Marklee dan semua teman-teman tim basketnya menghentikan rapat sejenak untuk mengobrol sebentar bersama dengan gadis cantiknya itu.
"Nggak ke kantin? Aku sendiri dong di kantin," ucap Rintan sembari mengerucutkan bibirnya pada Marklee.
"Aku rapat sebentar kok, habis ini langsung ke kantin. Kalau kamu mau menunggu duduk di samping aku sini," sahut Marklee pada Rintan.
"Beneran sebentar kan?" tanya Rintan meyakinkan lagi pada Marklee.
"Iya sayang," jawab Marklee pada Rintan dan membuat Rintan langsung percaya.
Gadis cantik itu akhirnya mendudukkan dirinya di samping Marklee dan kedua sahabatnya ikut duduk di bangku sebelahnya. Sementara itu Anggika dan Revan sekarang sudah berada di kantin dan Anggika memesan makanan untuk dirinya dan Revan.
Revan membuka buku yang di taruh Anggika di atas meja dan membuka tugas yang harus dia kerjakan. Sementara itu Anggika sedari tadi masih ingin menanyakan banyak hal tentang ke 3 gadis cantik tadi yang mem-bully Revan dan meminta Revan untuk mengerjakan tugas yang seharusnya tidak Revan kerjakan.
Anggika kembali dengan membawa 2 minuman satu untuknya dan satu lagi untuk Revan. Banyak pasang mata siswa-siswi yang pergi ke kantin memperhatikan dirinya dan Revan yang sekarang telah duduk berdua di meja makan kantin.
Para siswa merasa iri dengan Revan yang bisa duduk berdua bersama gadis cantik itu yang tidak lain adalah murid baru di SMA Brawijaya ini.
"Yang dilihat Anggika dari Revan itu apa sampai dia mau makan berdua dengan Revan?" tanya salah seorang siswa pada temanya yang sedari tadi memperhatikan Anggika dan Revan yang tengah duduk berdua di kantin.
"Revan kan baik, mungkin Anggika suka dengan sifat Revan yang baik itu," jawab siswa lainya yang tengah duduk di kursi kantin.
"Anggika cantik banget, bisa nggak ya aku dapetin dia?" tanya salah seorang siswa pada temannya.
"Kalah sama si cupu," jawab siswa lainnya sembari tertawa.
Anggika sekarang tengah duduk bersama dengan Revan dan berbicara dengan Revan mengenai Rintan, Devika dan Winda. Anggika yang baru mendengar jawaban dari Revan tentang ketiga gadis cantik itu dia membelalakkan matanya tidak percaya bahwa Revan selama ini hanya menurut saja dan tidak mau menolak.
"Kamu kok mau-maunya disuruh-suruh sama si Rintan itu sih?" tanya Anggika pada Revan.
"Kalaupun nolak nanti kasihan sama Rintan, Winda dan Devika," jawab Revan dengan santai sembari mengerjakan tugas milik Rintan.
"Bisa-bisanya kamu baik banget dan tidak merasa capek. Giniloh kan kamu juga dikasih tugas terus kamu mengerjakan tugas punya teman kamu yang seharusnya mengerjakan tugas itu sendiri, kamu nggak capek apa?" tanya Anggika pada Revan.
"Capek ya pasti lah," jawab Revan sembari tersenyum manis.
Anggika terpesona dengan senyuman Revan. Menurut Anggika, meskipun Revan memang terlihat culun tapi ada sisi ketampanannya yang tertutupi oleh wajah polos Revan.
"Kamu tau nggak?" tanya Anggika pada Revan sembari mengembangkan senyumnya.
"Apa?" tanya Revan pada Anggika.
"Kamu itu sebenarnya ganteng banget. Aku ngomong di awal karena aku nggak bisa bohong orangnya, jadi maaf kalau aku bilang bahwa kamu ganteng, hehehe," jawab Anggika sembari bercengir dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Revan yang mendengar hal itu dia mendadak bengong dan tidak percaya apa yang keluar dari mulut gadis cantik yang sekarang tengah duduk di depannya itu. Baru sekarang dalam hidupnya dia dipuji oleh seorang gadis cantik yang sekarang sangat dekat dengannya padahal baru pertama kali bertemu.
