Chereads / Bidadari Surgaku / Chapter 21 - 6- Bermaksud Meminang Cyra

Chapter 21 - 6- Bermaksud Meminang Cyra

Suara seorang pria paruh baya yang terkenal sangat tegas dan bijak terdengar. Dengan menggandeng sang istri, pria paruh baya tersebut memasuki kediamannya, mengucapkan salam dengan segera.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..." teriak pria paruh baya tersebut.

Seisi rumah segera menjawabnya tanpa menunggu lama lagi. "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..."

"Siapa yang hamil di luar nik—" ucapan Chenand, ayah Cyra terhenti kala matanya tertuju pada seseorang yang sejak lama tidak dia jumpai.

Raefal Alvano, putra dari sahabatnya.

"Loh, Raefal?" Panggil Chenand dengan senyumnya yang berbinar.

Tak hanya Chenand yang senang melihat kedatangan Raefal, Civia juga ikut bahagia.

"Raefal? Sudah lama tidak bertemu." Katanya, menyambut pria itu dengan hangat.

Senyuman mereka tiba-tiba saja surut sewaktu menyadari bahwa wajah Raefal dan Calvin sama-sama kusut dan terluka.

Dipastikan, keduanya baru saja bertengkar hebat.

"Cyra? Kenapa tamunya gak dipersilahkan duduk? Ingat, kita harus menjamu dengan baik loh. Pahalanya besar." Kata Civia.

Dengan matanya yang tajam dan ucapannya yang ketus, Cyra menjawab. "Tamunya kurang ajar, Mom." Ujarnya, membuat Civia mendelik seketika.

"Cyra..." tegas Civia, memberi peringatan.

Cyra menghela napas berat, kemudian memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Duduk Raefal, Calvin... duduk... duduk sini. Bicarakan baik-baik, ada apa sebenarnya sampai kalian seperti ini?" Tanya Civia dengan lembut.

Chenand kini sudah berlalu setelah meminta ijin karena dirinya sakit pinggang. Maklum, sudah berumur.

"Raefal salah pah—" saat Calvin hendak menjelaskan, tiba-tiba saja Raefal memotong ucapannya.

"Maaf sebelumnya karena Raefal datang tiba-tiba. Bahkan, sampai membuat kekecauan..." Raefal meminta maaf, mencoba untuk mengembalikan citra baiknya di keluarga Cyra.

"Alhamdulillah sadar." Sindir Cyra, hingga membuat Civia mendelik tajam.

Raefal tidak tersinggung. Dia justru tersenyum karena tandanya, Cyra mendengarkan ucapannya.

"Raefal datang hanya ingin memastikan apakah Cyra sudah memiliki kekasih atau belum. Karena sesuai dengan ucapan Raefal beberapa tahun lalu, Raefal ingin meminang Cyra untuk Raefal..." jelas Raefal perlahan.

Civia menyimaknya, Cyra mendengus kesal, Calvin tertawa kecil.

"Tetapi, saat Raefal datang. Raefal justru melihat Calvin. Dan yang membuat Raefal kecewa adalah, Cyra hamil di luar nikah. Ini bukti test pack nya." Raefal meletakkan test pack yang tadi terjatuh dari saku Calvin di atas meja.

"Hamil di luar nikah? Calvin, jelaskan cepat!" Kata Civia pada pria berkulit putih pucat tersebut.

Calvin mengulum senyumnya, menepuk pundak Raefal. "Gue bukan mau nikung lo, Fal. Gue udah punya istri. Dan itu test pack gue... gue kesini mau ngasihin buku tentang fiqih wanita yang istri dapetin dari Mesir..."

"Istri gue temen Cyra pas di Mesir. Awalnya, gue mau kesini sama dia. Tapi, dia tadi muntah-muntah, eh ternyata alhamdulillah positif." Jelas Calvin, membuat Raefal menunduk malu.

Civia tertawa kecil mendengar hal itu. Dia menggeleng pelan, menatap Raefal yang kini terlihat malu.

"Lain kali, dibiasakan untuk husnudzon Raefal... agar tidak ceroboh seperti ini." Tutur Civia dengan suaranya yang sangat lembut.

Raefal yang tadinya malu kini terlihat kebingungan. "Husnudzon itu apa ya Tante?" Tanya pria tersebut.

"Berprasangka baik. Kebalikan dari suudzon. Walaupun sederhana, tetapi husnudzon banyak banget manfaatnya loh..."

"Salah satunya biar terhindari dari masalah." Jelas Civia, membuat Raefal merasa sangat malu.

Raefal menggaruk tengkuknya yang tak gatal, menggigit bibir bawahnya. "Astaga, ilmu Raefal sangat sedikit ya Tante? Raefal jadi malu." Katanya, membuat Civia hanya tersenyum simpul.

"Belajar, biar ilmunya banyak. Cyra pernah ngomong sama Tante... katanya, cowok tanpa ilmu agama itu nilainya nol di mata cewek..." kata Civia.

Raefal tersenyum hangat, mengangguk ringan. "Nanti Raefal akan belajar Tante. Terima kasih nasehatnya.. Raefal akan belajar agar bisa pantas untuk Cyra—"

"Belajar untuk mendapat ridha Allah, bukan untuk mendapatkanku!" Potong Cyra ketus, membuat Raefal tertawa kecil.

"Siap calon jodoh!"

***

***

Hari demi hari berlalu, Raefal terus saja mendatangi rumah Cyra dengan embel-embel silaturahim.

Dan hari ini, pagi-pagi sekali pria itu sudah berdiri di depan pintu rumah Cyra, berniat mengantarkan gadis itu ke kampus.

Jika biasanya Raefal datang sendiri, kali ini pria itu berdua dengan sosok bocah perempuan berusia delapan tahun yang ada di gendongannya.

Tok

Tok

Tok

"Assalamualaikum?" Teriak Raefal.

Tanpa menunggu waktu lama, Cyra kini keluar. Gadis itu sudah siap dengan rok panjang berwarna hitam polos yang dipadukan dengan kaos putih serta outer berwarna mocca.

Cyra tampak menawan. Raefal sampai merasa terpesona.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, ada apa?" Tanya Cyra dengan desisan tajamnya.

"Mau antar kamu. Aku tahu kamu pagi ini mau ngajar ngaji buat anak-anak kurang mampu 'kan?" Jawab Raefal.

Mata Cura berputar malas. "Tidak bisa. Berduaan itu hara-"

"Ada Teressa." Potong Raefal sembari melirik gadis kecil berusia delapan tahun di gendongannya.

Cyra menghela napasnya, melirik Teressa yang kini tengah melambaikan tangannya, menyapa Cyra. "Anak kamu?" Tanya Cyra pelan.

Raefal tertawa, menggeleng. "Bukan. Gimana aku mau punya anak kalau calon ibunya saja masih susah di dekati?"

"Siapa?" Tanya gadis itu lagi dengan suaranya yang sangat ketus.

"Kamu. Siapa lagi memangnya?"