Sebelum memasuki ruangan yang di tempati adik ku aku sempat berpikir kenapa ruangan nya dengan anak lain dipisah, apa karena adik ku ini berbeda dari anak anak pada umumnya itulah yang aku pikirkan.
Setelah sampai di ruangan adik ku berada aku melihat ruangan nya semua terlihat putih kursi, meja, dinding, bahkan lantainya terlihat berwarna putih diseluruhnya.
Aku hanya memasang senyum kosong dan hampa ku ketika melihat semua ini, bukankah ini berlebihan hanya untuk anak kecil bukan kah ini seperti tikus percobaan saja.
Ketika aku sudah sampai aku melihat gadis itu duduk di kursi yang di hadapannya hanya ada kursi, meja, dan catur terlihat di atas tersusun dengan rapih seperti belum pernah di mainkan, namun aku tahu dari tatapan gadis tersebut bahwa ia terlihat sudah memainkan catur itu sudah lama sekali.
Bagaimana aku bisa mengetahuinya terlihat jelas dari tatapan kosong nya sembari menatap catur di depannya, namun ketika pintu terbuka pandangan nya menatap kami bertiga seolah kita bukan orang asing lalu menatap catur lagi seperti tidak peduli pada kita.
Ketika kita masuk aku hanya bertanya pada orang tua ku 'kenapa gadis ini dipisah dari ruangan yang lain' dengan senyum yang ku pasang saat ini, bahkan orang tua ku menyadari senyum yang ku pasang saat ini, bukan nya terkejut atau apa justru mereka tersenyum lembut kepada ku.
'apa aku semudah itu untuk di baca'
Ketika sudah mendekat dengan meja yang di tempati gadis itu sembari menjaga sikapku, tiba tiba saja dia berbicara dengan suaranya yang hampir seperti robot menurut ku
"benar benar hampa"
Tentu saja aku terkejut, lalu aku berbalik mencoba melihat matanya sembari memegang tangan mungilnya tersebut dan dia pun membalas dengan menatap ku seolah olah ada magnet pada dirinya.
"nah.. kita main yuk !" ucap ku dengan senyum yang terpampang di wajah ku saat ini
Setelah mendengar perkataan Sora tentu saja orang tua nya dan gadis yang akan diangkat menjadi adiknya pun terkejut.
Orang tua Sora hanya tersenyum melihat Sora mencoba mendekatkan diri pada adik barunya, lalu mereka mendengar perkataan gadis tersebut dengan serius.
"kamu akan kalah" dengan pandangan seriusnya menatap Sora namun di balas dengan senyum nya yang menyeringai
"belum tentu kalau kita mencoba nya bukan" sahut Sora sembari melihat adiknya lalu menatap kedua orang tua nya meminta persetujuan dari mereka, namun kedua orang tua nya hanya menganggukan kepala meraka sebagai tanda dari permintaan Sora untuk bermain catur.
Lalu Sora mencoba duduk di kursi kosong untuk bermain catur dengan adiknya.
"kemungkinan kamu menang hanya 1,95 %" ucap gadis berambut putih pada Sora.
Sedangkan Sora hanya tersenyum mendengarnya dan berkata "kau tahu kalau pengetahuan dapat mengubah peluang yang tadi nya 1,95 % menjadi 100 % intinya, orang dengan pengetahuan seperti itulah pemenangnya, bagaimana kalau kita mencoba nya bukan."
Sedangkan gadis berambut putih hanya menganggukan kepalanya saja dan memulai menggerakan pion putihnya, dan di tonton oleh kedua orang tua nya saja yang duduk di kursi yang mereka ambil dari luar tanpa sepengetahuan mereka.
"nahh... mari kita mulai permainannya! " sahut Sora sambil menyeringai.
1 jam kemudian
Terlihat suasana mencekam karena keduanya sama sama memakan pion mereka masing masing, sedangkan kedua orang tua nya hanya bisa melihat kedua kakak adik ini bertarung satu sama lain dengan gugup melihat ini.
Namun permainan berakhir dengan kemenangan Sora yang akhir nya bisa memojokan raja adiknya dengan posisi pion ratu ditengah yang di jaga oleh benteng di bawah nya hanya 3 petak, sedangkan posisi raja milik adiknya di pinggir kanan papan catur hanya 2 petak dekat ratu nya Sora, yang di depan raja gadis berambut putih hanya ada pion dan di belakang raja nya hanya benteng saja.
Melihat permainan ini kedua orang tua Sora maupun Sora nya sendiri hanya mengeluarkan nafas berat saja dari mulut mereka, karena suasana yang mencekam ketika bermain catur tersebut.
'Haaah... akhir nya selesai juga, apa benar kalau adik ku ini manusia' batinku sembari mengeluarkan nafas berat begitu juga orang tua ku.
"jadi, bagaimana ?" ucap ku sambil tersenyum lebar pada adik ku, namun ketika aku melihat adik ku aku hanya bisa melihat poni nya yang menutup wajah nya
Namun itu tidak berlangsung lama ketika adik ku malihat kepada ku dia tersenyum bahagia karena ada yang bisa mengalahkannya.
"mhmmm.. mari kita mulai permainannya " ucapnya sembari meniru perkataan yang aku ucapkan sebelumnya.
Aku yang mendengar perkataannya hanya tertawa karena adik ku meniru perkataan yang aku ucapkan sebelumnya.
"sebelum itu mari berkenalan namaku Sora yang berarti langit" kataku sembari tersenyum pada adik ku
"kalau kamu ?" tanyaku pada nya
"Shiro" jawabnya sambil tersenyum sembari memiringkan kepalanya ke kiri dengan imut nya
JLEEBBBB!!!
Seperti ada anak panah cupid yang tertembak tepat didadaku, begitu juga kedua orang tua ku yang merasakan hal yang sama seperti ku.
"ba.. bagaimana kalau kita be.. berkemas sebelum melanjutkan permainan kalian, karena sebentar lagi sudah mau sore" kata ibuku dengan tergagap karena kejadian yang tidak terduga terjadi.
"be.. betul apa yang d.. dikatakan ibu kalian ayo berkemas dulu" sahut ayah membalas perkataan ibu.
"hmm" balasku sembari menganggukan kepalaku dengan berat kepada mereka, lalu turun dari kursi menuju kursi Shiro sembari memberikan tangan kanan ku padanya lalu berkata,
"ayo Shiro, kita pulang" sembari tersenyum lebar padanya.
dan Shiro membalas dengan anggukan kepala sembari mengucapkan "hmm" pada mulut mungilnya tersebut.
"hmm" setelah menganggukan kepala aku langsung saja menggenggam tangan kanan nya dengan tangan kiri ku, lalu membantu mengemas barang barang ku dengan anak mu- bukan dia adalah kakak ku mulai sekarang aku akan memanggil nya dengan kak Sora.
Setelah mengemas barang barang bu kak Sora memberi jari kelingkingnya kepada ku lalu berkata "Shiro mulai sekarang kita berjanji, kita akan selalu bersama dan akan selalu bersama dalam suka maupun duka karena kita adalah satu, aku percaya pada shiro, shiro pun harus percaya padaku, janji"
Setelah mendengar perkataannya tentu aku tersentuh karena kak Sora berbeda dengan yang lain karena aku percaya pada.
Lalu aku mengaitkan jari kelingkingku dengan kelingkingnya bahwa kita berjanji dan akan percaya satu sama lainnya.