"Revan," panggil Anggika pada remaja laki-laki yang sekarang tengah duduk di rooftop sendirian.
Revan yang merasa namanya dipanggil oleh Anggika, dia langsung menolehkan pandangannya ke belakang dan mendapati seorang gadis cantik yang tengah memperhatikan dirinya.
Revan hanya mengembangkan senyum tipisnya dan kemudian kembali memfokuskan pandangannya ke depan dan tidak mempedulikan kehadiran Anggika. Anggika tidak menyerah dia perlahan berjalan menghampiri Revan dan mendudukkan dirinya di samping Revan.
Gadis cantik itu sekarang ingin meminta maaf pada Revan atas semua yang telah terjadi beberapa menit yang lalu karena ulah dirinya dan menyebabkan Revan dibully oleh Marklee yang sebelumnya sangat baik pada Revan.
"Kamu marah banget ya sama aku? Boleh banget kamu marah karena memang aku salah besar karena memasukkan kamu agar mengaku bahwa kamu menyukai Rintan," ucap Anggika langsung pada intinya dan Revan hanya diam mendengarkan apa yang akan dia katakan.
"Kamu kalau marah sama aku jangan lama-lama, iya aku sadar kalau aku salah dan kamu boleh marah aku melakukan hal seperti tadi karena memang aku tidak mau kalau kamu terus-terusan dibully sama Rintan," tambah Anggika pada Revan namun berapaan tetap ada terdiam dan tidak menggubris apa yang dikatakan oleh Anggika.
Remaja laki-laki itu malah menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya membiarkan anggota berbicara sampai selesai. Anggita menarik nafasnya dalam-dalam dan hembuskan secara perlahan dan kemudian melanjutkan kalimatnya.
"Aku minta maaf banget karena ulah aku mulai sekarang kamu jadi dibully sama kapten basket itu. Kalau kamu nggak mau memaafkan aku kamu mau boleh meminta apapun asalkan kamu mau maafkan aku dan tidak marah terlalu lama," ujar Anggika pada Revan.
Revan kemudian mengangkat kepalanya dan menyampaikan pandangannya ke samping dia mendapati wajah Anggika sangat menyesal dan ada kekhawatiran yang sangat jelas di raut wajah gadis cantik itu.
"Kamu melakukan semua itu karena kamu tidak ingin aku dibully? Pada setelah kamu melakukan semua itu aku malah makin dibully dan setelah ini mungkin aku akan dibully lebih dari hari-hari sebelumnya. Yang pertama aku tidak mempermasalahkan tentang hal itu karena aku sudah biasa, tapi Marklee yang awalnya baik sama aku sekarang menjadi memusuhiku karena dia mengetahui bahwa aku suka sama pacarnya," sahut Revan dengan gamblang dan terdengar jelas di telinga Anggika.
Anggika kemudian mengerutkan keningnya tidak paham apa yang dikatakan oleh Revan pada dirinya.
"Mulai sekarang kamu mendingan tidak usah dekat sama aku karena aku nggak mau kalau kamu jadi sasaran bully kedua oleh Rintan dan Marklee," ucapan yang dikeluarkan Revan pada Anggika membuat gadis cantik itu tidak bisa menerimanya.
Anggika menggelengkan kepalanya kuat-kuat sebagai jawaban bahwa dia menolak permintaan Revan yang menginginkan agar dirinya menjauh dan tidak dekat lagi dengan Revan.
"Kalau itu aku nggak mau," jawab Anggika tanpa berpikir dua kali karena dia memang benar-benar tidak ingin jauh dari remaja laki-laki itu.
"Boleh kamu menghukum aku apa aja tapi jangan meminta aku untuk menjauh dari kamu Revan," tambah Anggika pada Revan.
"Satu detik yang lalu kamu mengatakan bahwa aku boleh menghukum kamu apa aja," ucap Revan pada Anggika dan dijawab anggukan oleh gadis cantik itu.
"Jauhi aku," ucap Revan final pada Anggika dan kemudian dia berdiri dari duduknya berjalan meninggalkan Anggika sendiri di rooftop sekolah.
Anggika hanya bisa terdiam dan memperhatikan punggung remaja laki-laki yang mulai menghilang dari pandangannya. Jujur sekali dirinya sangat menyesal karena tadi dia memajukan Revan agar mengaku bahwa menyukai Rintan.
