Rintan memandang teman barunya itu dari atas sampai bawah dan ternyata memang benar sangat cantik dan dia merasa tersaingi oleh Anggika.
"Cantik banget Anggika," gumam Devika pada Rintan.
Rintan memasang raut wajah tidak suka dan memandang Anggika dengan pandangan ketus. Sementara itu Anggika merasa sangat senang karena dia satu kelas dengan teman yang baik yang tadi mengantar dirinya ke ruang guru tadi yang tidak lain adalah Revan.
Sedari tadi saat dia masuk ke dalam kelas itu dia mengembangkan senyumnya pada Revan yang juga tersenyum pada dirinya dengan senyuman ramah. Revan kembali menundukkan pandangannya dan fokus membaca buku tidak memperdulikan saya di kelas yang heboh karena kedatangan Anggika.
Banyak para siswa siswi yang ada di kelas itu meminta nomor telepon Anggika untuk berkomunikasi, namun Anggika tidak memberikan nomor teleponnya itu dengan alasan privasi. Anggika tidak terbiasa membagikan nomornya pada orang baru terutama teman satu kelasnya yang baru dia kenal bahkan tidak semuanya dia tau mana teman yang baik dan mana teman yang buruk.
Yang dia tahu teman baiknya sekarang adalah Revan. Anggika mencari bangku yang berada di dekat Revan, Anggika duduk dibelakang Revan dan berusaha untuk mengajak Revan berbicara.
"Kamu ternyata satu kelas sama aku? Wah aku tadi senang banget saat melihat kamu duduk di kelas yang akan aku tempati ini," ucap Anggika senang pada Revan.
Revan menolehkan kepalanya ke belakang sebentar dan mengembangkan senyumannya dan setelah itu dia kembali fokus membaca buku dan tidak memperdulikan Anggika lagi. Anggika merasa bahwa Revan ini adalah anak yang pendiam dan pintar karena dari tadi membaca buku.
"Aku suka sekali membaca buku di perpustakaan nanti kamu mau menemani aku ke perpustakaan atau tidak aku masih baru di sini dan belum tahu perpustakaannya di mana," ujar Anggika apa adanya pada Revan.
Sementara itu Rintan yang sedari tadi memperhatikan Anggika mengajak bicara Revan namun hanya Revan balas dengan anggukan serta senyuman kecil dia merasa tidak suka dan dia mengira bahwa Anggika akan menjadi teman baik Revan dan itu akan menjadi jalan yang buruk untuk dirinya.
Yang dikhawatirkan oleh Rintan adalah jika dia memiliki tugas dia tidak akan bisa meminta Revan untuk mengerjakan tugasnya lagi namun pikirannya itu dia buang dan dia berpikir Revan tetap akan mengerjakan semua tugasnya yang diberikan oleh guru pada dirinya.
"Lihat tuh si cupu akrab banget sama murid baru," ucap Devika pada Rintan.
"Biarinlah, nanti sekalian kita bully si murid baru itu," sahut Rintan pada Devika sembari tersenyum licik.
"Kayaknya bakalan susah, karena si Anggika itu terlihat berani dan tidak kayak si cupu itu yang pendiam," ucap Devika pada Rintan.
"Kita lihat aja kemampuannya sampai mana menghadapi kita," ujar Rintan pada Devika sembari memperhatikan Anggika dari bangkunya yang sekarang tengah berbicara dengan Revan.
"Oh iya rumah kamu mana? lain kali aku boleh gak mampir ke rumah kamu?" tanya Anggika pada Revan.
"Rumah aku dikampung, kamu mau ke kampung?" tanya Revan pada Anggika.
"Kenapa nggak? Mau banget lah," jawab Anggika antusias.
"Kalau ada kerja kelompok nanti kamu boleh ke rumah aku tapi rumahku sangat sederhana tidak mewah seperti rumah kamu dan buat teman-teman yang lain," ucap Revan pada Anggika.
"Aku mencari teman yang baik bukan teman yang yang kaya raya," sahut Anggika pada Revan.
Akhirnya Revan memiliki teman yang baik setelah sekian lama dia sekolah di SMA Brawijaya yang isinya hanya dibully oleh Rintan. Anggika yang akan menjadi teman Revan mulai sekarang, Anggika begitu baik dengan Revan karena dia tidak pernah memandang seseorang dari materi.
