Masih di perpustakaan dengan suasana yang hening karena semua fokus membaca buku di ruangan khusus membaca itu. Anggika merasa gusar dan bingung dia harus melakukan apa dengan surat yang diberikan kakak kelasnya pada dirinya itu.
Revan yang merasa bahwa Anggika yang terlihat cemas dia berniat bertanya pada gadis cantik itu.
"Kenapa?" tanya Revan pada Anggika.
Anggika kemudian memberikan surat itu pada Revan dan membuat Revan mengembangkan senyum kecilnya. Revan menolehkan pandangannya kearah pintu depan dan memang benar di sana ada seorang siswa laki-laki kelas 12 yang tengah tersenyum kearah Anggika.
"Kamu mendingan sekarang berdiri dari sini dan menghampiri kakak kelas itu, daripada kamu bingung dan dia harus melakukan apa pasti tidak akan membuat kakak kelas itu pergi dari sini sebelum kamu memberikan jawabannya," ujar Revan pada Anggika.
Anggika membenarkan perkataan yang keluar dari rumah jalan lagi itu, dia pun mengambil kertas yang awalnya diberikan pada Revan dan meremas kertas itu dia berjalan perlahan menghampiri kakak kelasnya.
Anggika malah merasa bahwa harinya yang sebelumnya indah karena dia bertemu dengan Revan teman yang baik serta tampan menurut dirinya, kini malah terusik karena kedatangan kakak kelasnya yang mungkin menyukai dirinya sampai mengirim surat dan menanyakan dia kelas berapa.
"Kamu yang bernama Anggika kan?" tanya siswa itu pada Anggika.
"Iya kak namaku Anggika aku kelas 11 IPA 1 dan udah punya pacar. Pacar aku udah kuliah dan lulus SMA akan menikah, sekian perkenalan aku," jawab Anggika asal dan kemudian dia membalikkan badannya berjalan cepat kembali ke duduknya semula di samping Revan yang sekarang telah membaca buku.
Siswa laki-laki itu merasa gagal dan patah hati karena adik kelas yang dia incar itu ternyata sudah memiliki pacar dan akan menikah setelah lulus SMA. Siswa laki-laki itu langsung percaya ketika Anggika mengatakan pada dirinya bahwa akan menikah setelah lulus SMA.
Anggika menolehkan pandangannya ke arah pintu perpustakaan dan memastikan bahwa kakak kelasnya itu sudah pergi dari situ dan baru setelah itu dia tertawa renyah membuat seisi perpustakaan memperhatikan dirinya.
Revan langsung menolehkan pandangannya pada Anggika dan meminta Andika untuk tidak tertawa renyah di dalam perpustakaan yang diwajibkan untuk diam.
"Maaf kelepasan, habisnya kakak kelas itu lucu banget dia langsung percaya bahwa aku sudah mempunyai calon suami," ucap Anggika bercerita pada Revan.
Revan mengerutkan keningnya tidak percaya dengan apa yang diceritakan gadis cantik itu pada dirinya. Revan akhirnya ikut tertawa kecil dan kembali fokus membaca sampai bel masuk berbunyi.
Sementara itu Marklee sudah selesai rapat dan dia mengajak pacar gadisnya untuk istirahat di kantin. Rintan terlihat sangat ingin marah karena hari ini dia tidak bisa membully Revan sebab ada Anggika yang menempel seperti lem pada Revan.
"Muka kamu sudah seperti tembok," ucap Marklee pada Rintan sembari memperhatikan setiap inci wajah gadisnya itu.
"Gara-gara si cupu itu! Awas aja, aku nggak akan biarin dia hidup dengan tenang. Dan si cewek rese itu, akan aku bikin hancur dan nggak akan berani lagi melawan Rintan Olivia," sahut Rintan sembari mengepalkan kedua tangannya erat.
Dion dan Raka yang memperhatikan hal itu mereka berdua menggelengkan kepalanya bersamaan dan meminta Rintan untuk bertobat.
"Kalian kira aku maling? Aku nggak mencuri ya," ucap Rintan pada Dion dan Raka.
"Membully itu dosa Rintan... tanya sama pak ustadz sana," sahut Raka pada Rintan.
