3-
Wajahnya terlihat tidak suka dengan sosok pria yang menjulang tinggi, berdiri tepat di depannya. Pria yang Cyra akui tampan, namun membuatnya merasa sangat muak.
Selama ini, Cyra merasa tenang karena tidak perlu berurusan lagi dengan Raefal. Entah apa yang sedang takdir siapkan untuknya sehingga harus bertemu kembali dengan pria menyebalkan dan tidak tahu sopan santun itu.
"Buka cadarmu, Ra. Aku kangen banget sama kamu." Kata Raefal, membuat Cyra semakin mendelik tajam.
Raefal benar-benar lebih menyebalkan dari terakhir kali mereka bertemu sewaktu sekolah menengah atas dulu. Pria itu sekarang semakin tidak tahu sopan santun.
Merasa malas menanggapi, Cyra berdiri. Tingginya yang hanya sedada Raefal membuat gadis itu harus mendongak demi melihat wajah seseorang yang sedang Cyra ajak bicara.
"Minggir." Geram Cyra dingin dan sangat tajam.
Di sisi lain, Raefal juga merasakan hal yang sama. Dia ikut geram. Ya, geram karena cadar yang menutupi perempuan di depannya ini. Dia ingin menyingkapnya, kemudian melihat secara jelas wajah Cyra.
"Bertahun-tahun aku cari kamu Ra... aku rindu Ra." Kata Raefal, membuat bola mata Cyra berputar sangat malas.
"Minggir." Desis Cyra lagi.
Saat Cyra berniat melangkah untuk menghindari Raefal, pria berambut coklat terang tersebut justru menghadangnya. Tubuhnya yang menjulang sangat tinggi berada di depan Cyra bagaikan tembok kokoh yang tak terhindarkan.
Mendapati hal tersebut, Cyra menggeram pelan. Perempuan cantik bercadar hitam tersebut mendongak, menatap Raefal dengan tatapan bengisnya. Bibirnya sudah terkatup rapat dengan rahang yang mengetat sempurna, menyaratkan sebuah amarah.
"Kamu gak kangen aku Ra?" tanya Raefal tiba-tiba, membuat Cyra berdecak kesal. Apa tadi Raefal bilang? Kangen? Jangankan merindukan Raefal, mengingatnya saja tidak.
"Bahkan aku tidak mengingatmu." Jawab Cyra dengan suara rendahnya yang terdengar sangat dingin dan tidak berperasaan, berbeda jauh saat dia memegang mikrofon nya di atas panggung.
Raefal kira, Cyra sudah berubah menjadi perempuan hangat yang akan welcome terhadap siapapun. Tetapi, dugaan Raefal ternyata salah. Cyra justru semakin dingin dari terakhir kali mereka bertemu.
"Selama ini kamu dimana Ra? Aku cariin kamu." Kata Raefal lagi.
Cyra tertawa sinis mendengar hal itu. Di balik cadar hitam yang Cyra kenakan, gadis itu menyeringai tajam. Raefal meremehkannya. Pria yang berdiri di depannya ini sepertinya tidak tahu kalau sebenarnya Cyra ada di sekitarnya selama ini. Kalau sebenarnya, Cyra mengetahui semua tentang keburukan pria itu.
Bahkan, Cyra tahu betul Raefal tidak bersungguh-sungguh mencarinya. Karena jika memang Raefal benar-benar mencarinya, pria itu tidak akan menikah sebanyak dua kali.
"Pembohong." Sinis Cyra. Perempuan cantik itu melangkah mundur, meraih tas miliknya. Dia kemudian kembali di depan Raefal yang masih menghadangnya. Tidak mengijinkan Cyra untuk pergi dari sana.
Cyra tidak takut sedikitpun pada Raefal. Dia tidak takut jika pria itu melakukan hal menjijikan padanya. Hal itu karena Cyra sangat yakin Allah sedang bersamanya, menjaganya.
"Ra, kamu pasti sudah dengar tentang berita pernikahan aku ya—" kalimat Raefal terjeda sewaktu mendengar suara seseorang.
"Fal? Ternyata lo di sini?" suara Alzard, asisten pribadi Raefal sejak dahulu kala terdengar. Pria yang kini sudah matang, berada di usia tiga puluhan menghampiri Raefal.
Dia sedikit terkejut sewaktu melihat seorang perempuan bercadar di depan Raefal. Karena menurut sepengetahuan Alzard, Raedal tidak pernah kenal dengan perempuan bercadar. Kehidupan Raefal yang dapat dikatakan liar membuat orang-orang di sekitarnya tentu saja orang yang kurang baik dan membawa pengaruh yang cukup buruk.
"Fal, dia siapa?" tanya Alzard pada Raefal.
Alzard kini melirik perempuan tersebut, mengamatinya. Matanya yang tajam terlihat sangat dingin dan tidak berperasaan. Bahkan, melalui tatapan matanya saja Alzard jadi tahu bahwa perempuan itu memiliki sifat yang cuek.
"Hai, perkenalkan saya Alzard… asisten pribadi Raefal." Alzard memperkenalkan dirinya tanpa mengulurkan tangannya. Dia selalu bisa menempatkan dirinya dalam segala tempat, salah satunya untuk tidak menyentuh perempuan seperti di depannya.
Cyra kini melirik Alzard sejenak, kemudian menghela nafasnya. "Cyra." Jawab gadis itu datar.
Mendengar nama itu, Alzard terkejut. Dia tahu Raefal sedang mencari perempuan di depannya. Cinta yang sejak lama mendiami hati Raefal.
"Minggir!" sentak Cyra. Dia segera melangkah cepat menuju pintu melalui samping Alzard karena tahu Raefal tidak akan bisa menghadangnya. Namun, dugaanya salah.
Memang, Raefal tidak menghadangnya. Tetapi, tangan pria itu nyaris mencekal tangan Cyra, membuat Cyra memekik terkejut. "Astaghfirullah!" teriaknya.
Beruntung, Alzard segera menahan tangan Raefal sebelum sempat menyentuh Cyra. Perempuan bermata tajam itu terdiam beberapa saat, melihat Raefal dan Alzard yang sedang perang dingin melalui pandangan matanya.
Tak ingin berlama-lama, Cyra segera pergi dari sana, meninggalkan mereka berdua,
"Lo ganggu Alzard!" geram Raefal dengan tatapan mata tajamnya.
"Gue cuman ngelakuin tugas gue sebagai asiste pribadi lo." balas Alzard dengan santainya.
Raefal mendengus kesal. "Tugas lo bukan ikut campur dalam masalah percintaan gue! Gara-gara lo dia pergi sekarang! Shit! Lo gak tau susahnya gue buat ngobrol sama dia. Lo tahu sendiri kalau dia cuek bukan main." Kesal Raefal.
Dengan bola mata yang berputar malas, Alzard berujar. "Dia cuek karena dia paham agama, Raefal."