"Aku hari ini mungkin digantikan oleh ayah dan membuat bakso di rumah, sebab tadi subuh ayah udah membuat banyak untuk jualan siang," ucap Revan pada Anggika apa adanya.
"Memangnya kamu udah nggak marah sama aku?" tanya Anggika pada Revan.
"Yang penting kamu nggak aku minta turun dijalan," jawab Revan singkat dan kemudian menolehkan pandangannya kembali lurus ke depan.
Anggika akhirnya mengangguk mengiyakan dan mengirimkan pesan untuk sopirnya agar tidak menjemputnya pulang sebab dirinya diantar oleh Revan.
Anggika memakai helm yang diberikan Revan untuknya dan setelah itu naik di boncengan motor Revan. Mereka berdua sudah melaju pulang meninggal area sekolah sedangkan Rintan, Devika dan Winda baru saja keluar dari kelas dan mencari keberadaan Anggika dan Revan.
"Mereka kok nggak ada?" tanya Rintan pada Winda dan Devika.
"Revan sama Anggika pasti sudah pulang, kan mereka nggak dihukum kayak kalian," jawab Winda pada Rintan dan Devika.
Devika yang mendengar hal itu dari Winda langsung naik darah dan memberikan tatapan tajamnya pada Winda.
"Sebenarnya sahabat dari smp kamu itu kita berdua atau si cupu sama anak baru yang sok jagoan itu?" tanya Devika pada Winda.
"Semuanya teman aku, dan aku membela yang benar. Aku nggak membela kalian karena kalian selalu salah," jawab Winda apa adanya pada Devika dan Rintan.
"Semudah itu jawaban kamu Winda Mikaila?" tanya Rintan pada Winda dengan nada serius jika sudah menyebut nama panjang sahabatnya itu.
"Iya, semudah apa yang kamu lakukan pada Revan selama ini," jawab Winda pada Rintan.
"Benar bahwa kamu membela Revan daripada aku," ucap Rintan pada Winda.
"Tidak ada yang aku bela, hanya yang benar dan berani bertanggung jawab saja," sahut Winda pada Ringan dan Devika dan setelah itu melenggang pergi dari hadapan kedua sahabatnya yang sudah mengekspresikan wajah benci pada dirinya.
"Dia kenapa sih? Dari dulu nggak suka kalau kita membully Revan," ujar Devika pada Rintan.
"Dia nggak mau masuk BK," jawab Rintan pada Devika.
"Kita nggak pernah masuk BK walaupun membully," ucap Devika pada Rintan.
"Karena teman-teman merahasiakannya,"
*
*
**
Sebuah motor berhenti di sebuah rumah mewah dan di sana ada pak satpam yang merasa terkejut karena majikan mudahnya diantar oleh seorang remaja laki-laki yang sama sekali tidak pernah datang ke rumah itu.
"Terima kasih sudah mengajarkan aku sampai ke rumah dengan selamat, nanti sore aku akan main ke rumah kamu terus kalau kamu mau aku mau jalan-jalan di sekitar pedesaan kamu," ujar Anggika pada Revan.
"Maaf, nanti sore aku harus jualan menggantikan ayah aku," ucap Revan pada Anggika.
Anggika menerima hal itu dan dia mengangguk paham. Mungkin jika hari ini tidak bisa, besok atau besoknya lagi pasti Revan bisa menemaninya jalan-jalan dipedesaan rumah Revan.
"Ya udah, kalau begitu juga tidak apa-apa. Kamu mau makan siang di rumah aku nggak? Kalau mau ayo ikut ke dalam," ajak Anggika pada Revan.
"Terima kasih atas tawaran makan siangnya, aku mau langsung pulang saja karena pasti di rumah ayah sudah menunggu aku," sahut Revan pada Anggika dengan bijak dan kemudian Anggika mengangguk mengiyakan saja.
Gadis cantik itu melepas helmnya dan diberikan lagi pada Revan dan kemudian Revan menyalakan mesin motornya serta melaju meninggalkan rumah Anggika menuju ke rumahnya.
