Sekarang aku sudah berada di ruang ganti perempuan, pasti kalian bertanya sedang apa yang aku lakukan disini, tentu akan ku jawab dengan mudah yaitu menunggu.
Yup menunggu nama ku dipanggil oleh wasit, bahkan aku heran kenapa aku harus menerima duel yang mari kita mundur 3 jam yang lalu.
---
3 jam sebelumnya
"ehh, berduel mengapa kau ingin berduel denganku" tanya ku pada Ren ketika melihat kelakuannya yang mencoba menantangku.
"hmm, ahh kalau soal itu aku mendengarnya dari Ri-" sebelum menyelesaikan ucapannya aku langsung saja memotong perkataannya sebab dia mengucapkan nama yang terdengar akrab ditelingaku.
"oke, oke cukup sampai disitu aku sudah tau siapa biang keroknya ketika aku bertemu dengannya aku akan mencoba membuat dia menyesal ketika bertemu denganku, jadi kapan dan dimana aku akan datang" ucapku pada Ren ketika mendengar namanya tentu saja aku kesal sebab baru saja dia meminta maaf langsung memberikan masalah baru padaku.
"eh.. ehmm... seperti nya kau sedang kesal kepadanya, kalau begitu berduel lah denganku menggunakan pedang kayu yang selalu kau bawa ketika bersama Ri-" bahkan ketika dia menyebutkan nama itu aku langsung saja memotong ucapannya.
"hmm, baiklah dimana dan jam berapa aku akan segera kesana" potongku yang sedang kesal pada orang yang Ren sebut barusan, bahkan terlihat urat urat kecil di kepalaku.
"ahh.. ehmm.. di lapangan sekolah ketika semua orang sudah pulang jam 15.00 sore kau bisa mengajak beberapa orang kalau kau ingin, ka.. kalau begitu sampai jumpa" ucap Ren padaku yang melihat diriku marah untuk pertama kalinya, jadi dia kabur setelah memberi tahu letak dan jamnya.
---
Kembali pada diriku yang masih menunggu sambil menenangkan nafasku ketika mengingat kejadian barusan, sumpah jika aku bertemu dengannya aku akan membuat dirinya menjadi samsak pedang kayu ku.
Ketika sedang menenangkan diriku, tiba tiba saja pintu diketuk dan seseorang masuk, dan yang masuk adalah adikku Shiro yang terlihat khawatir ketika melihat aku akan berduel dengan Ren.
"haa... kak, apa kamu akan berduel" sahut Shiro yang melihat aku akan berduel dengan Ren, tentu dia khawatir ketika aku akan berduel dengannya.
"tentu saja Shiro kau tidak perlu khawatir dengan ku aku kan kuat" ucapku padanya sambil tersenyum bangga ketika mengingat diriku kuat, tapi bukan itu yang Shiro khawatirkan.
"hmm bukan itu, tapi aku mengkhawatirkan kamu tidak membawa pedang kayu jadi aku membawa pedang kayu yang kudapatkan dari Lala-Nee Sama" justru dia khawatir pada pedang kayunya dari pada kakaknya bahkan dia memandangku dengan wajah datar.
"ehh.. ehmm.. tidak usah Shiro, aku membawanya sendiri jadi kau bisa mengembalikannya pada Lala ketika kau bertemunya, dan berikan pesan pada Rito kalau nanti besok dia harus jadi samsak besok mengerti" ucapku padanya sambil mengelus kepalanya, sedangkan Shiro hanya menikmati elusan ku.
"ehmm.. kalau begitu aku pergi" sahut Shiro ketika sudah menikmati elusanku dia langsung saja pergi meninggalkan ku sambil melambaikan tangannya padaku.
"ahahaha, kalau begitu dukung aku yah disana keluarkan suara mu Shiro" ucapku pada Shiro sambil melambaikan tanganku, dan dia hanya menganggukan kepala saja lalu pergi menuju kearah kursi penonton.
Aku yang melihatnya pergi hanya menghela nafas ringan sembari menggelengkan kepalaku ketika melihat kelakuannya.
'tapi sebelum itu, buka status ku Schwi' batinku pada Schwi dan mencoba mengecek statusku sebelum pertandingan.
