Jam istirahat dibuat Revan untuk makan siang sendiri tanpa satu teman pun yang menemani dirinya. Sedangkan Anggika sekarang tengah berjalan dari koridor menuju ke kantin untuk mencari keberadaan Revan.
Langkahnya terhenti diujung kantin dan sepasang manik matanya mendapati seorang siswa laki-laki yang sekarang tengah duduk di sebuah kursi kantin dan menunggu pesanan makanannya datang.
Namun Anggika mendadak merasa cemas ketika kedatangan seorang remaja laki-laki yang tidak lain adalah Marklee bersama dengan kedua sahabat laki-lakinya yang tidak lain adalah Dion dan Raka yang sekarang tengah berjalan menuju ke kursi kantin yang sekarang tengah di duduki oleh Revan.
Dengan langkah cepat gadis cantik itu berjalan menghampiri Revan dan langsung mengambil tempat duduk yang berada di depan Revan sehingga Marklee dan kedua sahabatnya itu tidak bisa mendekat lagi atau pun mengganggu Revan.
Revan seketika terkejut dengan kedatangan Anggika dan dia ingin berdiri dari duduknya serta melenggang pergi dari hadapan gadis cantik itu namun dengan cepat Anggika memegang tangan kanan Revan yang ditaruh di atas meja.
Marklee yang mengetahui adanya Anggika di depan Revan, dia kemudian enggan untuk menghampiri remaja laki-laki itu dan kemudian memilih untuk mengambil kursi yang lain dan membatalkan rencananya untuk mengerjai Revan terlebih dahulu, sebab masih ada gadis itu yang selalu melindungi Reva dan tidak mempunyai rasa takut pada dirinya.
"Kenapa malah duduk di sini? Tadi katanya mau sengaja menumpahkan jus strawberry ini ke seragam si cupu itu?" tanya Raka pada Marklee.
"Kamu enggak lihat di sana ada Anggika? Dan kalau sampai aku melakukan hal itu pada Revan, sama saja aku menggali lubang untuk diriku sendiri," jawab Marklee apa adanya pada Raka dan kemudian Raka serta Dion menganggukkan kepalanya paham dan memilih untuk memesan makanan di kantin itu.
Anggika yang melirik ketika remaja laki-laki yang sekarang tengah duduk di kursi yang tidak jauh dari tempat duduknya sekarang, dia mengembangkan kedua sudut bibirnya dan yakin bahwa apa yang dilakukan ini akan berefek baik pada Revan.
Anggika tidak peduli apa yang akan dikatakan Revan pada dirinya yang terpenting sekarang dirinya bisa melindungi remaja laki-laki itu yang setiap dibully selalu diam dan tidak membalas.
"Kamu ada perlu apa tiba-tiba duduk di depan aku?" tanya Revan pada Anggika.
"Aku cuma pengen makan siang sama kamu, masa itu sebuah kesalahan?" tanya balik Anggika pada Revan.
"Kamu tahu enggak kemarin itu aku sempat sakit, dan langsung sembuh seketika setelah kamu menelepon," tambah Anggika pada Revan.
Revan yang mendengar hal itu terucap dari mulut gadis cantik itu dia seketika terdiam dan tidak membalas kapan itu, namun dalam hatinya dia merasa senang karena gadis cantik itu bisa sembuh dan sekarang sekolah seperti biasa.
"Dari tadi diam saja, kamu sariawan ya?" tanya Anggika pada Revan.
Revan masih terdiam gambar makanan yang dipesan sekarang sudah berada di depannya dan dia memulai untuk makan tanpa menawari Anggika ataupun memesankan untuk gadis itu.
Anggika memilih untuk memesan makanannya sendiri dan kemudian dia baha di meja Revan dan makan berdua bersama dengan remaja laki-laki itu. Revan terdiam dan membiarkan gadis itu makan di depan dirinya dan tidak berniat untuk meminta Anggika pergi dari hadapannya.
Anggika memiliki rencana yang bagus dan dia mencobanya dan jika berhasil Revan pasti akan mengesankan minuman untuknya dan langsung memberikan minuman itu untuknya.
Anggika berpura-pura tersedap dan Revan mengetahui bahwa gadis itu tidak membeli minuman dia langsung memberikan minuman yang tadinya dia pesan untuk dirinya sekarang dia berikan untuk Anggika.
"Kalau makan pelan-pelan," ucap Revan pada Anggika.
