Memegang lebih dulu lengan gagah milik Felix, lengan dengan otot menyembul itu kini digenggamannya.
Dug…. Dug….
Jantung Felix berdetak kencang, ia bisa merasakan sentuhan tangan lembut Zava menyentuh kulitnya yang hangat, tangan wanita itu terasa dingin.
Dan Zava semakin mendekat, membiarkan buah dadanya menyentuh kulit Felix, ia bersandar dan berpaut pada lengan kekar itu.
"Dingin yah…," ujar Zava, hembusan nafas itu terasa menerpa kaos yang Felix kenakan.
Yah, jas laki-laki itu sudah dibukanya lebih dulu, sebelum ia akhirnya duduk di tepi kolam renang.
Ucapan itu membuat naluri Felix bangkit seketika, bagaimana tidak, ia laki-laki tulen yang masih sangat normal.
Ditambah lagi ia sedang menjomblo 3 Minggu, tak munafik jika Felix masih memiliki beberapa kekasih simpanan, tapi itu hanya untuk kesenangan semata.
Sedangkan kekasih resmi nya baru saja pergi meninggalkannya, meninggalkannya dan bertunangan dengan pengusaha lain.
"Kau belum menjawab pertanyaan ku, Zava," ucap Felix dengan meraih tangan Zava yang berpaut pada lengannya.
Zava mengangkat dahinya, "Pertanyaan?" tanya Zava memperjelas.
Felix menganggukkan kepalanya.
Zava menggelengkan kepalanya, seolah ia ingin mendengar ulang pertanyaan yang dimaksud oleh Felix.
"Ah sudah, lupakan!" Ucap Felix yang terlihat sedikit kesal.
Membuat pegangan Zava terlepas, "It's ok," ungkap Zava singkat.
Zara berdiri lebih dulu, mengangkat gaun cantiknya, dan menjinjing high heels hitam setinggi 7 Senti, ia tampak ingin meninggalkan Felix lebih dulu.
"Tunggu!" tarik Felix pada tangan kanan Zava, laki-laki itu ikut bangkit dan melangkah cepat menyusul langkah Zava yang sudah sedikit berjarak.
"Tunggu Zava," pinta Felix kedua kalinya, laki-laki itu tiba-tiba memeluk tubuh Zava dari belakang, ia seolah tak bisa mengendalikan perasaannya lagi.
Berbisik pada sebelah kuping Zava, "Apa kau harus menuruti semua larangan keluarga Tante Ros?" tanya Felix dengan suara lembut, hembusan nafas Felix terasa hangat di kuping Zava, juga di sebelah lehernya.
Bahu datar, dengan gaun bertali halus itu terasa nyaman dengan tiap hembusan nafas Felix, juga tubuh Zava yang merasakan enaknya dipeluk hangat oleh Felix.
Felix melepaskan pelukannya pada pinggang Zava, ia beranjak sebentar, dan meraih jas hitamnya, memakaikannya pada tubuh molek Zava.
Membuat Zava tersenyum bahagia, pipi Zava kali ini ikut merona, ia benar-benar merasa hangat dan senang.
Senyum, senyum penuh maksud itu terpancar di wajah keduanya.
"Aku mau ganti baju," ucap Zava dengan ikut berbisik pada kuping Felix.
Felix menganggukkan kepalanya, ia membalas senyuman atau godaan yang diberikan padanya.
"Kau cantik sekali jika tersenyum begitu," puji Felix dengan mencium jemari Zava.
Zava mengedipkan sebelah matanya, dan tak diduga, Zava menarik tangan Felix.
"Wow…. Maksudmu?" tanya Felix yang kaget, mendapati tarikan paksa dari Zava.
"No...no...no, are you sure?" tanya Felix.
Zava tersenyum,
Ia mengajak Felix untuk mengikuti langkahnya, tak salah lagi sepertinya Zava mengajak Felix untuk menemaninya berganti pakaian, atau mungkin ini akan menjadi kencan pertama mereka yang berakhir diatas ranjang.
Sesuatu yang benar-benar diinginkan dan di idamkan Felix selama ini.
'Jika benar malam ini akan indah, maka aku akan memutuskan ke tiga simpanan ku sekaligus,' desis Felix dalam hati.
Pria keturunan Tionghoa itu terlihat sangat berharap akan hubungannya bisa serius dengan Zava, atau setidaknya bisa memiliki Zava.
Zava menuntun langkah lebih dulu, melirik sekitar dan memastikan aman, ia mengajak Felix menaiki anak tangga bersama-sama.