[hmm] sahut Schwi padaku.
____________________________
Nama : Sora
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki Laki
Pekerjaan : tidak ada
Judul : Jenius, Kutu Buku, Gamer, Sis-Con, [ ], Pencinta Hewan, Penulis Novel, Ahli Pedang, Bodyguard
Atribut :
Kekuatan : 90 > 110
Kepintaran : 100 > 120
Kelincahan : 89 > 106
Stamina : 86 > 90
Pesona : 60 > 78
Skill : Photography Memory, Pikiran Tenang, Memasak (MAX), Emperor Eye, Menulis Kilat, Intuisi Penulis, Cold Reading, Teknik Pernafasan Angin, Demon Slayer Mark (MAX), Teknik Pernafasan Konsentrasi Penuh
____________________________
Ketika melihat statusku sepertinya atribut kekuatan dan kelincahan sudah menyentuh angka 100 lebih, namun ketika aku melihat Judulku aku mendapatkan judul 'Ahli Pedang' dan 'Bodyguard', entah kenapa ketika melihat judulku yang 'Boyguard' aku masih merasa kesal dengannya.
Kecuali yang satunya lagi aku yakin kalau tidak salah itu aku dapatkan dari berduel dengan Zastin waktu itu, benar benar hari yang merepotkan.
Setelah selesai melihat status baruku aku langsung saja mendengar bahwa pintu diketuk dan aku langsung saja melihat kearah pintu dan menyuruh orang yang berada diluar untuk masuk.
"masuk saja pintunya tidak dikunci" ucapku yang masih bersiap siap dan mengeluarkan pedang kayu dari penyimpanan ku sebelum seseorang masuk.
Ketika pintu terbuka dan memperlihatkan bahwa sesorang masuk kedalam, dan itu adalah adik orang yang baru saja aku pikirkan.
"jadi Mikan ada apa kau kemari" ucap ku padanya yang memasang senyum ramahku padanya.
Ketika dia melihat ku entah kenapa dia malu dan berbicara padaku mengenai sesuatu yang sepertinya penting.
"a.. anu Sora se.. sepertinya ka.. kakakku telah merepotkanmu dan juga adikmu, jadi aku minta maaf soal kelakuannya aku belum sempat mencari waktu yang pas untuk meminta maaf secara langsung padamu" ucap Mikan yang malu soal kelakuan kakaknya yang sudah merepotkan ku maupun Shiro dan segera menundukan kepalanya sambil meminta maaf.
Aku yang melihat ini sempat terkejut dan tersenyum manis kearahnya lalu mengusap kepalanya.
"tenang saja Mikan aku tidak marah padamu, aku hanya kesal padanya dan tunangannya saja bukan dirimu kok, jadi santai saja" sahutku padanya yang masih mengelus kepalanya dengan bahagia.
Karena masih ada yang mengkhawatirkan ku dan juga adikku selain kedua orang tua ku, ketika mengingat kedua orang tua ku aku sempat berpikir kenapa mereka tidak membalas surat ku dan Shiro ketika kami mengirimnya pada mereka.
Ketika sedang menikmati elusanku tiba tiba saja Mikan melihat ke arah ku sedang yang memasang wajah sedih sedang memikirkan sesuatu.
"Sora, apa kau tidak apa apa ?" sahut Mikan padaku ketika melihat diriku bersedih.
Aku yang mendengar suara Mikan langsung saja kembali melihat kearah Mikan dan berbicara padanya.
"hmm tidak apa apa aku hanya memikirkan kedua orang tuaku saja kok, jadi kau tidak perlu khawatir padaku" ucapku padanya sambil tersenyum ketika mengingat kedua orang tua ku.
Mikan yang melihat senyumku hanya menghela nafas saja dan mengingat apa tujuan sebenarnya dia kemari.
"ahh aku baru saja ingat, Sora sebentar lagi pertandingan mu akan dimulai jadi aku kemari untuk memberitahukan mu soal ini" sahut Mikan pada ku ketika mengingat soal duelnya dengan Ren.
"hmm kalau begitu terima kasih Mikan, sebaiknya kamu kembali kekursi penonton saja, bagaimana ?" balasku padanya, yang terlihat kalau dirinya akan terlambat ketika menontonku.
