Chereads / Di Dunia Anime Dengan System / Chapter 26 - Adik Kembar Lala & Masalah Baru

Chapter 26 - Adik Kembar Lala & Masalah Baru

Setelah 2 hari sejak pertandingan itu aku sekarang berada dirumah bersama Shiro bermain game bersama, bahkan setelah kejadian waktu itu tentu aku merasa lega setelah menghajar Saruyama secara habis habisan.

Tapi sepertinya ada yang kulupakan tapi apa, tiba tiba saja Shiro menarik lengan bajuku sambil menatapku seperti ingin memberitahukan sesuatu padaku.

Aku yang merasakan ini tentu menatap kearah Shiro dan bertanya padanya.

"hmm ada apa Shiro" tanyaku pada Shiro.

"Nerve Gear" balas Shiro padaku dengan pandangan serius menatapku.

"ahh"

Tentu seketika aku mengingat apa yang aku minta pada Lala beberapa hari lalu.

"AHHH, aku ingat kalau begitu ayo kita pergi kerumah Rito, sepertinya kau benar benar tidak sabar bukankah begitu Shiro" balasku pada Shiro dengan pandangan serius, sedangkan Shiro langsung saja menganggukan kepalanya karena sudah tidak sabar.

"tapi sebelum itu kita harus mengganti baju dulu" ucapku pada Shiro langsung mengganti baju begitu juga dengan Shiro sebab kami hanya memakai piyama ketika musim libur dirumah.

Ketika aku dan Shiro sudah selesai menganti baju dengan pakaian yang biasa kami gunakan langsung saja kami berangkat kerumah Rito dan membunyikan belnya.

"ya tunggu sebentar"

Tapi suara yang kami dengar saat ini bukan lah Rito, Mikan, maupun Lala suaranya pun terdengar lebih lembut menurutku.

Ketika mendengar suara itu aku langsung saja melihat Shiro dengan pandangan bertanya, sedangkan dirinya hanya menggelengkan kepala saja.

Tiba tiba saja pintu terbuka dan menampilkan gadis berambut pink seperti Lala namun berambut pendek dan sama sama memiliki ekor berbentuk hati, memakai baju gothic berwarna hitam dan hijau.

"ada yang bisa saya bantu" ucap gadis tersebut sambil tersenyum pada kami.

Ketika gadis tersebut berbicara tentu kami langsung mengobservasi dirinya dari atas sampai bawah dengan pandang menyelidiki.

"hmm, apa benar ini kediaman Rito atau aku yang salah rumah" ucapku yang masih mengobservasi orang yang didepanku saat ini.

Ketika gadis tersebut melihat kelakuan kami dia masih tetap memasang senyum diwajahnya dan dia langsung saja berbicara pada kami.

"hmm ini memang rumah nya Rito-San, ada keperluan apa dengannya? " ucapnya yang masih bingung dengan kelakuan yang kami lakukan.

Setelah selesai mengobservasi aku dan Shiro saling pandang dan mengangukan kepala, gadis yang melihat kelakuan kami hanya bertambah bingung saja.

"sebenarnya kami disini ingin mencari Lala dan Rito apa mereka ada dirumah sebab aku dan adikku ada beberapa urusan dengan mereka" sahutku padanya sambil memandangnya dengan serius.

Ketika gadis itu melihat wajah ku yang serius dia tetap saja memasang wajah penuh senyum nya itu.

"ahh kalian sedang mencari Nee-Sama dan Rito mereka sedang ada didalam, bagaimana kalau kalian masuk kedalam saja" sahut gadis tersebut sambil membiarkan kami masuk kedalam rumah

'Nee-Sama ?' batinku ketika mendengar ucapan gadis tersebut.

"ahh, baiklah kalau begitu, permisi" ucapku padanya sambil masuk kedalam rumah ketika dia mempersilahkan aku dan Shiro untuk masuk.

Ketika kami bertiga masuk dan dibawa menuju ruang tamu, tiba tiba saja kami diberi pemandangan muka Rito yang diperban dan Lala yang memasang perban diwajahnya secara tidak rapi.