"Kamu pecat aja Dion sama Raka jadi sahabat kamu. Bawaanya bikin anak orang darah tinggi," ucap Rintan pada Marklee sembari mengerucutkan bibirnya.
"Daripada kamu, setiap hari bikin anak orang tekanan batin!" sahut Dion dengan lantang dan setelah itu mau minum jusnya yang sudah datang setelah beberapa menit yang lalu dia memesan.
Rintan yang mendengar hal itu dia hanya berfikir bodo amat dan tidak pernah memperdulikan apa yang dikatakan oleh kedua sahabat pacarnya itu yang selalu saja menyalahkan dirinya.
Devika dan Winda baru datang karena kedua gadis cantik itu tadi masih ke toilet.
"Ada kabar baru tentang si cupu sama Anggika," ucap Devika pada Rintan.
Sementara itu Winda hanya diam sembari memutar bola matanya malas dan dia berniat untuk segera pergi dari kantin ini daripada harus mendengarkan apa yang akan dikatakan Devika pada Rintan.
"Kabar apa? Si cupu insaf atau bagaimana?" tanya Dion pada Devika.
"Membaca berduaan di perpustakaan," ucap heboh Devika pada Rintan.
"Itu doang? Nggak jelas banget kamu itu," sahut Raka pada Devika sembari menggelengkan kepalanya.
"Udah kamu diam aja kenapa sih? Diam itu lebih baik," ucap Devika pada Raka.
"Yang seharusnya diam itu kamu bukan aku," ujar Raka pada Devika.
"Udah-udah, kok jadi kalian berdua yang berantem sih?" tanya Marklee pada Devika dan Raka.
Kedua remaja itu kemudian mendudukan dirinya masing-masing dan Devika memilih diam sebab Rintan hanya terdiam setelah dia beri kabar tentang Revan dan Anggika yang membaca bersama di perpustakaan sekolah.
Rintan kemudian menoleh pada Devika, dan menatap datar wajah sahabat gadisnya itu.
"Apa spesialnya dari kabar yang kamu berikan ke aku?" tanya Rintan pada Devika.
"Nggak ada sih," jawab Devika pada Rintan.
Marklee yang mendengar jelas hal itu, dia kemudian menahan tawanya yang ingin meledak karena ingat masih ada Rintan di sampingnya. Bisa-bisa jika dirinya tertawa sekarang maka Rintan akan memarahi dirinya.
Marklee kemudian meminta Rintan untuk makan dan tidak banyak berbicara karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Rintan menurut saja tapi dalam fikirannya dia masih memikirkan strategi untuk membully Revan lagi.
Rintan berfikir mungkin hari ini ini dia tidak bisa membully Revan karena masih ada Anggika yang terus menempel bagaikan perangko. Namun besok Rintan pastikan bahwa Revan akan menjadi korbannya lagi seperti hari-hari biasanya.
"Besok ada ada permainan bola basket di lapangan kan?" tanya Rintan pada Marklee.
Marklee menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Besok aku mau lihat boleh kan?" tanya Rintan pada Marklee.
"Kenapa harus pamit? Boleh lah, tentunya," jawab Marklee pada Rintan sembari mengacak-acak rambut Rintan.
Gadis cantik itu kemudian mengembangkan senyuman liciknya dan pasti dia sudah mendapatkan rencana untuk membully Revan lagi di esok hari. Sementara itu ketiga sahabatnya yang sekarang tengah duduk di samping kanan kirinya merasa iri pada dirinya karena.
"Aku jomblo bisa apa?" tanya Dion pada Rintan.
"Cari lah yang cantik, nanti kalau dapat aku ajak ke mall," jawab Rintan pada Dion.
"Beneran kamu ajak ke mall, nanti kamu ajak membunuh Revan kan susah," ucap Dion pada Rintan sembari menyenggol lengan Raka yang tengah makan.
"Kamu apa-apaan sih? Kalau nanti aku tersedak bagaimana?" tanya Raka pada Dion.
"Maaf, niatnya mau nyindir Rintan malah kamu yang kena," jawab Dion pada Raka.
"Kalian berdua kalau mau ngajak Rintan ribut jangan disini," ucap Marklee pada Dion dan Raka.
"Dimana?" tanya kedua remaja itu pada Marklee.
"Di kelasnya.. terus ajak Revan sekalian," jawab Marklee sembari melirik Rintan.