Langkah seorang siswi cantik berjalan memasuki pintu gerbang utama SMA Brawijaya. Dengan rambut tergerai dan jepit bermotif panda di rambutnya serta senyum yang manis membuat kecantikan gadis cantik itu semakin terlihat.
Semua pasang mata memandang kecantikan gadis cantik itu, dan bertanya-tanya apakah itu siswi baru yang akan sekolah di sekolah mereka. Sementara itu Revan yang baru datang dengan membawa motor bututnya dan dia parkiran di parkiran motor, dia langsung di hampiri oleh gadis cantik itu.
"Kamu tau ruang gurunya dimana?" tanya gadis cantik itu pada Revan.
"Ada di sana," jawab Revan menunjukkan dimana ruang guru itu berada.
"Di sana banyak ruangan, boleh nggak kamu mengantar aku sampai ke sana, habis itu kamu tinggal tidak apa-apa kok," ucap gadis itu meminta pada Revan untuk mengantarkan dirinya sampai ke ruang guru.
Revan akhirnya melakukan kepalanya mengiyakan dan mengatur kadar di cantik itu sampai ke ruang guru dan wali kelasnya. Revan sudah mengetahui bahwa gadis cantik itu adalah murid baru karena dirinya tidak pernah melihat gadis cantik itu dan baru pertama kali ia melihat gadis itu.
Selesai mengantarkan gadis cantik itu ke ruang guru, dia berjalan menuju ke kelasnya namun langkahnya terhenti saat gadis cantik itu mencekal tangannya untuk menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" tanya Revan pada gadis cantik itu.
"Aku belum mengucapkan terima kasih pada kamu, terima kasih banyak ya udah mengantar aku sampai ke ruang guru. Kenalin namaku Anggika Pravasanti, panggil saja Anggika," jawab gadis cantik itu yang bernama Anggika kepada Revan sembari menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Revan.
Revan menjabat tangan Anggika dan membalas senyuman gadis cantik itu. Baru pertama kali ada seorang gadis cantik yang baik pada dirinya dan mengucapkan terima kasih pada dirinya padahal dirinya hanya mengantar gadis cantik itu ka ruang guru.
Banyaknya teman siswanya yang meminta dia mengerjakan tugas tidak ada satupun yang mengucapkan terima kasih atas kebaikannya itu. Maka dari itu saat Anggika mengucapkan terima kasih pada dirinya pada dirinya cuma mengantarkan ke ruang guru dia langsung merasa senang dan tersenyum manis pada Anggika.
Revan kemudian berjalan melenggang pergi dari hadapan Anggika menuju ke kelasnya. Anggika memandang punggung remaja laki-laki itu yang mulai menghilang dari pandangannya dan kemudian dia masuk ke ruang guru untuk menemui wali kelasnya.
Pintu kelas Revan terbuka para siswa-siswi masuk bersamaan ke ruang kelas mereka. Semuanya pada menggosip karena kedatangan murid baru yang pindahan dari luar negeri ke sekolah mereka ini.
"Dia cantik banget dan katanya pindahan dari luar negeri," ucap salah satu siswi pada siswa lainnya membicarakan tentang Anggika.
Revan yang mendengar hal itu dia menganggukkan kepalanya dan mengerti bahwa Anggika tadi yang diantar ke ruang guru adalah siswi pindahan dari luar negeri.
Rintan, Winda dan Devika yang baru datang mereka bertiga tidak mengetahui bahwa ada siswi baru yang datang ke sekolah dan akan satu kelas dengan mereka bersama dengan Revan juga.
Telinga gadis cantik itu mendengar gosip dari teman-temannya tentang seorang siswi yang baru pindah dari luar negeri ke sekolahnya ini.
"Kalian pada ngomongin apaan sih?" tanya Rintan pada temanya itu.
"Itu nanti di kelas kita bakal ada murid baru, dia cantik banget dan sekarang lagi ada di ruang guru pasti setelah bel berbunyi dia akan datang ke sini sama ibu wali kelas," jawab siswi itu dengan jelas pada Rintan.
"Cantik? Masih cantik Rintan kali," sahut Devika pada siswi itu.