Dan seorang gadis yang sama miripnya dengan gadis yang baru saja tadi membuka pintunya untuk kita berdua tapi yang membedakannya bajunya yang berwarna hitam merah, memiliki ukuran dada kecil, dan rambut yang dikuncir 2 .

"ahh" ucapku dan Rito secara bersamaan, aku yang melihat Rito begitupun dengan dirinya, aku yang melihat ini hanya bisa menahan ketawa saja begitu juga dengan adikku.

Ketika Rito yang melihat ini dia hanya merasa depresi melihat kami yang sedang menahan tawa.

"pfft, jadi Rito apa yang kamu perbuat kali ini apa itu Kotegawa atau Yami, kau tahu aku sebenarnya ingin menagih janji ku padamu tapi sepertinya ada yang sudah melakukannya" ucapku padanya dengan santai sambil menahan tawa.

Ketika mendengar pernyataanku tiba tiba saja dia bertambah depresi sambil menjawab padaku.

"i.. itu gadis itu" ucap Rito yang suaranya hampir tidak terdengar sama sekali tapi tidak denganku yang pendengaranku sedikit tajam sambil menunjuk kearah gadis yang baru saja Rito tunjuk.

Ketika mendengarnya aku langsung saja melihat kearah gadis yang baru saja ditunjuk Rito dan melihat kalau gadis itu sedang melipat kedua tangannya sambil melihat kearah lain dengan kesal.

"ahh sebenarnya aku baru sadar Lala siapa mereka berdua, aku baru saja melihat mereka" tanyaku pada Lala dan melihat kalau tidak ada Peke dikepalanya.

"ohh mereka berdua, mereka adalah adik adikku yang tadi bersama dengan mu itu adalah Momo dan yang ditunjuk oleh Rito adalah Nana" sahut Lala pada ku lalu melihat kalau gadis yang bersama kami menuju saudarinya.

Ketika mendengar Lala mereka langsung saja mereka memperkenalkan diri mereka sendiri kepada kami.

"perkenalkan Momo Belia Deviluke, salam kenal" sahut Momo yang mengangkat sedikit roknya sambil memperkenalkan dirinya pada kami.

"Nana Asta Deviluke" sedangkan Nana memperkenalkan dirinya pada kami dengan singkat, sepertinya ia masih kesal pada kelakuan yang Rito lakukan terhadapnya.

"Nana, kamu tidak boleh seperti itu, kamu tidak sopan pada Sora dan Shiro" balas Lala pada Nana sambil menegur kelakuan Nana terhadap kami.

Sedangkan Nana baru sadar akan sikapnya pada kami lalu segera saja ia meminta maaf kepada kami.

"aku minta maaf" ucap Nana sambil meminta maaf kepada kami yang sepertinya dia menyesal karena kelakuannya pada kami.

"ahahah santai saja, kalau begitu perkenalkan aku Sora dan ini adikku Shiro, salam kenal" balasku pada mereka berdua sambil tertawa dan memperkenalkan kami pada mereka berdua.

Sedangkan Momo dan Nana mereka berdua hanya menganggukan kepala dan tersenyum melihatku yang tidak tersinggung sama sekali oleh kelakuan Nana.

"Ahh aku baru ingat sekarang, Lala aku ingin menagih janjiku padamu apa alatnya ada" ucapku pada Lala dengan semangat tidak sabar ingin memainkan alatnya begitu juga dengan Shiro yang menatap Lala dengan mata berbinar kearahnya.

Ketika mendengar perkataanku tentu saja baik itu Momo maupun Nana mereka bingung dengan apa yang aku pinta dari kakak mereka.

Sedangkan Lala yang mendengar ini terkejut sebab dia baru saja mengingatnya janjinya padaku.

"Ahh alat itu" sahut Lala yang sepertinya baru mengingat janji ku.

"Iya yang itu dimana sekarang alat nya Lala aku dan Shiro sudah tidak sabar ingin memainkannya" ucapku yang sudah tidak sabar pada Lala begitu juga adikku yang masih menatapnya dengan mata berbinar.

