Chereads / TWINS IN TROUBLE / Chapter 10 - Chapter 10

Chapter 10 - Chapter 10

Rintan masih di dalam kamar dan dimarahi oleh Rani sebab dirinya dihukum berturut-turut disekolah.

"Itu mah, aku cuma ngobrol sama si cupu," ucap Rintan pada Rani.

"Cupu? Siapa cupu itu?" tanya Rani pada Rintan sembari mengerutkan keningnya.

"Revan, teman satu kelas aku mah. Aku nggak suka dan benci banget sama dia," jawab Rintan apa adanya pada mamanya.

"Oh jadi kamu dihukum gara-gara membully Revan teman kamu itu? Pantesan aja kamu dihukum," ucap Rani pada Rintan sembari berdecak pinggang.

"Sekali-kali mah," sahut Rintan dengan santainya.

"Apa kamu bilang? Sekali-kali? Apa kata papa kamu nanti setelah mendengar bahwa putrinya membully teman satu kelasnya? Kalau si Revan itu lapor ke kepala sekolah, mau ditaruh mana muka mama Rintan?" tanya Rani bertubi-tubi pada putri cantiknya itu yang hanya terdiam sembari menyengir tak berdosa.

"Udah ya mah, mama sekarang ke bawah karena teman-teman arisan mama sudah menunggu lama dibawah," jawab Rintan pada mamanya sembari mendorong mamanya untuk keluar dari kamarnya.

Rani menepuk jidatnya sendiri karena dia lupa bahwa sekarang adalah jadwal dimana diadakan arisan bersama dengan teman-temannya yang ada di sekeliling komplek untuk arisan di rumahnya.

Wanita paruh baya itu berjalan cepat menuruni anak tangga rumahnya menuju ke lantai bawah dan mendapati sudah banyak ibu-ibu yang duduk di ruang tamunya sembari mengobrol menunggu dirinya yang dari tadi memarahi Putri cantiknya.

"Aduh maaf ya jeng tadi lagi ngomelin Rintan bandelnya kumat," ucap Rani pada teman-temannya itu.

"Sama aja jeng. Ya udah kalau begitu lebih baiak ayo kita mulai," sahut ibu-ibu yang lain yang mengenakan pakaian branded serta tas yang terlihat mewah keluaran terbaru dari luar negeri.

Setelah memastikan bahwa mamanya itu sudah berada di lantai bawah, Rintan pun kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur dan berniat untuk tidur, melepas kelelahan dirinya hari ini setelah dihukum di sekolah karena kesalahannya sendiri namun dia tidak menyadari bahwa semua itu adalah kesalahannya melainkan dia terus menyalahkan Revan yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dia dihukum tadi.

**

***

Hari menjelang malam di mana sekarang Revan duduk di depan rumahnya sembari membaca buku untuk dia belajar seperti biasanya sembari menikmati angin malam yang berhembus membuat udara di malam hari ini sedikit terasa dingin.

Remaja laki-laki itu membuka setiap lembar buku yang dia baca dan sedikit merangkum yang perlu dia rangkum di dalam buku yang dia baca itu.

"Oh iya aku lupa mau ke toko dan sebelah mau beli beras buat stok," ucap Revan dengan tiba-tiba sembari menepuk jidatnya karena dia lupa bahwa harusnya dia sekarang membeli beras untuk stok karena beras yang ada di dapur sudah habis.

"Revan tadi kamu katanya mau beli beras," ucap Prapto pada putranya itu dan diangguk i oleh Revan.

"Iya yah maaf tadi Revan kelupaan karena semangat belajar hehehe," sahut Revan sembari tersenyum canggung.

Revan kemudian menaruh bukunya itu di atas meja dan dia ke dalam untuk mengambil uang setelah itu berjalan kaki menuju gang sebelah untuk membeli beras di toko.

Remaja laki-laki itu sangat rajin hingga keperluan dapur pun semuanya dia yang membelikannya dan ayahnya yang memasak. Hidupnya terasa lengkap jika kekompakan antara dirinya dan ayahnya itu selalu ada sejak kecil.

Revan tidak pernah mengeluh dengan apa yang terjadi di dalam hidupnya selama ini meskipun dia hanya bersama dengan ayahnya tidak dengan ibunya. Sampailah sekarang remaja laki-laki itu di sebuah toko yang biasa dia kunjungi untuk membeli beras.

