Pak Ridho mengumpulkan semua anak muridnya dan ditempatkan di ruang ganti karena permintaan dari seorang remaja laki-laki tadi yang mengaku bahwa jam tangannya hilang.
"Kamu yakin kalau jam tangan kamu hilang beneran? Jangan sampai kamu menuduh teman satu kelas kamu mencurinya," ujar pak Ridho pada siswa laki-laki itu.
"Sebenarnya saya juga tidak mau menuduh teman satu kelas pak," ucap Ridho apa adanya pada pak Ridho.
"Begini loh pak, jika ada jam tangan yang hilang mungkin ada yang mencurinya dan jika jatuh pasti akan ada yang menemukannya. Nah untuk mencari jalan keluar utama, bisa kan kita mengecek satu persatu tas dari seisi ruang ganti ini?" tanya Devika pada pak Ridho.
"Baiklah, tapi kalau nggak ada kamu akan mendapatkan hukuman atas penuduhan tanpa bukti," jawab pak Ridho pada siswanya itu dan Devika.
Mereka semua pun mengeluarkan tas mereka dari dalam rokok dan kemudian membukanya satu persatu sampai berhenti di tas Revan. Devika dan Rintan sangat senang karena kali ini Revan pasti akan terkena jebakan mereka berdua.
Pak Ridho membuka tas Revan dan mengeluarkan semua barang-barang Revan namun tidak menemukan jam tangan di dalam tas seorang siswa yang sangat dikenal pintar dan disiplin tersebut.
Seorang gadis cantik yang berdiri di belakang sendiri telah mengembangkan senyum bahagia hanya karena ia tahu akan bermuatan 2 teman perempuan yang berniat untuk memfitnah dan mencelakai Revan.
Anggika tau apa yang dilakukan oleh Rintan dan Devika, sebab dia tadi izin saat pemanasan ke kamar mandi namun memergoki kedua temannya itu telah memindahkan sebuah jam tangan milik siswa laki-laki itu ke dalam tas Revan.
Anggika menunggu sampai Rintan dan Devika pergi dan baru setelah itu dia kemudian memindahkan jam tangan siswa laki-laki itu ke dalam tas Rintan.
"Kok nggak ada sih?" gumam Rintan sembari bingung kenapa bisa jam tangan yang tadi dia taruh ke dalam tas Revan dan sekarang tidak ada.
"Bagaimana bisa nggak ada di dalam tasnya Revan?" tanya Devika pada Rintan.
"Mana mungkin jam tangannya jalan sendiri," jawab Rintan pada Devika.
Mereka berdua pun akhirnya diam dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh pak Ridho pada mereka semua.
"Kalau kita tidak tahu apa yang awalnya terjadi jangan asal menuduh orang yang tidak tahu akan hal yang terjadi itu, hari ini akan kita jadikan pelajaran di hari yang akan datang," ucap pak Ridho pada siswa-siswinya itu.
"Iya pak," sahut semua anak muridnya serempak.
Anggika melangkahkan kakinya tiga langkah dan kemudian mengatakan,
"Semua tas sudah dibuka dan di cek, sekarang giliran tas seseorang yang meminta kita semua untuk memeriksa tas masing-masing," ujar Anggika pada teman-temannya itu dan disetujui oleh satu kelas.
Mereka semua pun akhirnya menggeledah tas Devika dan Rintan. Pas pertama yang mereka geledah tidak ada apa-apa dan kemudian giliran tas milik Rintan.
Seorang siswa laki-laki mengangkat sebuah jam tangan dari dalam tas Rintan dan semua seisi kelas termasuk bapak guru pengajar olahraga kaget dengan hal itu.
"Kamu mencuri?" tanya Anggika pada Rintan.
"Nggak," jawab Rintan sembari menggelengkan kepalanya kuat.
"Terus kenapa bisa jam tangan itu ada didalam tas kamu?" tanya Winda pada Rintan.
"Kamu tau kan Win, kalau aku nggak mungkin mencuri? Buat apa aku mencuri sebuah jam tangan yang bukan kelas aku," jawab Rintan pada Winda.
"Maling mana ada yang ngaku? Kalau dari dulu maling itu ngaku, pasti penjara sudah penuh," sahut Anggika pada Rintan.
