Sang Mentari semakin menyembunyikan diri, merendah untuk menunjukkan kepada dunia akan indahnya sang malam. Langit berwarna oranye dengan senandung adzan maghrib saling sahut mengingatkan ibadah. Sayangnya, indahnya senja tak bisa dinikmati oleh para anggota osis karena sibuk tak ketulungan. Tak terkecuali dengan Raefal, sang ketua osis yang lebih sibuk dari siapapun. Tugasnya sebagai penanggung jawab acara membuatnya membawa beban berat pada pundak gagahnya untuk mensukseskan acara hari guru sekolah ini.
Hari Guru adalah hari paling dinantikan semua murid karena kemeriahannya yang mengalahkan pensi sekolahan. Biasanya, sekolah akan mengadakan acara di outdoor seperti garden party dengan tujuan mendekatkan guru dan muridnya. Itulah kenapa para anggota osis merelakan dirinya tidak mengikuti pelajaran sekolah dan pulang malam untuk acara ini.
Sudah hampir 4 hari Raefal pulang larut malam. Tubuhnya juga sudah cukup lelah sebenarnya, tetapi ia tak boleh mengeluh karena tak hanya dirinya yang merasakan lelah tersebut. Raefal sibuk dengan data kendaraan yang akan digunakan dan pembagian kelasnya hingga tak menyadari Adzan Maghrib sampai harus diingatkan oleh sekretarisnya, Vesta.
"Udah maghrib." bisik Vesta mengejutkan Raefal.
"Ah, iya yang lain suruh istirahat dulu aja ehm setengah jam." perintah Raefal yang langsung dipatuhi oleh Vesta.
Setelah memberikan perintah tersebut, Raefal kembali berkutat dengan kertas-kertas tugasnya, sesekali ia juga menelfon seseorang untuk memastikan ketersediaan barang dan lainnya.
"Gak sholat lo bro?!" sapa Jerri, sahabatnya yang sekaligus adalah wakil ketua osis.
"Emang lo pernah liat gue sholat?" balas Raefal dengan kekehan.
"Gila lo, islam KTP beneran."kata Jerri sembari memukul ringan punggung Raefal.
Raefal melirik sahabatnya,lalu mencoba tiba-tiba mendapatkan sebuah ite cemerlang agar dirinya bisa pulang lebih cepat."Bantuin gue lah biar cepat balik,nanti lo gue beliin makanan deh. Mau apa lo? seblak?"
Jerri melotot menatap Raefal yang sedang memasang muka melasnya. Sayangnya, bukannya kasihan dirinya malah merasa jijik.
"Lo kira gue cewek sampai bisa disogok seblak?" protes Jerri.
Raefal hanya berdecak. Ia harus pulang lebih cepat hari ini karena rasa rindunya kepada Cyra sudah tak tertahankan. Rasanya, ia ingin segera melihat gadis itu marah-marah kepadanya. Membayangkan Cyra meliriknya dengan sadis seakan membunuhnya membuat Raefal tak menyadari bahwa ia sudah seperti orang gila karena tersenyum tanpa sebab. Bahkan, sesekali tertawa kecil.
"Cyra berulah lagi." kata Jerri disebelahnya yang sudah paham betul akan apa yang ada di lamunan sahabatnya.
Raefal tersadar begitu mendengar kata 'Cyra'
"Berulah kenapa?" tanya Raefal.
Jerri merinding. "Damage nya gila. Sampai bisa bikin lo senyum-senyum kesetanan. hihh..."
Raefal menjitak kepala Jerri hinggalaki-laki itu mengadu kesakitan. Tiba-tiba, Vista datang dengan wajah yang cukup panik dan sedikit tergesa.
"Cyra berulah lagi." kata Vista membuat Raefal juga ingin menjitaknya.
"Gak usah bikin malu gue. Iya, gue kesetanan karena Cyra kenapa?!" marah Raefal.
Vista menatapnya tak paham. "itu, Cyra lagi berantem sama Rania."
Mata Raefal membulat sempurna menatap Vista penuh tanya.
