Chereads / TWINS IN TROUBLE / Chapter 15 - Chapter 15

Chapter 15 - Chapter 15

Tepat sekarang pukul 12:00 siang di mana semua siswa siswi SMA Brawijaya waktunya pulang. Anggika antusias sekali berjalan keluar kelas bersama dengan relevan dan tidak peduli dengan seluruh siswa-siswi yang memperhatikan dirinya dengan Revan yang berjalan bersama di sepanjang koridor menuju ke tempat parkir.

"Kamu naik motor atau mobil?" tanya Anggika pada Revan.

"Motor," jawab Revan apa adanya.

Dengan tiba-tiba dan lagi-lagi Rintan, Winda dan Devika menghalangi jalan Revan dan Anggika yang akan pulang.

"Mana tugas kita," ujar Rintan pada Revan sembari menyodorkan tangannya meminta buku yang tadi dia berikan pada Revan agar tugasnya dikerjakan oleh Revan.

Anggika yang melihat hal itu dianya diam sembari tersenyum sinis. Anggika rasanya ingin memakai ketiga gadis cantik itu saat ingin membully Revan. Namun Revan melarangnya dan sampai sekarang dia belum tau alasannya.

Selesai memberikan buku itu pada Rintan, Revan melenggang pergi dari hadapan ketiga gadis cantik itu dan diikuti oleh Anggika yang sedari tadi berjalan bersama dirinya. Anggika mengikuti Revan sampai ke parkiran motor entah mengapa gadis cantik itu sangat suka dengan Revan.

"Boleh nggak pulang bareng?" tanya Anggika pada Revan.

"Pulang bareng?" tanya Revan pada Anggika.

Anggika kemudian menepuk jidatnya sendiri, dia lupa bawa tadi berangkat ke sekolah diantar oleh papanya dan pasti sekarang pulang sekolah dia sudah dijemput oleh papanya.

Satu lagi hal terbodoh yang dia lakukan siang ini adalah meminta boncengan dengan Revan yang pastinya akan menolak permintaannya itu.

"Maaf, nggak jadi, aku sudah dijemput sama papa," ujar Anggika pada Revan.

"Oh iya," ucap Revan pada Anggika sembari menganggukkan kepalanya paham.

Anggika kemudian melambaikan tangannya pada Revan sembari berlari kecil menuju ke depan pintu gerbang dan cepat sampainya dia disana, Anggika mendapati mobil pribadi papanya yang sudah terparkir di depan gerbang sekolah barunya itu.

Anggika kemudian masuk ke dalam mobilnya dan melaju pulang. Di dalam mobil dia tidak henti-hentinya bercerita pada papanya tentang Revan yang baik pada dirinya dan sekarang menjadi teman dekatnya.

Sementara itu Revan sekarang melaju pergi dari sekolah menuju ke rumahnya untuk segera berjualan keliling bakso di kampungnya seperti hari-hari sebelumnya.

Kecuali Rintan sendiri, dia malah berniat mengikuti Revan sampai ke rumah dan Revan tidak mengetahui hal itu sebab dia menggunakan taksi untuk sampai ke rumah Revan.

Entah apa yang dilakukan remaja perempuan itu pastinya tidak jauh dari niat untuk membully Revan. Setelah mengetahui rumah Revan, Rintan memfotonya dan menyimpan file foto itu.

Tidak lupa juga remaja perempuan itu memfoto gerobak yang ada di depan rumah sederhana milik Revan.

"Akan aku sebarin ke seluruh sekolah agar Revan malu dan hancur," gumam Rintan sembari memandang punggung remaja laki-laki itu dari dalam mobil dan tertawa licik.

Selesai melakukan aksinya itu, Rintan memutuskan untuk pulang ke rumahnya karena pasti mamanya sudah menunggu untuk makan siang. Seperti tadi pagi dia berangkat ke sekolah menggunakan mobil pribadinnya, dia memutuskan untuk turun dari taksi dan menunggu mobil pribadinya yang sudah dalam perjalanan ke tempatnya sekarang.

Sementara itu Revan yang merasa bahwa dirinya diikuti oleh seseorang dia menolehkan pandangannya ke belakang dan tidak mendapati siapapun kecuali seorang paruh baya yang tengah memulung barang rongsokan.

Revan membuang jauh-jauh pikirannya itu dan dia hanya berpikir kalau itu pasti halusinasinya saja. Revan kemudian melepas helmnya dan turun dari motornya.

