Malam hari yang penuh dengan embusan angin sepoi-sepoi menambah suasana di rumah Revan menjadi dingin. Remaja laki-laki itu sekarang telah berada di dapur membuatkan teh hangat untuk ayahnya dan juga untuk dirinya sendiri.
Di sela dia tengah membuatkan teh hangat untuk ayahnya dan juga untuk dirinya sendiri, Revan membuka bukunya dan mengerjakan tugas yang besok akan dikumpulkan di pagi hari.
Berhubung besok ada mata pelajaran olahraga dan harus memakai seragam olahraga sekaligus ke lapangan untuk mata pelajaran olahraga dia menyiapkan semuanya dari sekarang dan ketepatan selesai dia langsung kembali membuat teh itu.
Suara sulingan pancing berbunyi tanda air yang direbus sudah matang. Revan mengambil gelas di lemari khusus gelas dan setelah itu mengambil gula dan mulai membuat teh. Tidak membutuhkan waktu lama remaja laki-laki itu sudah selesai membuat teh dan diantar ke ayahnya yang tengah menonton televisi di kamar.
"Ini tehnya Yah," ujar Revan pada Prapto dengan ramah dan sopan sembari meletakkan minuman hati itu di atas meja ayahnya.
"Kamu juga membuat teh juga kan?" tanya Prapto pada putranya itu.
"Iya Yah," jawab Revan sembari pengembangan kedua sudut bibirnya mengulas sebuah senyuman hangat untuk ayahnya.
Selesai itu dia kemudian kembali belajar sampai selesai dan dia tidak langsung tidur karena masih memainkan handphonenya. Dia membuka room chatnya dan paling banyak adalah chat dari Anggika.
Revan serasa tidak ingin membuka handphone di kala gadis cantik itu mencoba mengirimkan banyak pesan untuk dirinya. Remaja laki-laki itu menaruh handphonenya di atas meja dan kemudian dia menyandarkan tubuhnya di kasurnya, sembari memejamkan matanya dan melipat kedua tangannya di depan dada untuk menenangkan dirinya sendiri dari semua pikiran yang memenuhi kepalanya.
Beberapa detik kemudian Revan kembali membuka kedua matanya dan kemudian mengambil handphonenya yang ada di atas meja. Revan membaca pesan dari Anggika namun tidak dia balas.
"Revan maafin aku,"
"Marahnya jangan lama-lama, aku nggak punya teman nanti,"
"Maaf,"
Dan berbagai alasan lainnya tentang Anggika yang yang mencoba meminta maaf pada Revan padahal sudah dimaafkan oleh remaja laki-laki itu tapi dirinya tetap tidak diperbolehkan lagi oleh Revan untuk berteman dengan Revan.
Di seberang sana gadis cantik yang sekarang telah duduk di ruang tengah dia membuka handphone-nya dan melihat bahwa chat yang dia kirimkan untuk Revan telah dibaca baru saja.
Anggika kembali mengirimkan pesan dan dia meminta untuk Revan agar segera membalasnya dan tidak hanya dibaca saja. Revan hanya terdiam dan membaca setiap pesan yang dikirimkan gadis cantik itu pada dirinya.
"Dibaca doang? Pasti kamu sekarang sudah selesai belajar makanya pesan aku dibaca, tapi kapan balasnya?"
Anggika mengetik lagi dan Revan hanya membacanya tidak berniat untuk membalasnya. Seperti apa yang dikatakan Revan sebelumnya pada Anggika bahwa dirinya tidak ingin bahwa Anggika akan seperti dirinya yang dibully oleh Rintan dan Marklee.
"Kamu kan bilang ke aku kalau nggak boleh dekat tapi kalau chatting berarti boleh kan?"
Tidak sadar Revan mengulas sebuah senyuman kecil dan dia merasa bahwa gadis cantik ini memang benar-benar ingin dekat dengannya dan tidak ingin jauh darinya.
Namun remaja laki-laki itu kembali lagi pada apa yang dia putuskan bahwa Anggika harus menjauh dari dirinya. Revan kemudian memutuskan untuk tidur dan menaruh handphonenya di atas meja.
Anggika yang di sana tengah menunggu balasan dari dirinya sampai pandangan gadis cantik itu tidak lepas dari room chatnya dengan Revan. Beberapa menit kemudian Anggika memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan segera tidur.
