"Belum, karena aku pengen tau banget rumah kamu karena kamu teman baik aku," ujar Anggika apa adanya pada Revan.
Remaja laki-laki itu kemudian menganggukan kepalanya paham dan dia membuatkan 3 bungkus bakso untuk Anggika. Anggika merasa kagum dan bangga pada Revan yang bisa bekerja dan dan tidak malu dengan apa yang dia kerjakan sekarang yaitu sebagai seorang penjual bakso keliling.
Anggika semakin yakin bahwa Revan memang benar-benar anak yang baik dan juga pintar. Sedari tadi gadis cantik itu memperhatikan Revan dengan senyuman yang dia kembangkan.
"Kamu setiap hari jualan di sini kan pastinya?" tanya Anggika pada Revan.
"Iya," jawab Revan pada Anggika.
Anggika kemudian menganggukkan kepalanya paham dan setelah itu dia berpikir untuk ikut Revan berjualan keliling. Revan yang mendengar permintaannya langsung menolak karena Revan tidak mau merepotkan dirinya.
"Aku nggak mau dimarahi orangtua kamu karena mengajak kamu jualan keliling. Ini panas sekali cuacanya," ucap Revan pada Anggika.
"Kamu nggak ngajak aku, aku yang ikut dan mama papa nggak akan marah sama aku, jadi kamu tenang aja," sahut Anggika sembari tersenyum pada Revan.
Mau tidak mau Revan pun mengiyakan permintaan Anggika untuk ikut bersama dengan dirinya berjualan keliling kampung. Para ibu-ibu langganan yang tengah menunggunya di depan rumah masing-masing merasa heran dan takjub karena ada seorang gadis cantik yang menemani dirinya berjualan bakso.
Para ibu-ibu itu mengira bahwa Anggika adalah pacar barunya atau tunangannya. Revan yang mendengar pertanyaan itu yang keluar dari para wanita paruh baya itu dia langsung menjelaskan pada ada ibu-ibu itu bahwa Anggika adalah teman barunya.
Semuanya mengangguk paham dan mengulas senyum mereka pada Anggika. Anggika pun membalas senyuman para ibu-ibu itu dengan ramah dan membantu Revan untuk melayani ibu-ibu yang membeli bakso.
"Terimakasih ibu, besok beli lagi ya," ucap Anggika pada ibu-ibu itu.
"Pasti kakak cantik," sahut seorang ibu-ibu sembari tersenyum lebar pada Anggika.
Selesai itu Revan dan Anggika pun melanjutkan langkah mereka untuk keliling ke gang sebelah sampai selesai.
"Kamu kalau jualan keliling seperti ini pulangnya jam berapa?" tanya Anggika pada Revan.
"Kalau sudah habis langsung pulang dan aku tidak pernah melihat jam berapa karena masih sore, dan pasti habisnya itu cepat karena banyak langganan aku yang menunggu bakso untuk mereka makan di siang hari menjelang sore," jawab Revan dengan jelas dan gamblang.
Revan sesekali memperhatikan gadis cantik yang tengah berjalan di sampingnya itu yang terlihat menutupi kepalanya dengan tangan karena cuaca yang panas. Revan melepas topi yang dipakai dan dia berikan ke Anggika agar dipakai oleh gadis cantik itu.
"Maaf kalau topinya bau, tapi cuaca hari ini panas sekali," ucap Revan pada Anggika sembari tersenyum kikuk.
Anggika malah senang karena Revan memberikan topi ke dirinya dan dia tidak panas lagi. Namun gadis cantik itu kembali memikirkan Revan yang tidak menggunakan topi pasti juga akan merasakan cuaca panas di siang hari ini.
Revan yang kembali memperhatikan Anggika yang tengah memperhatikannya dia langsung mengulas senyum pada gadis cantik itu dan mengatakan bahwa dirinya sudah biasa di cuaca yang panas di siang hari.
"Tapi kan tetap aja panas. Bagaimana kalau kita nanti buat kado dulu di depan situ kan ada pohon rindang jadi kita bisa berteduh di sana," ucap Anggika pada Revan.