Sedangkan Momo dan Nana hanya memandang kami dengan rasa penasaran dengan alat apa yang aku janjikan pada kakak mereka.

"yah alat itu sudah ada tapi" ucap Lala yang sepertinya ragu untuk memberi tahukan kami soal alatnya.

"tapi ?" sedangkan kami berdua hanya melihat Lala dengan penasaran karena ingin memainkannya, tapi ucapan berikutnya membuat kami sudah tidak bersemangat lagi.

"sebenarnya alat itu diambil, ahahaha" sahut Lala sambil tertawa canggung pada kami sambil menoleh kearah lain.

Ketika mendengar apa yang Lala baru saja katakan, tentu itu bagaikan tersambar petir ketika mendengar bahwa alatnya diambil oleh orang lain.

"APAAA !!??, BAGAIMANA BISA !!?" teriak aku dan Shiro pada Lala setelah mendengar itu aku dan Shiro langsung saja terbaring lemas di lantai.

Sedangkan Momo yang melihat kelakuan kami hanya tertawa canggung, sedangkan Nana hanya menatap kami dengan datar.

"ahahah, sebenarnya kami kalah bertaruh oleh seseorang" sahut Lala dengan perasaan bersalah ketika dia membicarakan.

Ketika mendengar perkataan Lala aku langsung saja bangun dan menatap Lala dengan penasaran.

"kalah, oleh siapa ?"

Tanyaku pada Lala sambil memandangnya dengan serius, sedangkan Shiro masih berbaring lemas dilantai.

"Malaikat" sahut Momo padaku dengan serius sebelum Lala mulai memberitahukannya padaku.

"Malaikat ?" tanyaku pada Momo karena alatnya berada pada orang lain, bahkan aku masih bingung memangilnya apa.

"yah, kalau tidak salah dia datang baru pagi ini kalau tidak salah dan sekarang dia berada di perpustakaan kota" tiba tiba saja Mikan datang dari lantai 2 menuju ruang tamu dan kebetulan sekali ia mendengar percakapan kami dan menghiraukan Rito kakaknya.

"lalu apa tujuannya kemari, ada yang tau" tanyaku pada Mikan yang baru saja sampai dan duduk di sofa sebelah Rito.

"ahh kalau tidak salah dia kemari hanya ingin membaca buku sebagai pengetahuannya tapi ketika kami ingin dia pergi dari perpustakaan tersebut karena akan mengganggu yang lain, dia menyuruh kami untuk bertaruh untuk mendapatkan apa yang kami inginkan" sahut Lala pada aku sambil memberitahukan kronologinya padaku.

"dan kalian semua berakhir dengan kekalahan benar begitu" ucapku yang sedang memegang dagu sembari berpikir mengenai info yang baru saja aku dengar dari Lala, setelah mengatakan itu tentu saja mereka semua terkejut demgan apa yang baru saja aku ucapkan.

"yah seperti itu bukan cuma alat yang kamu minta bahkan Peke dan ponsel milik Momo dan Nana pun dibawa olehnya" balas Lala yang sepertinya sedih ketika dia mengambil Peke darinya.

"pantas saja aku tidak melihat Peke hari ini" sahutku pada Lala sambil melihat sekeliling untuk mencari Peke, sedangkan yang lainnya hanya merasa sedih karena Peke tidak ada disini.

Ketika melihat suasana yang canggung ini tentu aku tidak bisa untuk tidak berdiam diri, langsung saja aku menarik perhatian mereka dengan bertepuk tangan dengan keras.

PLAAAAKKKK !!!

Ketika mendengar suara tepuk tanganku, langsung saja mereka melihat kearahku sebab aku menarik perhatiannya.

"oke sudah cukup untuk bersedihnya bagaimana kalau kita pergi saja menuju perpustakaan dan mengambil kembali Peke bagaimana" ucapku pada mereka sambil memberikan sebuah harapan pada Lala.

"Sora" sahut Lala sambil menatap kearahku dengan pandangan berharap, kalau Peke akan kembali padanya begitu juga dengan yang lain.

"aku yakin tujuanmu bukan Peke tapi alat yang kau ingin kan bukan ?" tanya Rito yang menatapku dengan datar seolah sudah tahu apa tujuanku yang sebenarnya.

