Dengan menggandeng mesra lengan gagah Felix, "Ayo...! Mas," ajak Zava.
Tentu ajakan itu tak ditolak oleh Felix, ia nampak bersemangat menaiki anak tangga.
Tap….tap…
Suara pelan langkah kaki keduanya,
Dan tiba di pintu kamar.
"Nyonya, sa...saya…," ucap pelayan rumah tangga yang kaget, berpapasan dengan Zava juga tuan Felix.
Zava memelototkan matanya, dan ia segera menarik Felix dengan buru-buru.
Tak bodoh, Felix mengeluarkan beberapa gepok uang pecahan merah, dan melemparkannya pada si asisten rumah tangga.
Membuat asisten rumah tangga itu seolah mengerti, dan cepat-cepat kabur.
Hahaha…
Suara Zava tertawa kecil,
Sementara itu, terdengar suara.
"Agh…. Mas, agh…. Agh….," Suara desahan itu terdengar sayup-sayup.
"Ayo sayang, jepit…. Jepit…"
"Agh…. Auww…, a… aku lemas,"
"Ayolah sayang, ini masih awal,"
"Mas, mas, auwhhh… aghh…,"
Suara desahan itu semakin menjadi-jadi, dan itu terdengar di kuping Zava juga mungkin Felix.
Felix melemparkan senyuman pada Zava, keduanya sudah sama-sama dewasa dan paham akan suara seperti itu.
"Apa kau lebih menantang dari suara itu?" tanya Felix yang berbisik di kuping Zava.
Zava mengangkat tangannya, menunjukkan telunjuknya, dan meletakkannya di depan bibir sensual Felix.
"Aku lebih Hota dari itu," jawab Zava dengan sangat percaya diri.
Membuat Felix menjadi tegang seketika, pria itu tak bisa membohongi, jagoannya sudah menegang Sedari tadi, dan membutuhkan belaian lembut juga tempat istirahat yang cocok dan memanjakannya.
Zava memutar anak kunci, membuka pintu kamarnya dengan pelan-pelan.
Betapa kagetnya Zava, mendapati Richard yang sedang tertelungkup di atas ranjangnya.
Ia cepat-cepat menutup kembali pintu kamarnya, sebelum Felix mengetahui isi kamarnya.
Brukkk….
Suara hentakan pintu itu membuat Felix menaruh perhatian, "Ada apa?" tanya Felix yang memanjangkan kepalanya.
Zava menggelengkan kepalanya, "Hmm… sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk kita," ucap Zava yang sedikit panik.
Felix memelototkan matanya, ia juga membuka lebar-lebar kupingnya, mendekatkan pendengarannya pada Zava.
Wanita itu semakin kuat memegangi handle pintu kamarnya, tak membiarkan Felix memaksanya membuka pintu.
"Apa kau ingin ke apartemen ku?" tanya Felix dengan nada mengajak.
"Hmmm… no problem, but not now," jawab Zava dengan suara pelan.
"Why… Darling?" wajah Felix tampak kecewa, bagaimana tidak, ia harus menahan rasa sakit yang membuat keringatnya sekarang panas dingin.
Benda itu sudah sangat mengeras dan butuh tempat, tapi Zava hanya mempermainkannya saja.
Kecewa, yah… itu tampak jelas di wajah Felix.
"Besok malam, aku akan ke apartemen mu," bisik Zava.
Tak hanya itu, Zava mengakhirinya dengan mencium ujung bibir Felix, ia memeluk Felix dengan mengejutkan, dan sengaja membiarkan benda Felix tergesek-gesek dengan pinggulnya yang berisi.
Aroma tubuh Zava yang harum semakin membuat Felix tak sabar, tak sabar ingin bermalam dengan kekasih gelapnya itu.
"Agh...," desah Zava pelan.
Felix tentu menyambut dengan cepat ciuman Zava, dan membalasnya dengan kecupan hangat, memberikan gigitan kecil pada bibir Zava.
Zava terus memeluk erat tubuh Felix, ia hampir saja membuat pinu kamarnya terbuka, tapi beruntung Richard didalam sedikit bersabar menunggunya.
Kring...
Kring...
Suara ponsel berbunyi, tak salah lagi, itu bukan ponsel genggam milik Zava. Melainkan milik seseorang.
Seseorang, yah Richard, nampaknya ia dengan sengaja mengganggu momentum kebersamaan Zava juga Felix.
Zava harus melepaskan diri dari Felix segera, ia juga berusaha meminta Felix bersabar.
"Besok aku akan ke apartemen mu,"
Felix menggelengkan kepalanya, "Kenapa harus besok?" tanya Felix dengan wajah memelas.
"Karena… aku masih ada tamu," goda Zava.
Membuat Felix tersenyum, senyum bahagia.
Felix mengeluarkan kartu namanya, disana tertulis lengkap jabatan, kontak juga alamat yang Felix maksud untuk Zava datangi.
Terpaksa malam ini Felix harus menemui salah satu kekasih simpanannya untuk menyelamatkan jagoannya yang sudah sangat darurat.
Zava melambaikan tangannya, dan mengedipkan sebelah matanya pada Felix.