedangkan Shinobu yang mendengar penjelasan Riku hanya bisa menganggukan kepalanya sambil menenangkan dirinya dan masih memeluk Riku dengan erat.

Setelah cukup lama Riku memeluk Shinobu langsung saja dia melepaskan pelukannya lalu mencium bibir Shinobu dengan lembut, sedangkan dirinya hanya membiarkan apa yang dilakukan Riku terhadapnya karena dia sudah terbiasa dengan ini.

Namun tiba tiba saja pintu rumah Riku terbuka dan terlihat kalau Tanjiro dan Kanao menerobos masuk kedalam dapur Riku.

"Riku-San.. Shinobu-San.. kami saat ini kehabisan na-" sahut Tanjiro yang berhenti lalu melihat kearah Riku dan Shinobu yang saat ini sedang berciuman dengan wajah polosnya.

Sedangkan Kanao yang melihat Shinobu berciuman dengan Riku langsung saja mukanya memerah, dan segera menarik Tanjiro keluar rumah.

Tentu Tanjiro yang saat ini sedang melihat apa yang Riku dan Shinobu lakukan bingung dan hanya bisa memasang wajah polos sebab ia tidak mengetahui apapun yang dilakukan oleh mereka berdua.

Ketika Riku dan Shinobu sedang asik bercumbu dan melihat kalau Tanjiro dan Kanao menerobos masuk rumahnya, tentu itu membuat wajah mereka berdua memerah sebab mereka berdua dilihat oleh anak dibawah umur.

Setelah Kanao menarik Tanjiro dengan muka memerah langsung saja mereka berdua saling menatap satu sama lain lalu menoleh kearah lain sembari melepas pelukan. mereka ketika mengingat kejadian ini.

"se.. sepertinya kita terlalu lama hingga mereka berdua mencoba untuk memanggil kita, kalau begitu bagaimana kalau kita bawakan nasi kepal saja pada mereka yang saat ini sedang lapar, Shinobu ?" gumam Riku yang tersenyum malu pada Shinobu yang saat ini wajahnya memerah ketika melihat Tanjiro dengan wajah polosnya melihat mereka berdua berciuman.

Sedangkan Shinobu yang mendengar ini hanya bisa menganggukan kepala saja sembari membantu Riku untuk membereskan nasi kepal yang mereka berdua buat pada kotak makan yang ada dimeja dengan wajah memerah mereka berdua saat ini juga.

---

Malam ini dikediaman Ubuyashiki saat ini, Ubuyashiki Kagaya sedang berbaring di futon dengan seluruh tubuhnya yang saat ini sedang diperban karena sebuah penyakit yang dia derita dari generasi ke generasi hingga saat ini dirinya.

Dan sekarang dia ditemani oleh Amane istrinya, sedangkan kedua putrinya sedang asik bermain bola dihalaman rumah mereka.

Tiba tiba saja dikediaman mereka saat ini, mereka kedatangan seorang pria paruh baya sedang menggunakan setelan jas dan saat ini dia berdiri dihalaman rumah tanpa diketahui oleh siapapun kecuali Kagaya.

Sedangkan Kagaya yang saat ini merasakan kehadiran orang tersebut langsung saja dia menyapanya dengan suara yang tenang walau dengan tubuhnya yang saat ini tidak dalam kondisi yang bagus.

Tentu orang yang sedang berbicara padanya adalah Kibutsuji Muzan, leluhur para iblis yang saat ini sedang mencari Kamado Nezuko untuk memiliki keabadiannya yang dia impikan selama ini.

"akhirnya kau datang kerumahku, tepat dihadapanku, Kibutsuji Muzan" sahut Kagaya sembari menengok kearah Muzan dengan tubuhnya yang saat ini sedang membusuk karena penyakit.

"aku kecewa padamu Ubuyashiki, keluarga yang telah lama menggangguku justru mengalami kemunduran seperti ini, menjijikan benar benar menjijikan, Ubuyashiki" sahut Muzan yang saat ini sedang menatap Kagaya.

"Amane.. seperti apa wujud dari orang ini ?" tanya Kagaya pada Amane.

"dia terlihat seperti pria berumur 30 tahun, tapi warna matanya merah menyala dan memiliki garis pupil vertikal seperti kucing" balas Amane yang sedang mendeskripsikan Muzan pada Kagaya.