"Maaf takutnya kamu keburu minta aku pergi dari sini," sahut Anggika berminta maaf pada Revan.
"Jangan meminta maaf. Kamu nggak salah," ucap Revan pada Anggika.
"Tapi kenapa diam aja dari tadi? Masih belum memaafkan aku dan masih saja marah kah?" tanya Anggika pada Revan.
Revan kembali melanjutkan aktivitas makannya dan Anggika mengembangkan kedua sudut bibirnya mengulas senyuman bahagia karena meskipun Revan masih belum sepenuhnya menerima dirinya kembali menjadi teman Revan, namun remaja laki-laki itu masih tetap memperhatikan dirinya.
"Terimakasih banyak untuk airnya," ujar Anggika berterima kasih kepada Revan karena telah memberikan jus yang segar dan enak itu untuknya yang hanya berpura-pura tersedak.
Revan hanya meliriknya sekilas dan kemudian melanjutkan makannya sampai bel berbunyi. Anggika merasa senang dan puas akhirnya bisa membatalkan serta membuat Marklee pergi dari kantin bersama dengan kedua sahabat laki-lakinya tanpa mengganggu ataupun mengerjai Revan yang tengah makan siang dengan tenang.
"Boleh nggak kembali kekelas berdua?" tanya Anggika pada Revan.
Revan tidak menjawab pertanyaan dari Anggika dia langsung melangkahkan kakinya dengan dan pergi begitu saja berjalan mendahului gadis itu.
Anggika menyusul Revan dan menyamakan langkah kakinya sembari tersenyum lebar dan merasa hari ini begitu membahagiakan untuk dirinya.
Sementara itu Rintan dan Devika yang sekarang tengah berdiri di ambang pintu menunggu kedatangan Revan untuk kembali ke kelas, mereka berdua seketika langsung balik badan dan berjalan cepat menuju ke bangkunya, karena mereka melihat Revan tengah berjalan bersama dengan Anggika.
"Anggika lagi, Anggika lagi. Kenapa sih di mana-mana selalu saja ada cewek itu, pakai nempel-nempel segala pada Revan," gerutu Devika pada Rintan sembari memperhatikan ke 2 siswa siswi yang sekarang berjalan bersamaan masuk ke dalam kelas.
"Kita biarin saja sampai mereka berdua mendapatkan balasan dari aku dan aku tidak akan pernah membiarkan Revan hidup tenang, apalagi Anggika yang selalu sok menjadi jagoan dan dengan mudahnya menyindir kita bahwa kita itu bodoh," sahut Rintan pada Devika sembari memasang ekspresi wajahnya yang terlihat sangat benci dan kesal pada Revan dan Anggika.
Winda yang mendengar hal itu dengan jelas dia memilih untuk diam daripada ikut campur, dan menasehati kedua sahabat gadisnya, itu yang sama saja. Dari dulu saat dia menuturi malah dimarahin balik, bahkan dianggap tidak menghargai dan malah membela Revan.
Padahal sebenarnya dia melakukan hal itu untuk kebaikan kedua sahabat gadisnya itu yang sudah melakukan kesalahan besar sampai membeli teman satu kelasnya terutama Revan.
Anggika melirik sekilas ke arah kedua seseorang sisi yang sekarang tengah memperhatikan dirinya dengan tatapan sinis serta sangat terlihat benci pada dirinya.
Anggika tidak meladeni hal itu dan dia memilih untuk mendudukkan dirinya di bangkunya, tepatnya di belakang tempat duduk Revan. Anggika mengeluarkan buku paketnya serta buku tulis untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di jam sekarang sampai pulang nanti.
Beberapa detik setelah dia memasuki kelas itu akhirnya guru mata pelajaran sekarang sudah datang dan kegiatan pembelajaran dimulai.
"Anak-anak bekas kalian Minggu kemarin harap dikumpulkan sekarang, karena ibu guru sedang memberikan waktu satu minggu untuk mengerjakan tugas itu. Winda, tolong kamu ambil semua buku tugas teman-teman kamu dan berikan ke saya sekarang," ujar ibu guru itu pada Winda dan juga seluruh siswa-siswi yang ada di kelas Revan.
Winda menganggukkan kepalanya mengiyakan dan kemudian mengambil buku tugasnya sendiri dan berdiri dari duduknya untuk berputar mengambil satu persatu buku tugas temannya.