Siswi itu memberikan tatapan yang tidak suka pada Devika yang selalu saja meninggikan rasa kepercayaan dirinya pada fisik. Jika ada teman siswinya yang berwajah pas-pasan maka akan Devika hujat, dan jika ada yang berwajah cantik hampir menyamai Rintan kamu tidak ada di sekolah itu maka akan Devika jadikan sebagai teman.
"Udahlah gak usah diurusin mendingan kita cari gara-gara aja sama si cupu itu," Rintan mengembangkan senyum liciknya sembari menatap Revan yang sekarang tengah duduk diam membaca buku.
Revan dengan tenang dan santai membaca bukunya dan tidak mengganggu teman-temannya mendadak bukunya itu diambil oleh Rintan.
"Buku aku kenapa diambil? Aku belum selesai membaca dan kalau kamu ingin membaca aku bisa pinjamkan di perpustakaan karena masih ada banyak di sana," ucap Revan pada Rintan dengan lembut.
Semua siswa-siswi yang melihat itu merasa geram sendiri karena ulah Rintan pada Revan dan terlebih lagi Revan yang selalu berbuat baik pada Rintan setelah apa yang dilakukan Rintan pada dirinya.
"Aku nggak butuh baca buku yang aku butuhkan adalah kamu harus mengerjakan tugas aku dan tugas satu kelas ini saat nanti diberikan tugas matematika," ucap Rintan pada Revan.
"Kamu gila Rintan, gue masih pintar dan nggak butuh Revan untuk mengerjakan tugas matematika," sahut salah satu siswa yang duduk di banku nomor dua sebelah kiri.
"Ya nggak butuh bisa diam dan nggak usah ikut campur," ucap Rintan dengan tatapan tajamnya pada siswa itu.
"Dasar psikopat," gerutu siswa itu sembari merobek kertasnya dan geram pada Rintan.
"Tapi nanti tidak ada tugas matematika, karena adanya ujian harian yang harus dikerjakan secara mandiri dan tidak berkelompok. Jadi aku nggak bisa mengerjakan tugas kalian," sahut Revan pada Rintan dan membuat Rintan mengerutkan keningnya.
"Bisa dong, kemarin aja bisa kenapa sekarang nggak?" tanya Rintan pada Revan.
"Rintan udah!" sahut Winda geram pada Rintan.
"Kamu apa-apaan sih Winda? Jangan buat gara-gara sama Rintan," ucap Devika pada Winda.
"Dia udah keterlaluan Ka," sahut Winda pada Devika.
"Yang keterlaluan itu kamu," ucap Rintan pada Winda.
"Selalu aja belain Revan," tambah Rintan pada Winda.
Revan hanya terdiam mendengar perdebatan antara Rintan dengan Winda. Rintan kembali terfokus pada Revan yang hanya diam saja dengan raut wajah yang santai tanpa panik Setelah dia minta untuk mengerjakan tugas matematika yang akan diberikan nanti yang tugas itu berupa soal ujian harian.
Bel beberapa detik berbunyi dan membuat Rintan berdecak kesal karena rencananya gagal kali ini untuk menunggu Revan mengerjakan tugas matematika. Semua siswi yang ada di kelas itu duduk di bangkunya masing-masing dan menunggu wali kelas yang akan datang bersama dengan teman baru mereka.
Langkah kaki Anggika berjalan bersamaan dengan wali kelas ke kelas barunya yang didalamnya ada Revan dan Rintan. Harapan Anggika adalah dia bisa satu kelas dengan Revan karena dia melihat di seragam Revan tadi Revan adalah kelas 11 IPA.
Saat gadis cantik itu masuk kedalam kelasnya dia langsung mengembangkan senyumnya dan melambaikan tanganya ke Revan yang tengah memperhatikan kedatangannya ke dalam kelas. Wali kelas yang melihat hal itu dia menanyakan pada Anggika apakah sudah kenal dengan Revan terlebih dahulu.
"Tadi yang bernama Revan itu mengantar saya sampai ke ruang guru," ujar Anggika pada wali kelasnya itu.
Ibu guru wali kelas itu menganggukkan kepalanya paham dan kemudian meminta Anggika untuk memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama aku Anggika Pravasanti, semoga bisa berteman baik dengan kalian semua," ucap Anggika memperkenalkan dirinya di depan semua teman-teman barunya itu.
"Salam kenal Anggika," sahut seisi kelas serempak pada Anggika.