Revan merasa dirinya sangat baik-baik saja tapi dia melihat gadis cantik ini yang pastinya tidak tahan panas dia pun akhirnya mengingatkan dan berhenti di bawah pohon yang rindang dan duduk di sana untuk istirahat sejenak.
"Maafin aku, aku ikut jadinya menjeda pekerjaan kamu," ucap Anggika pada Revan.
Revan menggelengkan kepalanya tanda bahwa Anggika tidak merepotkan dirinya dan malah dirinya senang karena ada temannya untuk berbicara di jalan.
"Berarti kalau kamu senang aku setiap hari bisa ikut kamu jualan dong? Kalau perlu aku besok akan ke rumah kamu lagi untuk membawa payung," ucap Anggika antusias pada Revan.
"Sekalian bawa mantel juga nanti kalau hujan bisa dipakai dan kamu tidak akan kehujanan," ujar Revan pada Anggika dan langsung membuat gadis cantik itu tertawa.
"Tapi memang seru banget ikut kamu jualan daripada di rumah tidak punya teman dan hanya menonton film di laptop, temannya cuma suara cara detikan jam dinding," ucap Anggika pada Revan.
Revan mengulas senyumnya pada Anggika dan berfikir kenapa Anggika bisa sangat suka pada dirinya padahal dirinya kalau di sekolah terkenal dengan cupu dan sering di-bully oleh Rintan. Anggika yang mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Revan pada dirinya, dia langsung menjelaskan secara detail agar Revan tidak mempertanyakan hal itu lagi pada dirinya.
"Aku senang berteman sama kamu pastinya kamu sangat baik, aku selama sekolah di luar negeri tidak punya teman seperti kamu. Dan kamu orang yang menurut aku asik untuk diajak ngobrol dan curhat meskipun sebenarnya kamu terlihat pendiam," ucap Anggika pada Revan dan membuat Revan malah semakin bingung.
"Masih bingung?" tanya Anggika pada Revan.
Revan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Intinya kamu teman baik aku. Dan kalau kamu di-bully lagi sama Rintan dan teman-temannya, mulai sekarang aku akan membela kamu," tambah Anggika menjelaskan pada Revan.
"Kalau Rintan bully aku lagi, aku minta kamu diam aja dan jangan lakukan apapun ke dia," ujar Revan pada Anggika.
Anggika yang mendengar hal itu yang langsung keluar dari mulut Revan dia merasa kaget dan aneh pada diri Revan.
"Kenapa malah seperti itu? Harusnya kan kamu senang ada yang membela kamu saat kamu di-bully oleh Rintan," ucap Anggika pada Revan.
Revan hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Anggika mulai berpikir bahwa apakah Revan menyukai Rintan, sampai dirinya tidak boleh menangani Rintan saat membully Revan. Namun jika dia menanyakan hal itu pada Revan dia takut kalau Reva nah kan tidak menyukai dirinya karena terlalu banyak bertanya.
Anggika memutuskan untuk berdiri dari duduknya dan mengajak Revan untuk kembali berjualan. Anggika juga membuang fikirannya tadi tentang Revan yang menyukai Rintan. Anggika beralih berpikir bahwa Revan melakukan hal itu karena memang Revan orang yang sangat baik sehingga tidak ingin menjadi orang yang telah menjahati dirinya.
Hari berjalan dan sekarang hampir menjelang sore tetapi Anggika masih setia bersama dengan Revan dan sekarang gadis cantik itu tengah berada di rumah Revan.
Revan tidak berniat mengusir atau pun meminta Anggika untuk pulang karena dia tidak keberatan jika Anggika bermain sebentar ke rumahnya karena Anggika adalah teman barunya mungkin dia bisa kenal lebih dekat dengan Anggika hanya sebagai teman.
Prapto begitu ramah dengan gadis cantik itu sampai Anggika bercerita tentang dirinya ke laki-laki paruh baya itu. Anggika hampir saja keceplosan tentang Revan yang sering di bully di sekolah, untung saja Revan memotong dan mengalihkan pembicaraan agar tidak berbicara tentang dirinya yang sering di-bully.
Revan tidak ingin jika ayahnya tau tentang apa yang selama ini ia alami di sekolahnya.