Sebuah tas tertata rapi di lemari ganti yang ada di sekolah SMA Brawijaya, Revan baru saja menaruh tasnya itu di dalam lemari gantinya dan juga seragamnya yang selesai dia pakai dia ganti dengan seragam olahraganya.
Selesai mengganti seragam dengan seragam olahraganya di ruang ganti, Revan kemudian mengambil air mineral yang ada di dalam tasnya dan kemudian berjalan menuju ke lapangan untuk menyusun teman-teman yang sudah berkumpul di sana.
Belum saja Revan sampai di lapangan langkahnya terhenti karena seorang gadis yang menghalangi jalannya.
"Mau kemana?" tanya Rintan pada Revan.
"Ke lapangan," jawab Revan pada Rintan.
"Mendingan lo nggak usah ke lapangan biar kena hukuman sama pak Ridho," ucap Rintan pada Revan.
"Maksud kamu apa?" tanya Revan pada Rintan.
"Nggak mungkin kamu nggak tau maksud aku apa berbicara ke kamu," jawab Rintan pada Revan sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
Revan kemudian melanjutkan langkahnya berjalan menuju ke tengah lapangan namun kakinya dihalangi oleh kaki Devika sehingga membuatnya terjatuh ke lantai dan air mineral yang dia pegang terpental ke rerumputan.
"Sorry kaki aku tadi lagi pegel makanya aku gerakin, eh malah kena kamu," ucap Devika pada Revan sembari mengulas sebuah senyuman licik.
Revan hanya terdiam dan berusaha bangkit dari jatuhnya serta mengambil botol air mineralnya yang terpental di rerumputan. Revan langsung berjalan menuju ke tengah lapangan mengikuti pemanasan bersama dengan bapak guru pengajar beserta para teman-teman yang sudah menunggu di lapangan.
"Lama banget ke mana aja sih kamu?" tanya seorang remaja laki-laki yang saat ini tengah berdiri di samping pak Ridho bernama Vino pada Revan.
"Maaf tadi ada masalah kecil," jawab Revan peralatan apa adanya dan kemudian dia langsung mengambil barisan dan mengikuti pemanasan itu.
Rintan dan Devika terlambat mengikuti pemanasan dan mereka berdua terkena hukuman. Rintan dan Devika diminta membuat tulisan saya tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi dalam 5 lembar kertas folio.
Dan hukuman itu langsung membuat kedua gadis cantik itu membelalakan mata mereka. Yang mendapat hukuman Rintan dan Devika namun mereka menyalahkan Revan yang tidak ada sangkut-pautnya dengan masalah yang mereka perbuat sehingga sampai mendapat hukuman dari bapak guru.
"Ini semua salah Revan! Kalau bukan dia yang menghalangi jalan saya, saya tidak mungkin telat mengikuti pemanasan pak," ujar Rintan pada bapak guru itu berbohong dan malammu fitnah Revan.
"Kok jadi menyalahkan Revan?" sahut Anggika dengan tegas pada Rintan dan sekaligus tidak terima jika Revan dituduh menjadi penyebab Rintan dan Devika telat mengikuti pemanasan di lapangan.
"Kalau bukan dia siapa lagi? Tadi dia juga sempat telat kan? Kenapa dia nggak ikut dihukum?" tanya balik Rintan pada Anggika dan pak Ridho.
"Dia tidak bapak hukum karena baru telat satu menit. Sedangkan kamu telat sepuluh menit," jawab pak Ridho pada siswinya itu.
"Tetap aja pak, Revan yang salah," ucap Rintan tetap kekeh menyalahkan Revan.
"Otak kamu masih berfungsi atau tidak sih? Apapun yang menyangkut dengan hubungan kamu di sekolah ini kenapa selalu kamu sangkut pautkan pada Revan yang tidak tau apa-apa," sahut Anggika pada Rintan sesuai pada kenyataan.
"Nggak usah ikut campur, kamu itu nggak ada urusan sama aku," ujar Rintan pada Anggika.
Anggika kemudian terdiam dan mendengarkan apa yang akan dijawab oleh Revan pada kedua gadis licik ini.
"Bukan saya pak, tadi saya malah dihadang saat selesai ganti kaos olahraga diruang ganti," ucap Revan apa adanya pada pak Ridho.