"Assalamualaikum ayah Revan pulang," ujar Revan saat memasuki rumahnya.

Terlihat paruh baya yang berjalan dari belakang dan sekarang tengah menghampiri dirinya. Prapto menginginkan bahwa Revan beristirahat sehari untuk tidak berjualan namun putranya itu sangat bersemangat untuk membantu dirinya sehingga tidak mau untuk beristirahat sehari.

"Kamu pasti capek banget, sehari aja kamu istirahat tidak berjualan. Bisa kan?" tanya Prapto pada Revan.

"Revan nggak mungkin libur satu hari yah. Bagi Revan satu hari itu lama dan tidak akan Revan buat hanya untuk istirahat saja," jawab Revan menolak pada ayahnya yang memintanya untuk istirahat sehari agar tidak berjualan.

Prapto menghela nafasnya pelan dan dia menuruti saja apa yang diinginkan oleh putranya itu. Prapto kemudian meminta Revan untuk ganti baju dan setelah itu makan baru keliling kampung untuk berjualan bakso.

**

**

Rintan sekarang tengah duduk santai di ruang tengahnya bersama dengan mamanya. Gadis cantik itu terfokus pada handphonenya yang tadi digunakan untuk memotret rumah sederhana milik Revan serta gerobak bakso yang ada di depan rumah Revan.

Sesekali gadis cantik itu mengembangkan senyum liciknya dan merasa bahwa besok dia akan menang dan teman barunya itu tidak akan bisa berkutik untuk membela Revan yang akan dia bully.

Rani yang memperhatikan anaknya itu tengah tersenyum-senyum sendiri dia menjadi bergidik ngeri takut kalau putrinya itu kehabisan obat.

"Kamu kok bikin Mama takut sih Rintan. Kenapa coba senyum-senyum sendiri? Mama takut kalau obat kamu habis," ujar Rani pada Rintan.

"Mama kok ngomong seperti itu? Rintan ini lagi senang mah," sahut Rintan pada mamanya.

"Senang karena apa?" tanya Rani pada Ritan.

"Ada deh," jawab Rintan pada mamanya.

Rintan tidak ingin mamanya tau tentang rencana buruknya pada Revan. Rintan sangat berniat untuk mempermalukan Revan besok pada permainan bola basket yang pasti bakal banyak siswa siswi yang berada di lapangan untuk melihat bola basket.

Rintan yakin Revan pasti melihat permainan bola basket itu karena, Revan sangat suka melihat permainan bola besar itu. Gadis cantik itu kemudian berlarian kecil menuju ke kamarnya dan memilih rebahan setelah makan siang bersama dengan mamanya.

Rani yang memperhatikan ketika itu tengah senang dia hanya mengembangkan senyumnya ikut senang karena putihnya itu merasa bahagia. Jikalau dia mengetahui apa yang membuat bahagia putrinya hari ini pasti dia akan memilih untuk sedih daripada bahagia di atas penderitaan orang lain.

Yang tidak lain adalah Revan yang besok akan dipermalukan oleh putri cantiknya itu yang suka sekali membully dari sejak kelas 10 SMA.

Kembali lagi ke Revan sekarang sudah siap untuk penjual bakso keliling. Langkah Revan terhenti karena ada seorang gadis cantik yang tidak lain adalah Anggika yang tengah tersenyum kearahnya dan menyodorkan uang pada dirinya untuk membeli bakso.

"Aku mau membeli 3 bungkus, untuk Mama, papa, dan aku," ucap Anggika pada Revan dan langsung membuat Revan bingung sendiri.

Yang pertama bagaimana bisa gadis cantik ini tahu bahwa dirinya telah berjualan bakso. Dan yang kedua kenapa gadis cantik ini tahu di mana dia berjualan bakso. Anggika yang mengetahui hal itu dia langsung tertawa kecil dan memberitahu Revan bahwa dirinya tadi mengikuti Revan sampai ke rumah.

Yang berarti dia juga tau bahwa Rintan juga mengikuti Revan sampai ke rumah. Namun Anggika memilih diam terlebih dahulu dan tidak akan memberitahu Revan.

"Jadi tadi kamu yang mengikuti aku? Aku kira kamu sudah pulang," ucap Revan pada Anggika.

"Belum, karena aku pengen tau banget rumah kamu karena kamu teman baik aku,"