Ketika mendengar apa yang Rito katakan tiba tiba saja suasana jadi sweatdrop karena kelakuanku dan mereka semua melihatku dengan pandangan datar saja, sedangkan Lala dan Momo hanya tertawa canggung.

"t.. tentu saja alat itu adalah tujuanku dan Peke juga termasuk, jadi bagaimana kalau kita pergi sekarang" ucapku yang langsung berdiri dan meninggalkan mereka.

Sedangkan mereka yang melihatku baru saja keluar hanya menghela nafas kecuali Lala yang bersemangat ketika Peke akan segera kembali lagi padanya.

Langsung saja mereka mengikutiku menuju perpustakaan kota.

---

Ketika kami sedang berjalan diterik panasnya matahari ketika siang hari tiba tiba saja kami melihat kalau Kotegawa, Haruna, Oshizu, Momioka, Sawada dan Tenjoin-Senpai ada didepan pintu perpustakaan sepertinya mereka juga ingin masuk kedalam dan menantang yang disebut Malaikat itu.

"ohh, hai semuanya" sapaku pada mereka semua dengan wajah datar yang biasa aku gunakan ketika keluar dari rumah.

Ketika aku menyapa mereka tiba tiba saja mereka menoleh kebelakang dan memanggil namaku.

"Sora !! / Sora-Sama !! " sahut mereka ketika mendengar namaku apa lagi Tenjouin-Senpai yang semangat ketika aku menyapanya.

"Sedang apa kalian kemari apa kalian juga akan menantang si Malaikat itu" ucap Rito pada mereka ketika melihat kalau mereka semua sedang didepan pintu perpustakaan.

"ahh sebenarnya kami baru selesai menantang mereka dan kami kehilangan sesuatu yang penting bagi kami" balas Haruna pada Rito sambil memasang wajah sedih.

Ketika mendengar apa yang Haruna katakan tentu saja Rito dan yang lainnya terkejut ketika mendengar ini, kecuali aku dan Shiro yang sedang mengobservasi situasi saat ini.

"ehh jadi kalian juga !! " teriak Nana dan Momo secara bersamaan ketika mendengar apa yang Haruna katakan.

Sedangkan yang lainnya menganggukan kepala tapi mereka bingung dengan siapa mereka berbicara, Lala yang melihat kejadian ini langsung saja dia memperkenalkan adik adiknya lada mereka.

"ahh, sebelum itu perkenalkan mereka adik adikku Momo dan Nana" sahut Lala sambil memperkenalkan adiknya pada teman temannya dengan bahagia.

"salam kenal, maafkan kami atas ketidak sopanan kami" balas Momo dan juga Nana pada mereka, sedangkan mereka hanya menganggukan kepala sambil memperkenalkan diri mereka masing masing.

Ketika mereka sedang memperkenalkan diri aku dan Shiro masih sibuk dengan data yang kami terima saat ini, sedangkan Rito yang melihat kami sedang berpikir dia langsung saja bertanya padaku.

"ehh, Sora apa kamu sedang memikirkan sesuatu" tanya Rito padaku sedangkan yang lainnya langsung menatapku karena aku dan Shiro terlihat sedang berpikir.

"hmm, aku hanya sedang memikirkan sesuatu, jadi apa yang kalian pertaruhkan ketika melawan Malaikat itu dan permainan apa yang kalian mainkan ?" tanyaku pada mereka yang sudah selesai menantang Malaikat itu.

Ketika mendengar pertanyaanku mereka langsung saja menjawab apa yang aku tanyakan pada mereka.

Kotegawa, Momioka, dan Sawada menantangnya bermain permainan kehidupan, yang dipertaruhkannya yaitu handphone milik mereka.

Lala menantangnya balapan terbang yang dipertaruhkannya yaitu Nerve Gear, Peke dan beberapa ponsel miliknya dan kedua adiknya.

Oshizu menantangnya bermain shogi, yang dipertaruhkan adalah obat yang dia bawa untuk stock milik Mikado-Sensei.