Anggika tetap merasa senang meskipun Revan menolak untuk diajak makan siang dan jalan-jalan. Sebab meskipun Revan menolak ajakannya, Revan tetap mengantarkannya pulang dan menawarinya tumpangan sampai sekarang dia sampai di rumah diantar oleh remaja laki-laki itu.
Anggika kemudian berjalan masuk ke dalam rumahnya dan sesampainya di dalam rumah Anggika langsung menuju ke kamarnya.
Sementara itu di lantai bawah, Siska tengah menunggu putrinya turun dari lantai atas menuju ke meja makan untuk makan siang bersama dengan dirinya.
"Anggika makan siangnya sudah siap!!" teriak Siska dari meja makan yang ada di lantai bawah pada putrinya yang sekarang berada di lantai atas.
Anggika mendengar teriakan mamanya dia langsung menjawab mengiyakan dan langsung bergegas berganti baju dan kemudian setelah selesai berganti baju dia berjalan keluar kamarnya menuju ke lantai bawah tepatnya di meja makan dan makan siang bersama dengan mamanya.
*
*
**
Revan mendudukkan dirinya di kursi ruang makan sembari makan siang sendiri di rumah. Setelah ini, remaja laki-laki itu akan membuat bakso dan menunggu ayahnya pulang berjualan keliling.
Namun aktifitas makannya terhenti ketika pintu rumahnya diketuk oleh seseorang. Revan berdiri dari duduknya dan melihat siapa yang datang disiang hari ini.
Langkah kakinya berjalan menuju ke pintu depan dan saat membuka pintunya, Revan mendapati seorang remaja laki-laki yang tidak lain adalah Marklee.
"Pasti kamu bertanya-tanya kenapa aku bisa ada di sini. Tapi sepertinya itu tidak penting, yang terpenting sekarang kenapa Rintan bisa dihukum? Devika bilang semuanya gara-gara kamu. Kenapa sih nggak bisa diam dan selalu membuat gara-gara dengan Rintan?" tanya Marklee pada Revan dan spontan membuat Revan bingung apa yang dimaksudkan oleh Marklee.
Padahal dirinya bukan penyebab dihukumnya Rintan. Melainkan Devika yang lupa membawa buku tugas yang sebelumnya sudah dia kerjakan dengan baik dan benar.
"Aku bukan penyebabnya. Rintan dihukum karena Devika tidak membawa buku tugas, dan buku itu sudah aku kerjakan," jawab Revan apa adanya pada Marklee.
"Kamu pikir aku percaya? Tidak. Pasti Anggika yang menjadi dalang semua masalah yang menimpa Rintan," sahut Marklee pada Revan.
"Anggika tidak tau apa-apa, dan dia tidak dekat lagi denganku, jadi jangan sangkut pautkan dia dimasalah ini. Cukup kamu bully aku saja tidak apa-apa, tapi jangan dia karena dia tidak bersalah," jelas Revan pada Marklee.
"Tidak bisa. Anggika yang membuat kamu berani sama aku dan Rintan," ucap Marklee pada Revan.
Revan kemudian terdiam dan menundukkan kepalanya meskipun saat ini dia dibully di rumahnya sendiri.
"Ada apa itu Revan?" tanya seorang warga tetangga Revan sembari membawa cangkul dan terlihat pulang dari sawah.
"Tidak ada apa-apa pak, ini teman satu sekolah Revan," jawab Revan pada tetangganya itu.
"Baiklah kalau tidak terjadi apa-apa, bapak permisi," ucap paruh baya itu pada Revan dan kemudian Revan mengangguk sopan pada paruh baya itu.
Kembali lagi pada Marklee yang masih menatapnya dengan penuh kebencian apalagi tentang dirinya yang ketahuan menyukai Rintan.
"Aku semakin benci lagi ketika mengingat kamu menyukai Rintan pacar aku sendiri. Padahal saat kamu dibully, aku rela dimarahin dia demi membela kamu. Tapi setelah aku tau bahwa kamu suka Rintan aku tau apa alasan kamu hanya diam ketika dibully," ucap Marklee pada Revan.
"Karena kamu suka sama Rintan."