Obrolan mereka berhenti saat guru mata pelajaran pertama masuk ke kelas mereka. Pelajaran dimulai sampai selesai dan bel istirahat berbunyi. Anggika berdiri dari duduknya dan berniat pergi ke kantin bersama dengan Revan.
"Ayo kita ke kantin bareng, aku belum tahu gantinya di mana mungkin kamu tahu Dan kita bisa ke kantin bareng," ucap Anggika pada Revan.
"Boleh," sahut Revan pada Anggika sembari tersenyum.
Namun langkahnya terhenti saat Rintan da Devika berdiri dihadapannya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Anggika merasa tidak suka dengan cara Rintan dan Devika yang tiba-tiba penghalang jalan orang yang ingin keluar kelas.
"Kamu mau ke mana? Enak banget mau ke kantin kerjain tugas kita dulu," ucap Rintan pada Revan.
Anggika yang mendengar hal itu dia merasa kaget dan apakah dia tidak salah dengar dengan apa yang dikatakan gadis cantik itu pada Revan.
"Kerjakan tugas?" tanya Anggika pada Revan.
"Mendingan kamu sekarang ke kantin sendiri dan jangan mengajak Revan negara di akan mengerjakan tugas kita bertiga," jawab Devika pada Anggika.
"Nggak bisa begitu dong, ini kan waktunya istirahat bukan mengerjakan tugas dan kalian kalau mau mengerjakan tugas di perpustakaan atau di rumah dan jangan meminta Revan untuk mengerjakan tugas kalian," sahut Anggika pada Rintan dan Devika.
"Kamu murid baru di sini jangan ikut campur urusan kita," ucap Rintan pada Anggika kembali melangkahkan kakinya lebih dekat dengan Anggika.
Anggika tidak mau kalah dan dia tidak merasa takut dengan Rintan. Karena menurutnya apa yang dilakukan Rintan pada Revan adalah salah.
"Kamu nggak mau kan mengerjakan tugas mereka bertiga?" tanya Anggika pada Revan namun Revan hanya terdiam.
"Dia diam tandanya dia mau, dia nggak pernah nolak saat kita meminta dia untuk mengerjakan tugas kita," sahut Rintan menjawab pertanyaan yang dilontarkan Anggika untuk Revan.
"Kalian sebodoh apa sampai mengerjakan tugas matematika aja menyuruh teman?" tanya Anggika pada Rintan dan Devika.
"Oh atau jangan-jangan kalian itu baru bisa baca atau baru bisa menghitung kasihan sekali, ya udah Revan kamu terima buku mereka bertiga dan ayo kita kerjakan di kantin sembari istirahat mengisi perut," jawab Anggika sembari menatap Revan.
Andika kemudian mengambil buku yang dibawa oleh Devika dan kemudian menarik Revan untuk keluar dari kelas berjalan menuju ke kantin. Rintan memperhatikan gadis cantik itu dia sangat tidak suka dan merasa bahwa baru kali ini ada yang berani dengan dirinya dan bermain-main dengan dirinya.
Winda yang melihat itu dia merasa tersenyum dan tebakannya benar bahwa Anggika pasti akan menjatuhkan Rintan. Namun Rintan tidak akan menyerah dia akan tetap membully Revan bagaimanapun caranya agar membuat Revan terjatuh dan tidak akan membuat hidup Revan baik-baik saja.
Rintan pun memilih untuk pergi ke kelas Marklee dan mengajak Marklee untuk pergi ke kantin bersama. Hari ini dia tidak dijemput oleh pacarnya itu karena Marklee tengah ada rapat di dalam kelas nya mengenai latihan bola basket.
Seorang kapten yang tampan dan baik hati serta bijaksana itu, sekarang tengah duduk di bangku tengah menjadi ketua rapat bersama dengan tim basket nya dari angkatan kelas 10 hingga 12.
Rintan yang mendapati pacarnya itu masih rapat dia masuk saja tanpa mengetuk pintu. semua pasang mata mendapati gadis cantik itu masuk ke kelas mereka mengembangkan senyumnya dan menyapa Rintan.