"Di deket musholla." kata Vista seakan memahami pertanyaan Raefal yang tak terlontar.
Raefal tak banyak pikir panjang lagi, ia langsung berlari ke tempat yang dimaksud hingga meninggalkan ponselnya begitu saja.
***
Hari ini, Cyra pulang agak lambat karena ada bimbingan lomba fisika yang akan diadakan tiga hari lagi. Lomba tingkat provinsi yang sudah sangat sering ia ikuti. Partner nya tahun ini adalah Rania, gadis pintar yang cukup sombong. Memang, Rania memiliki banyak medali juga di sekolah ini walaupun tak sebanyak Cyra. Tetapi, gadis itu sangat sombong dan tak ingin terkalahkan oleh siapapun sehingga tak menyukai Cyra.
Melihat Cyra menang, maka ia akan marah-marah tak jelas. Bahkan, melihat Cyra menjadi pusat perhatian dirinya jadi semakin benci kepada gadis gila tersebut.
Keduanya sedang berwudhu untuk melaksanakan sholat maghrib sampai akhirnya, Rania dengan sengaja menyenggol Cyra hingga gadis itu terpeleset.
Cyra yang jatuh hanya terdiam dan bangkit seakan tak terjadi apapun. Ia mengulang wudhunya lalu sholat maghrib di dalam musholla. Setelah menunaikan sholat maghrib, ia melihat Rania yang sedari tadi masih berdandan memperbaiki tatanan rambutnya.
Cyra menunjukkan seringaiannya lalu berdiri di pintu keluar musholla. Saat Rania berjalan melewatinya, ia sengaja membuat gadis itu terjatuh dengan menjegal langkah Rania hingga dagunya sedikit lebam terkena keramik musholla.
Rania menangis histeris lalu memaki Cyra tanpa ampun. "Lo gila? Oh iya gue lupa lo emang gila sampai berani bikin gue jatuh kayak gini, lo pikir gak sakit apa?! sumpah lo jahat banget. Akhlak lo benar-benar rendah banget. Gak malu sama hijab lo apa? yakin lo pakai hijab buat hijrah, bukan buat cari sensasi sama perhatian Raefal?!"
Cyra meliriknya tajam tidak memperdulikan keadaan sekitar yang menatapnya jijik. Ia membenarkan hijabnya sebentar. Lalu menyeringai dingin. Smirknya terlihat mematikan dan akan membekukan siapapun.
Cyra maju selangkah, mendekatkan bibirnya dengan telinga Rania lalu berbisik. "Aku pakai hijab bukan berarti diam saat diinjak."
"Ra! cukup. Jangan cari masalah lagi.." Raefal entah datang kapan dan darimana tiba-tiba sudah muncul di sebelahnya dan menggenggam jemarinya. Cyra hanya meliriknya malas. Ia tidak butuh orang yang tidak mempercayainya.
"Aku percaya, kamu punya alasan ngelakuin ini. Tapi gak seharusnya kamu balas kayak gini." tegur Raefal membuat Cyra merasa jengah.
"Ini lebih baik daripada ku doakan dia untuk lumpuh. Attitude ku adalah urusanku, kalian gak ada hak sama sekali untuk mengatur." kata Cyra lalu meninggalkan semuanya dengan langkah percaya diri ditengah tatapan jijik yang mengarah padanya.
***
"Kamu marah?" tanya Raefal dengan langkah yang terus-menerus mengikuti Cyra.
Dari mulai Cyra ijin pulang lebih cepat kepada guru pembimbingnya, Cyra ke kamar mandi, sampai saat ini ia sedang menunggu jemputan Raefal masih saja mengoceh tanpa henti membuatnya sangat jengah.
"Jangan diem aja. Kamu marah kan sama aku?" tanya Raefal lagi.
Cyra yang kesabarannya mulai habis menoleh. Menatap tajam Raefal lalu mengedarkan pandangannya kepada sang bulan. Itu, ada dirinya sedang bersinar.
"Ra?"
"Diem! Mulai besok, jangan ganggu aku lagi." peringat Cyra.