"Benar sumpah bukan aku!!" ujar Rintan tegas mengelak bahwa bukan dirinya yang mencuri jam tangan itu.
"Sudah-sudah tidak apa-apa, aku percaya bukan kamu yang mencuri jam tangan aku," sahut siswa laki-laki itu pada Rintan.
Namun tidak cukup sampai di situ semua teman-teman Rintan hari ini yang memperhatikan kejadian itu mereka semua langsung berpikir bahwa Rintan adalah seorang pencuri selain seorang pembully.
"Kalau kalian berfikir bawa Rintan seorang pencur, kalian salah! Yang seorang pencuri di sini adalah respon karena dia yang paling miskin di sekolah ini," ujar Devika pada semua teman satu kelasnya yang kini tengah memperhatikan Rintan.
"Sekarang di sini yang sudah ketahuan siapa dan yang masih dituduh siapa, dasar anak buahnya Dajjal!" setelah mengatakan hal itu pada Rintan dan Devika, Anggika kemudian melangkahkan kaki yang berjalan pergi meninggalkan ruang ganti menuju ke dalam kelasnya.
Revan yang memperhatikan hal itu dia tidak bisa menerima jika Rintan dituduh macam-macam tangan ini teman satu kelasnya. Revan sangat tau jika Rintan tidak mungkin melakukan hal itu karena sejahatnya Rintan pada dirinya, gadis cantik itu tidak pernah mencuri.
Kali ini Revan mencurigai Anggika yang melakukan semua ini dan membuat Rintan difitnah mengambil jam tangan milik siswa laki-laki tadi. Revan ikut berjalan menuju ke dalam kelasnya dan menanyakan hal ini pada Anggika.
Anggika yang memperhatikan Revan tengah berjalan menghampiri dirinya dia langsung merasa senang dan menganggap bahwa Revan kembali ingin berteman baik dengan dirinya.
Namun melihat ekspresi remaja laki-laki itu membuat kita membuang jauh-jauh pikirannya itu karena pasti akan ada masalah yang akan datang lagi.
"Pasti kamu ya yang menaruh jam tangan itu di dalam tas Rintan?" tanya Revan pada Anggika dan membuat gadis cantik itu mengerutkan keningnya.
"Kenapa kamu menanyakan hal seperti itu sama aku? Mana mungkin aku melakukan hal itu pada Rintan meskipun aku tidak suka pada dirinya yang selalu membully kamu," jawab Anggika tidak mengaku jika dirinya yang menaruh jam tangan itu ke dalam tas Rintan.
"Siapa lagi kalau bukan kamu?" tanya Revan pada Anggika.
"Nggak tau Revan.. dan jika dia mendapatkan karma seperti itu, itu sudah baik buat dia," jawab Anggika pada Revan.
"Itu bukan karma tapi tuduhan," ucap Revan pada Anggika.
"Jika itu terjadi sama kamu dan dalangnya Rintan sama Devika, mungkin sekarang kamu sudah dikeluarkan dari sekolah ini. Asal kamu tau jika itu benar yang melakukan aku, itu hanya demi kamu agar tidak difitnah oleh dua siswi yang kejam itu," sahut Anggika dengan jelas pada Revan dan membuat Revan terdiam seketika.
Anggika berjalan keluar kelas meninggalkan Revan yang masih terdiam mencerna apa yang dia katakan tadi, dan sementara itu Rintan dan Devika sekarang tengah menjalankan hukuman dari pak Ridho.
Anggika akhirnya terduduk ditaman dekat perpustakaan dan menangis disana. Hal yang membuatnya sakit dan menangis adalah, ketika Revan langsung menuduhnya tentang apa yang terjadi pada Rintan beberapa menit yang lalu.
"Padahal aku melakukan semua ini agar kamu tidak difitnah dan tidak mendapatkan masalah. Kenapa kamu selalu membela orang yang paling sering membuatmu ditindas dan dijatuhkan? Apa artinya aku dimata kamu Revan?" lirih gadis cantik itu sembari terisak pelan dikursi taman dekat perpustakaan sekolah.
Tidak sadar dirinya diperhatikan seseorang dari kejauhan dengan kedua tangan yang mengepal kuat.
"Aku akan membalas apa yang kamu lakukan hari ini pada aku!"