"aku sudah menduganya, mungkin kau tidak tahu Muzan kalau kau dan aku berasal dari keturunan yang sama kau lahir seribu tahun yang lalu, sehingga mungkin darahmu berbeda dari ku" sahut Kagaya yang saat ini sedang berusaha duduk namun itu dibantu oleh Amane.

"aku sama sekali tidak tersentuh, apa yang sebenarnya ingin kau katakan ?" tanya Muzan tanpa memperdulikan perkataan Kagaya sebelumnya.

"iblis sepertimu lahir dikeluarga ini dan membuat keluarga ku terkutuk.. setiap anak yang lahir dari keluargaku sangat lemah dan mereka akan mati tidak lebih dari 30 tahun" sahut Kagaya dengan suara tenang menjelaskan sejarahnya pada Muzan.

"namun, seorang pendeta memberi saran pada keluargaku untuk mendedikasikan hidup kami untuk menghabisi iblis sepertimu, maka keberadaan keluarga kami tidak akan hilang, sejak dulu kami mendapatkan istri kami dari para pendeta dan anak anak kami menjadi semakin kuat dan tidak mudah mati" lanjut Kagaya pada Muzan yang saat ini masih menatapnya dengan jijik.

"dan sekarang kamu hanya bisa mengoceh menjijikan sekali, apakah penyakit itu mempengaruhi otakmu ? itu sama sekali bukan urusanku" sahut Muzan pada Kagaya.

"lagipula langit tidak akan menghukumku, meskipun aku membunuh ratusan bahkan ribuan orang pun aku masih bebas dan aku tidak pernah melihat dewa bahkan budha sekalipun selama ribuan tahun ini" lanjut Muzan dengan tenang sembari menunjukkan dirinya ketika berbicara dengan Kagaya.

"Muzan.. sudah ribuan tahun berlalu.. mimpi seperti apa yang sebenarnya kamu miliki ?" tanya Kagaya ketika mendengar penjelasannya.

Sedangkan Muzan hanya terdiam dan hanya menoleh kearah anak anak Kagaya yang saat ini sedang bermain bola dihalaman dengan perasaan senang, namun bagi Muzan pemandangan ini adalah hal yang menjijikan.

"maka biar kutebak Muzan... aku bisa memahami hati dan jiwamu.. kau menginginkan keabadian dan kau ingin menjadi makhluk yang tidak dapat dihancurkan" sahut Kagaya dengan suara tenang pada Muzan.

"tepat sekali dan itu akan segera menjadi kenyataan setelah aku mendapatkan Nezuko" balas Muzan yang masih menatap kearah Kagaya seolah tidak peduli padanya.

"hmm.. namun kau salah sesuatu tentang keabadian.. keabadian merupakan pikiran, pikiran akan selalu ada untuk selamanya.. dan hal itu tidak bisa dihancurkan" sahut Kagaya dengan suara tenangnya pada Muzan.

"bodoh sekali, kau bicara omong kosong" balas Muzan dengan nada berat sembari menatap tajam kearah Kagaya.

"kau baru saja berkata bahwa kebenaran ini adalah hal bodoh.. pada dasarnya kau sudah membangkitkan makhluk yang telah lama tertidur dan mereka sangat membencimu" sahut Kagaya pada Muzan.

"hubungan.. antara pikiran manusia adalah sesuatu yang mungkin tidak kamu pahami Muzan, karena kau dan para iblis akan musnah bila kalian mati, bukan ?" sahut Kagaya yang tersenyum padanya.

"tutup mulutmu !!" sahut Muzan sambil berpindah tempat dari halaman dan sekarang berada disamping Kagaya saat ini.

"ya.. aku sudah selesai, namun entah mengapa aku yang tidak layak ini disayangi oleh para pilar khususnya 'dia' yang menganggap ku dan Amane sebagai keluarganya" sahut Kagaya dengan suara tenang ketika mengingat kejadian waktu itu dan berharap kalau Kagaya dapat bertemu lagi dengan 'dia' dikehidupan selanjutnya.

"apa kau sudah selesai, Ubuyashiki ?" tanya Muzan sambil mengeluarkan cakarnya dan mengarahkannya pada Kagaya dengan penuh amarah.

"ya.. sebenarnya aku sama sekali tidak berharap kalau kau mendengarkanku.." gumam Kagaya pada Muzan yang masih bisa mendengarnya.

"terima kasih.. Muzan"