Dia 2 tahun sekolah di SMA Brawijaya isinya hanya di bully dan dijelaskan oleh teman sekelasnya maupun seisi sekolahan. Beberapa detik kemudian Revan mengembangkan senyumnya pada Anggika dan melanjutkan mengerjakan tugas milik Rintan, Devika dan Winda.
"Oh iya aku mau tanya lagi," ucap Anggika pada Revan.
Anggika menaruh gelasnya dan dia melipat kedua tangannya di atas meja sembari memerhatikan Revan yang tengah serius mengerjakan tugas.
"Selama kamu sekolah di sini kamu pasti sering di-bully dan disuruh mengerjakan tugas anak-anak nggak berguna ini. Semua tugas itu kamu benar kan atau ada yang kamu salahkan?" tanya Anggika pada Revan.
"Semua aku benar kan karena kalau ada yang aku salah kan mereka akan mengulangi mempersiapkan lagi dan nanti akhir-akhirnya yang mengerjakan aku lagi," jawab Revan apa adanya.
"Memang benar-benar psikopat perempuan! Aku yang tidak disuruh mengerjakan tugas merasa geregetan dan kamu kenapa mau gitu loh seharusnya kan kamu nolak ini kan bukan tugas kamu," geram Anggika pada Revan.
Revan hanya terkekeh dan kemudian remaja laki-laki itu menyantap makanannya dan segera minum setelah selesai makan dan minum di kantin Revan memutuskan untuk ke perpustakaan.
Karena waktu istirahat masih beberapa menit lagi dan dia bisa menggunakan waktu itu untuk belajar di perpustakaan serta mengerjakan tugas-tugas dari ketiga temanya tadi.
Anggika yang tau bahwa Revan akan pergi ke perpustakaan dia pun ikut saja dan tidak ingin jauh-jauh dari Revan. Revan hanya diam saja dan dia tidak merasa terusik dengan kehadiran Anggika yang sedari tadi menunggu di dirinya dan terus mengoceh berceloteh pada dirinya.
"Perpustakaannya masih jauh? Apa perlu naik lift?" tanya Anggika pada Revan.
"Nggak ada liftnya," jawab Revan pada Anggika dan menolehkan pandangannya kembali lurus ke depan dan setelah itu sampailah mereka berdua di depan perpustakaan.
"Oh.. ini perpustakaannya," gumam Anggika sembari manggut-manggut dan mengedarkan seluruh pandangannya ke seluruh penjuru perpustakaan dan melihat begitu banyak buku tertata rapi di rak serta beberapa siswa yang tengah fokus belajar di dalam perpustakaan dan seorang guru yang tengah duduk di meja kerja menghadap ke komputer.
Kedua siswa-siswi itu kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam perpustakaan. Revan meminta Anggika untuk duduk di kursi khusus untuk membaca buku, dan dia menaruh ketiga buku itu di samping Anggika baru setelah itu dia mencari buku yang perlu dia baca.
Anggika hanya diam dan memperhatikan satu persatu siswa siswi yang terlihat sangat serius membaca di perpustakaan itu. Anggika mendadak terlonjak karena ada kertas yang yang terlempar ke arahnya.
Gadis cantik itu membuka kertas berwarna putih itu dan bertuliskan.
"Kamu kelas berapa? Aku kakak kelas kamu yang berdiri diambang pintu perpustakaan," ucap Anggika membaca isi surat itu dan kemudian dia menolehkan pandangannya kearah pintu depan dan dia mendapati seorang siswa yang terlihat seperti kakak kelasnya dan sekarang tengah senyum ke arahnya.
Anggika yang bertatapan langsung dengan kakak kelasnya itu dia mengembangkan senyumnya dan membalas senyuman hangat yang diberikan kakak kelasnya itu pada dirinya. Gadis cantik itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak batal dan dia bingung haruskah menjawab atau membuang kertas itu.
"Kalau aku buang yang terlihat jahat aku, kalau aku balas nanti kakak kelas jadi kebawa perasaan dan malah semakin ngejar aku lagi," gumam Anggika bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
Tidak lama Revan datang dengan membawa 2 buku dan kemudian mendudukkan dirinya di samping Anggika.