Si pemilik toko itu sangat ramah dan juga baik hati pada Revan karena Revan juga tidak jarang menolong si pemilik toko itu. Seorang laki-laki paruh baya mengembangkan senyumnya saat Revan sudah berdiri di hadapannya dan membeli beras.

"Mau beli apa Revan?" tanya paruh baya itu pada Revan.

"Beras pak, tujuh kilo," jawab Revan sembari menyodorkan uang pada paruh baya itu.

"Oke," paruh baya itu mengambilkan beras dalam karung yang bertuliskan 7kg beras.

Selesai itu Revan kemudian kembali pulang dan melanjutkan belajarnya sampai dia tertidur. Beda dengan Rintan, yang sekarang malah bersiap-siap untuk pergi ke cafe bersama dengan Winda dan Devika.

Rintan sudah biasa keluar malam bersama dengan kedua sahabatnya itu untuk pergi ke cafe dan tidak memperdulikan pekerjaan sekolahnya yang akhir-akhirnya juga Revan yang dia minta untuk mengerjakan semua tugasnya.

"Rintan ayo cepat, keburu nanti kemalaman," ucap Devika pada Rintan yang masih mengambil tas didalam lemari.

"Iya-iya sebentar," sahut Rintan pada Devika.

Winda hanya melipat kedua tangannya di depan dada, sembari menggelengkan kepalanya. Selalu saja mendadak kalau mau ke cafe dan yang paling lama dandan adalah Rintan.

Sebenarnya dia malas sekali ke cafe malam-malam karena udara yang dingin dan pasti pengunjung cafe sangat banyak. Winda sangat tidak suka dengan suasana keramaian, menurutnya itu membuatnya gampang terusik dan tidak tenang.

Apa dayanya jika Rintan dan Devika yang memaksa dirinya untuk ikut.

Ketiga gadis cantik itu akhirnya berangkat menggunakan mobil Rintan. Diantar oleh pak sopir karena Rani tidak mungkin membiarkan Rintan menaiki mobil sendiri di malam hari.

"Besok aku ada rencana untuk membuat si cupu itu kecapekan sama seperti aku yang hari ini kena hukuman bertubi-tubi karena si cupu itu," ucap Rintan pada Devika dan Winda.

"Apa lagi Rintan? Yang buat salah kan kamu, kenapa jadi Revan yang kena?" tanya Winda pada Rintan.

"Kamu kalau nggak tau nggak usah sok tau, aku selalu menyalahkan Revan karena dia salah," jawab Rintan pada Winda dengan santai.

"Sekarang aku tanya sama kamu, apa salah jika Revan mengerjakan semua tugas kamu dan tugas aku serta Devika bahkan semua tugas yang dia kerjakan kita mendapat nilai bagus karena memang dia pintar dan apakah kebaikannya itu sebuah kesalahan?" tanya Winda pada Rintan.

"Kenapa jadi melebar ke tugas? Tugas itu beda lagi Winda.. aku bilang yang soal aku dihukum. Bukan tugas," jawab Rintan pada Winda sembari memutar bola matanya malas dan mengolah nafas kasar.

"Jelas kamu menyalahkan Revan atas perbuatan kamu sendiri dan mengakibatkan kamu dihukum. Sekarang aku tanya lagi sama kamu, Revan apakah kamu begadang sampai kamu bangun tidur kesiangan dan telat ke sekolah? Nggak kan? Dan satu lagi, apakah Revan menyiram air mineral ke muka kamu sampai kamu yang kena hukuman?" tanya Winda pada Rintan membuat Rintan terdiam.

Devika yang mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Winda pada Rintan dia merasa tidak suka dan menyuruh Winda untuk diam dan tidak ikut campur. Winda kemudian terdiam dan membiarkan saja apa yang akan dilakukan Rintan setelah ini.

Doa Winda hanya satu, semoga apa yang dilakukan Rintan kalau akan menjadi suatu penyesalan terbesar dalam hidup Rintan dan tidak akan terlupakan sampai akhir hayat Rintan.

Entah dosa dan kesalahan besar apa yang dilakukan Ridwan pada gadis cantik itu sehingga membuat gadis cantik itu sangat membenci dirinya.