Haruna menantangnya memasak, yang dipertaruhkan adalah Maron hewan peliharaannya.

Sedangkan Tenjouin-Senpai menantangnya bermain catur, yang dipertaruhkannya adalah Kujou-Senpai dan Fujisaki-Senpai.

Ketika mendengar apa yang mereka pertaruhkan tentu saja kami semua terkejut ketika mendengar informasi ini.

"tch, sudah kuduga kalau manusia memang sampah, itulah kenapa aku membenci mereka" gumamku kesal ketika mendengar apa yang Tenjouin-Senpai pertaruhkan begitu juga dengan Haruna, lalu melihat kearah lain untuk mencoba menyusun rencanaku.

Bahkan apa yang aku gumamkan hampir terdengar oleh mereka semua terutama Tenjouin-Senpai dan Haruna itu sendiri.

"Sora / Kak" ucap Rito dan Shiro yang melihat diriku kesal entah kenapa suasana jadi begitu berat ketika aku berbicara seperti itu.

Bahkan Tenjouin-Senpai yang mendengar ini kesal pada dirinya sendiri bahkan ia sampai menangis ketika mendengar gumaman ku, sedangkan Haruna ia merasa bersalah pada Maron dan hampir menangis.

Bahkan mereka yang melihat Tenjouin-Senpai dan Haruna menangis merasa kasihan pada mereka yang disebabkan oleh gumamanku yang berlebihan pada mereka berdua.

Aku yang melihat langsung saja menghela nafas dan pergi menuju dirinya sambil mengelap wajahnya yang basah karena air mata menggunakan tangan kananku.

Ketika Tenjouin-Senpai merasakan usapan ku diwajahnya dia langsung saja melihat kearahku dan aku langsung saja berbicara padanya.

"tidak usah menangis Senpai, aku tahu kau merasa bersalah, sebab itulah aku dan Shiro akan menyelesaikan masalah ini dan mengembalikan apa yang penting bagi kalian, dan maaf sepertinya aku berlebihan padamu dan juga Haruna, aku tahu kau dan Haruna bukan bermaksud buruk pada mereka, bukankah begitu Haruna, Senpai ? " ucapku sambil tersenyum lembut pada Tenjouin-Senpai begitu juga pada Haruna .

Ketika melihat senyumku langsung saja Tenjouin-Senpai memelukku dan menangis sekeras kerasnya dipelukanku sambil meminta maaf berulang ulang padaku sedangkan Haruna langsung saja memeluk Rito dan menangis dipelukannya.

Bahkan ketika melihat kejadian ini mereka langsung tersenyum melihat kelakuanku terutama Shiro.

"ehmm, ba.. bagaimana kalau kita masuk dan menantangnya a.. agar apa yang penting bagi kalian d..dapat dikembalikan lagi" ucapku pada mereka setelah selesai menenangkan Tenjouin-Senpai sambil tergugup meskipun ada sedikit rona merah diwajahku.

"kak, kau terlalu gugup" ucap Shiro yang memandangku dengan pandangan menyedihkan menatapku.

Sedangkan yang lainnya hanya tertawa mendengar perkataan Shiro, apa lagi Shiro tanpa ampun berbicara pada kakak tercintanya.

Aku yang dapat perlakuan seperti ini hanya menoleh kearah lain sambil menyembunyikan wajah merahku dari yang lainnya sebab apa yang Shiro katakan membuatku malu.

"ehmm, bagaimana kalau kita segera masuk" ucapku dengan serius menatap mereka, sedangkan yang lainnya hanya menganggukan kepala mereka, begitu juga dengan Shiro yang langsung menggenggam tanganku dan menganggukan kepala sambil tersenyum.

Aku yang melihat mereka menganggukan kepala mereka sebagai tanda setuju begitu juga dengan Shiro, langsung saja aku tersenyum menyeringai sampai mataku sedikit menyala kepada mereka, entah kenapa mereka sedikit merinding ketika melihat aku yang seperti ini.

"baiklah kalau begitu, Shiro mari kita tunjukan pada Malaikat itu siapa sebenarnya Kuuhaku itu"