Rintan yang mendengar ucapan Revan, dia hanya tertawa renyah dan kemudian memutar bola matanya malas.
"Mana mungkin pak seorang cewek datang seorang cowok? Kalau dipikir dengan nama apakah itu mungkin terjadi?" tanya Rintan pada pak Ridho dan juga teman-temannya yang mendengarkan apa yang dia ucapkan.
"Bisa aja, kalau ceweknya itu kamu yang sering membully Revan," jawab salah seorang siswi namun bukan Anggika ataupun Winda yang sering membela Revan.
"Kamu itu nggak ada urusan sama aku, jadi aku mohon jangan ikut campur," ucap Rintan pada temannya itu.
"Nggak jelas banget, yang buat masalah dia sendiri saat dapat hukuman menyalakan Revan selalu saja seperti itu sejak kelas sepuluh," gerutu siswi tadi dan terdengar jelas di telinga Angikka dan Revan serta pak Ridho.
"Saya tidak mau tahu alasan kamu seperti apa dan saya tidak peduli kamu mengatakan apa pun yang terpenting dari saya harus kamu selesaikan dan jika tidak kamu selesaikan maka kamu akan mendapat hukuman tambahan lagi," jelas pak Ridho panjang lebar dan jelas pada siswinya itu.
Rintan dan Devika mengapa kan kedua tangan mereka merasa sangat geram dan semakin benci pada Revan, dan di sisi lainnya mereka berdua juga memodohkan diri sendiri.
Sebab sedari tadi masih berada di ruang ganti untuk mencari barang dan di taruh di tas Revan agar seseorang yang mencari bisa ditemukan di tas Revan dan pasti akan mengira bahwa Revan yang mencurinya.
"Tidak masalah aku dan kamu mendapat hukuman yang penting apa yang kita inginkan akan berjalan dengan lancar," ucap Rintan pada Devika sembari melirik dengan lirikan tajam kearah Revan.
Jam pelajaran olahraga berlangsung selama 1 jam dan di sela jam pelajaran itu berlangsung mereka di beri waktu istirahat selama 15 menit untuk digunakan dengan sebaik-baiknya.
Salah seorang siswa laki-laki sekarang tanggal berjalan menuju ke ruang ganti untuk mengambil barang di dalam tasnya yang ditaruh di dalam rak. Barang yang dicari adalah sebuah jam tangan, namun di dalam tasnya tidak ada padahal seingatnya dia menaruh barangnya itu didalam tas.
Sementara itu Devika yang mengetahui bahwa siswa yang memiliki jam tangan itu tangan mencari dalam tas, dia langsung berpura-pura menghampiri remaja laki-laki yang saat ini berada di ruang ganti itu.
"Kamu cari apa?" tanya Devika pada siswa yang tengah mencari jam tanganya itu di dalam tas sampai mengeluarkan kembali isi yang sebelumnya dimasukkan didalam tas.
"Jam tanganku kok nggak ada ya? Padahal seingat aku tadi aku taruh di tas dan saat aku cek kembali malah nggak ada," jawab siswa itu apa adanya pada Devika.
"Jangan-jangan nanti ada yang ambil," ujar Devika pada teman laki-lakinya itu.
"Kamu kok bilang seperti itu? Mana mungkin ada yang mencuri di kelas kita," ucap siswa itu pada Devika agar tidak berprasangka buruk pada semua temannya ataupun suuzon.
"Bisa aja kan? Jam tangan kamu kan pastinya mahal, dan pasti di dalam kelas kita ada yang kurang mampu dan membutuhkan uang. Bisa aja kan kalau jam tangan kamu diambil dan dijual," sahut Devika menambahkan ucapan agar siswa itu semakin yakin bahwa jam tangan yang diambil oleh salah satu teman yang di dalam kelasnya yang mengikuti jam olahraga sekarang.
"Kalau diambil, diambil sama siapa?" tanya siswa itu pada Devika.
"Kok tanya aku sih? Ya kamu cari tau sendirilah, kamu cek semua rak beserta di dalam tas mereka mungkin salah satu dari mereka mengambil jam tangan kamu," jawab Devika pada remaja laki-laki itu.