Butiran air bening menetes membasahi pipi gadis cantik itu, Anggika sangat menyesal karena ulahnya sendiri yang mengakibatkan Revan tidak ingin dia dekati.
Sementara itu sesampainya Revan di dalam kelas lagi dan lagi bukan untuk pertama kalinya bisa dibilang berkali-kali Rintan membully dan mengejek Revan. Revan hanya bisa diam dan tidak mau menjawab ataupun melawan gadis cantik itu.
Marklee sudah pergi dari kelas dan sekarang tinggal Rintan dan kedua sahabatnya serta teman-temannya yang duduk di bangku dan separuhnya melihat apa yang akan terjadi berikutnya.
"Udah selesai menangis dan meluapkan rasa kekesalan kamu di rooftop? Harusnya kamu itu sadar atau nggak ngaca deh, kamu itu nggak pantes buat aku dan kalau kamu mau menyukai aku harusnya kamu tahu diri dong," ucap Rintan sinis pada Revan sembari memperhatikan Revan dari atas sampai bawah.
Revan yang mendengar jelas apa yang dikatakan Rintan pada dirinya, dia hanya bisa diam dan menahan rasa sakit hatinya karena dirinya diperlakukan seperti itu oleh seorang gadis yang dia sukai.
Sebelumnya Rintan hanya membeli Revan tentang hal lain kecuali tentang perasaan. dan baru kali ini Revan diberi kalimat yang berhasil membuat hatinya sakit. Revan menguatkan hatinya dan masih terdiam tidak menjawab sepatah katapun dan membiarkan gadis cantik itu berbicara sampai selesai.
"Rintan udah!" sahut tegas Winda pada Revan.
Rintan menolehkan pandangannya ke sahabatnya itu yang sekarang tengah berjalan menghampiri dirinya dan menginginkan dirinya untuk menjauh dari Revan dan tidak membuat masalah lagi.
Rintan tidak mau dan dia malah melanjutkan perkataannya pada Revan hingga membuat Winda benar-benar muak dengan semua ini.
"Apa salah sih kalau ada seseorang yang menyukai kamu, meski orang itu buruk dimata kamu?" tanya Winda pada Rintan.
"Tentu salah, karena Revan yang menyukai aku jadi dia harus tau diri," jawab Rintan tanpa berfikir panjang dan saat dia mengatakan hal itu Revan mengangkat kepalanya dan memperhatikan dirinya.
"Nggak Rintan! Semua orang berhak suka dan berhak mencintai. Dan kamu, kalau tidak menyukai Revan bahkan membenci Revan sampai seperti ini, kamu cukup diam dan hindari dia. Apa kamu tidak ingat setiap hari dia bantu kamu, dia kamu bully tetap diam. Pernah kah dia menjawab ataupun membantah apa yang kamu inginkan?" tanya Winda pada Rintan.
Winda memang hatinya sangat baik dan dia paling tidak suka kalau sahabatnya itu melakukan kesalahan sampai keterlaluan seperti ini. Winda sesekali membantu Revan tanpa sepengetahuan Rintan, dan terkadang dia hanya bisa diam karena ucapan dari Devika yang membuat dirinya tidak bisa membantu Revan dan akhirnya mengalah.
Rintan menatap dalam sepasang manik mata Winda dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan Winda pada dirinya.
"Dia memang tidak pernah menjawab atau pun membantah karena seharusnya dilakukan hanya diam karena si cupu wajibnya hanya diam. Dan satu lagi kalau menyukai seseorang harus tahu diri dan ngaca," ucap Rintan pada Winda dan membalikkaan pandangannya tepat menghadap pada Revan yang sekarang tengah menatap dirinya.
Rintan serasa tidak bisa bicara dalam sekejap saat sepasang mata remaja laki-laki itu menatap dirinnya. Namun dia langsung mengalihkan pandangannya itu dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Aku yakin suatu saat kamu akan menyesal dan meminta maaf pada Revan setelah apa yang kamu lakukan selama ini pada Revan," ucap Winda pada Rintan dan malah membuat Rintan tersenyum licik.
"Tidak akan pernah terjadi," sahut Rintan pada Winda.