"hmm kalau begitu semoga beruntung" ucap Mikan sambil keluar ruangan dan sedikit melambaikan tangannya padaku.
Ketika Mikan sudah keluar aku hanya membalas lambaian tangannya sambil tertawa canggung saja padanya.
Setelah keluar aku langsung saja mengambil pedang kayuku dan segera keluar menuju ke lapangan.
Ketika sedang berjalan menuju lapangan entah kenapa aku melihat bahwa banyak sekali yang menonton pertandinganku, tidak bahkan ini lebih dari perkiraanku bahkan ada arena di tengah lapang tersebut.
"apa apaan ini ?" tanya ku pada diri sendiri.
---
Setelah mendengar kalau Sora akan berduel dengan Ren entah kenapa aku merasa kalau Ren akan babak belur kali ini.
"entah kenapa aku merasa masalah akan datang padaku, semoga saja itu tidak benar" ucapku ketika memikirkan apa yang akan terjadi padaku.
Tiba tiba saja aku mendengar suara teriakan Run yang datang kearah ku ingin menonton pertandingan saudaranya dan Sora.
"Rito-Kun !!" teriak Run bersama para gadis yang lainnya menuju kearahku yang sedang duduk dikursi penonton.
"ehh Run-Chan semuanya" ucapku pada Run dan yang lainnya.
"nee.. Rito-Kun aku minta maaf soal Ren sepertinya dia menyebabkan masalah padamu dan Sora setiap harinya, jadi aku minta maaf" ucap Run kepadaku yang menunduk kepalanya meminta maaf karena kelakuan saudaranya pada kami.
"ahh kau tidak usah meminta maaf Run-Chan, kau tidak salah kok ini sebenarnya salah ku karena memberitahunya kalau Sora adalah orang kuat, jadi kau tidak usah meminta maaf padaku" ucapku padanya sambil tersenyum ketika mendengar permintaan maafnya.
"Rito-Kun, sudah kuduga kau orang yang begitu" ucap Run padaku yang melihat kejadian ini ia hanya tersenyum pada ku dan memelukku saja. sedangkan yang lain hanya melihat saja.
"Yuuki-Kun, Run-Chan sudah berapa kali ku bilang jangan melakukan hal yang tidak malu didepan umum" ucap Kotegawa pada ku dan juga Run.
"ahahaha, sepertinya kalian berdua akrab ya" ucap Lala pada kami sambil tertawa dengan senang yang melihat keakraban kami.
Sedangkan Sairenji, Oshizu yang melihat kelakuan kami hanya menganggukan kepala saja, sedangkan Yami hanya memakan taiyaki nya saja dan menghiraukan kami.
"ahh aku tidak melihat Mikan dan Shiro, dimana mereka" ucapku bertanya pada mereka.
"ahh kalau mereka berdua sedang melihat keadaan Sora apakah dia sudah siap atau belum" jawab Sairenji padaku ketika mendengar kalau Mikan dan Shiro tidak ada disini.
Aku yang mendengar ini hanya menghela nafas ringan saja, dan segera bertanya pada Oshizu mengenai iblis yang pernah dibicarakan oleh Sora waktu itu.
"ahh Oshizu-Chan apa kau tahu sesuatu soal iblis sebelum kau mati" tanyaku padanya sebab penasaran apakah perkataan Sora benar atau tidak, jadi aku ingin mengonfirmasikan berita ini.
Ketika aku bertanya soal ini tiba tiba saja suasana jadi merasa aneh sebab aku bertanya hal yang tidak mungkin akan terjadi.
"ahahah, oi Rito kau tahu iblis itu tidak akan ada kau tau itu, atau kau jangan jangan takut pada iblis" tawa Risa kepadaku ketika aku menanyakan soal iblis pada Oshizu.
"hahah, iya itu tidak akan mungkin terjadi, Rito" begitu juga dengan Mio yang sama menertawakan ku.
"Rito apa yang kamu maksud soal teknik pernafasan yang dilakukan Sora waktu itu" tanya Lala kepadaku, sedangkan aku hanya menganggukan kepala saja.