Anggika hanya menghela nafas pelan apalagi yang harus dilakukan agar Revan kembali menerimanya sebagai teman dan bersama-sama kembali seperti hari-hari sebelumnya di saat dia belum ada masalah dengan Revan.
"Aku akan tetap menunggu kamu sampai kamu kembali lagi dan mau berteman denganku," gumam gadis cantik itu dan kemudian memejamkan matanya tidur.
**
*
*
*
Hari yang cerah disambut oleh seorang siswi perempuan yang tidak lain adalah Rintan di mana gadis cantik itu sekarang tengah sarapan pagi bersama dengan mama dan papanya.
Berbagai hidangan sarapan mewah khusus untuk dirinya dan juga kedua orang tuanya disiapkan oleh para asistennya di meja makannya.
"Hari ini kamu ada mata pelajaran apa aja sayang?" tanya Adi pada putri cantiknya itu yang sekarang tengah memakan roti selai coklat.
Rintan menghabiskan roti yang masih di akunya di dalam mulutnya dan baru setelah itu dia minum air putih setelahnya dia menjawab pertanyaan yang dilontarkan papanya itu pada dirinya.
"Olahraga pah," jawab Rintan apa adanya pada papanya.
"Olahraga? Jadi sarapan pagi hari ini kamu harus dicukupi dan minum air putih yang banyak agar nanti tidak mudah lelah dan badan kamu tetap sehat," ujar paruh baya laki-laki itu pada putrinya.
"Iya papa kamu benar, makannya ditambah lagi," ucap Rani pada Rintan sembari mengambilkan roti tawar lagi untuk Rintan.
Rintan malah mengembalikan roti tawar ibu lagi ke tempatnya dan dia meminum susu yang dibuatkan mamanya itu untuk dirinya.
"Rintan udah habis roti tawar banyak mah jadi Rintan udah kekenyangan," sahut Rintan pada mamanya sembari mengembangkan senyum manisnya.
Rani dan Adi menganggukkan kepala mereka mengiyakan saja dan kemudian meminta putri cantiknya itu agar segera berangkat ke sekolah karena waktu terus berjalan takutnya akan telat ke sekolah.
Rintan berjalan keluar rumah nya dan meminta pak sopir yang biasa mengantarnya itu segera menyiapkan mobilnya karena sebentar lagi dia akan berangkat ke sekolah.
Tidak membutuhkan lama untuk menyiapkan mobil pak sopir kemudian meminta Rintan untuk segera masuk ke dalam mobil dan segera diantar ke sekolah.
"Sebelumnya kita ke Indomaret dulu ya pak, saya mau beli minuman yogurt," ujar Rintan pada paruh baya itu dan dijawab anggukan paham.
Jarak Indomaret itu dari rumahnya lumayan dekat dan sekarang dia sudah sampai di Indomaret itu. Saat gadis cantik itu melangkahkan kakinya keluar mobil dirinya melihat sebuah motor yang seharusnya tidak asing dan sering dilihat di sekolah.
Rintan mengamati motor itu dan terdiam sembari berpikir milik siapakah motor yang sepertinya familiar untuk dirinya.
"Motor si cupu bukan sih? Tapi dia ngapain ke sini? Apa punya uang?" gumam Rintan bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Untuk menjawab semua rasa penasarannya itu, Rintan memutuskan untuk segera masuk ke dalam Indomaret dan melihat apakah di dalamnya apakah Revan.
Saat beberapa langkah gadis cantik itu memutari Indomaret, langkahnya terhenti dan dia menutup mulutnya yang sangat terbuka karena terkejut benar di dalam Indomaret ada Revan.
Revan yang juga menyadari kehadiran Rintan dia hanya bisa menoleh sebentar dan kemudian mengalihkan pandangannya lagi dan melanjutkan langkahnya berjalan menuju pasir untuk membayar minuman dan makanan dia beli.
"Berhenti di situ lo cupu," ujar Rintan pada Revan dan berhasil membuat remaja laki-laki itu menghentikan langkahnya.
Rintan berjalan menghampiri Revan dan berdiri tepat di hadapan remaja laki-laki itu. Sepasang manik mata gadis cantik itu mendapat Revan membeli sebuah minuman dan juga makanan.
"Mampu beli emangnya?" tanya Rintan pada Revan.
Revan diam dan hanya mengembangkan senyum tipisnya. Remaja laki-laki itu membalikan badannya dan berjalan menuju kasir tidak memperdulikan Rintan.
"Aku belum selesai ngomongnya!!"