Ketika mendengar apa yang Lala katakan barusan suasana dalam sekejap sepi sebab mendengar hal yang tidak terduga, namun tiba tiba saja Oshizu mengatakan sesuatu hal pada kami.
"ohh apa yang kamu maksud itu soal iblis yang memakan manusia di malam hari dan bersembunyi di siang hari" ucap Oshizu pada ku sambil memikirkan sesuatu pada kehidupannya sebelum meninggal.
"ahh iya yang itu apa kau tau soal itu ?" tanyaku sekali lagi padanya.
"ohh kalau itu tentu saja iblis itu ada, bahkan dulu ada organisasi yang bernama pemburu iblis yang menolong diriku sebelum aku mati waktu itu, kalau tidak salah dia memakai seragam organisasi dan memakai haori berwarna merah membawa katana dipingangnya kalau tidak salah, aku baru saja mengingatnya ketika Lala mengatakan teknik pernafasan darinya" ucap Oshizu yang mengejutkan kami ketika mendengar fakta tersebut.
"tu.. tunggu ja.. jadi maksud mu iblis itu benar benar ada ?" suara itu bukanlah salah satu dari kami melainkan Mikan dan Shiro yang baru saja datang dari ruang tunggunya Sora.
"hmm, itu benar" ucap Oshizu yang dengan santainya berbicara tentang iblis pada kami.
Tentu kami yang mendengar ucapannya hanya terdiam dan merinding ketika mendengar fakta tersebut.
"ja.. jadi apakah iblis itu masih ada ?" tanya Sairenji pada Oshizu.
"ahh kalau soal itu aku tak tahu tapi sepertinya para iblis sudah tidak ada sebab aku belum mengetahui keberadaan mereka sampai sekarang, kalau tidak salah mereka menggunakan teknik pernafasan sebagai media bertarungnya ketika melawan iblis" balas Oshizu pada Sairenji dan kami semua dengan serius.
Ketika mendengar ini tentu kami terdiam ketika mendengar apa yang terjadi waktu itu, aku bahkan sempat berpikir apa yang akan terjadi kalau iblis masih hidup, apakah Sora akan menanggung semua iblis itu sendirian.
"oya apa yang kalian lakukan disini" ucap seseorang berada dibelakang kami, ketika melihat siapa yang berbicara dengan kami.
Bahwa yang sedang berbicara dengan kami adalah Tenjouin-Senpai, Fujisaki-Senpai, dan Kujou-Senpai.
"Senpai !!, ehh !!" ucapku yang kaget melihat mereka yang sedang membawa sebuah spanduk yang bertuliskan 'SORA-SAMA !! KAMI MENDUKUNGMU !! ' sebelum pertandingan duel.
'apa apaan itu' batinku terkejut melihat tulisan spanduk itu aku yakin Sora akan memasang wajah bermasalah.
"ahh Tenjouin-Senpai apa kamu mendukung Sora" tanya Sairenji pada Tenjouin-Senpai soal spanduk yang sedang dia lihat itu.
"hoo.. hoo.. tentu saja semua ini akan aku luapkan untuk Sora-Sama sang pangeranku hoo.. hoo.." balasnya pada Sairenji sambil memasang wajah bahagia yang terlihat jelas dilihat oleh kami semua.
Bahkan Tenjouin-Senpai sempat bercerita bagaimana dia menolongnya seperti pangeran ketika terlambat.
'ahh' batinku ketika mendengar cerita yang dibawakannya, aku yakin Sora akan mendapatkan masalah baru ketika melihat ini.
Ketika Tenjouin-Senpai sudah selesai bercerita dia langsung saja pamit pergi menuju kursi yang kosong meninggalkan kami yang tertawa canggung pada mereka.
Tiba tiba saja lengan bajuku ditarik oleh Shiro, tentu aku terkejut dan langsung melihat kearahnya.
"hmm ada apa Shiro" tanyaku pada Shiro yang melihat kearahnya yang seperti ingin mengajukan sesuatu padaku.
"hmm, kata kakak siap siap saja jadi samsak tinju katanya ketika duelnya sudah selesai" ucap Shiro yang mengejutkanku dan yang lainnya juga ketika mendengar omongan Shiro.
"ahh, sudah kuduga pasti akan terjadi sesuatu yang buruk padaku kedepannya"