Chereads / Bidadari Surgaku / Chapter 22 - 7- Mencuri Hati Cyra

Chapter 22 - 7- Mencuri Hati Cyra

7.

Sorot matanya yang sangat tajam kini semakin tajam seolah terasah. Perempuan cantik tersebut melirik seorang duda di dekatnya, kemudian menggeleng pelan.

"Aku selalu muak dan gak suka sama kamu. Kamu tahu? Kamu itu pengganggu." Desis Cyra, seolah menyuruh Raefal untuk mundur.

Cyra sejujurnya merasa muak dan jenuh. Kehadiran Raefal benar-benar mengusik hidup Cyra, membuatnya merasa sangat muak. Dia tidak tenang, takut Raefal akan bertindak gegabah. Bagaimanapun juga, pria itu sangatlah ceroboh dan seenaknya. Raefal cenderung berbuat tanpa berpikir dan itu membuat Cyra malas berdekatan dengan Raefal.

Tetapi, sialnya sang ibu justru seolah mendukung Raefal. Buktinya, Civia menyuruh Cyra untuk berangkat dengan Raefal. Berkali-kali Cyra membantah, Civia tetap saja keukeuh. Katanya, hanya Cyra yang bisa merubah Raefal menjadi lebih baik lagi.

"Maaf kalau aku pengganggu. Aku gak masalah kamu gak suka sama akua tau bahkan muak sama aku. Yang jelas, aku akan selalu berusaha buat dekat sama kamu. Bukankah Allah maha membolak-balikkan hati? Bisa saja suatu hari nanti kamu jatuh hati padaku." Balas Raefal disertai senyuman hangatnya.

Cyra berdecak kesal. Perempuan cantik itu kini menghentikan langkah kakinya tepat di dekat mobil Raefal. Kepalanya mendongak, menatap wajah Raefal dingin kemudian beralih ke arah Teressa. "Ini terakhir kalinya kamu ke sini. Setelah ini, aku gak mau kamu datang atau berniat anterin aku kemanapun." Ketusnya.

"Dan juga—jangan manfaatin Teressa lagi." Ketusnya.

Raefal tertawa kecil. Tangannya nyaris mencubit pipi Cyra. Namun, Cyra yang segera menghindar membuat Raefal merasa bersalah dan meminta maaf. "Maaf, aku kelepasan. Kamu cantik banget soalnya. Apalagi dengan ngomong panjang lebar kayak gini… tambah cantik." Puju Raefal sembari membukakan pintu mobil untuk Cyra, mempersilahkan gadis itu masuk.

"Om? Tessa mau duduk sama Tante Cyra!" kata Teressa secara tiba-tiba.

Raefal merasa ragu, dia melirik Cyra sejenak, seolah meminta izin. Mendengar dehaman dari Cyra, Raefal tersenyum hangat. Dia segera meletakkan Teressa di atas pangkuan Cyra, kemudian menutup pintu mobil.

"Gila! Vibes nya udah kaya keluarga bahagia." Ucap Raefal sembari tersenyum kesetanan.

***

***

Selama di perjalanan, Cyra benar-benar tidak melirik Raefal sedikitpun. Dia justru sibuk dengan Teressa yang mengajukan banyak pertanyaan. Percayalah, ini adalah permintaan Raefal.

Raefal yang menyuruh Teressa, keponakannya tersebut untuk bertanya banyak hal pada Cyra. Hal itu karena Raefal ingin tahu tentang Cyra, namun yakin seratus persen kalau Cyra tidak akan menjawab pertanyaan darinya. Bahkan, saat Raefal bertanya pada Calvin atau Civia sekalipun, tak ada yang menjawab.

Mereka kompak menyuruh Raefal untuk bertanya langsung pada gadis di sampingnya ini.

Teressa dan Cyra tampak sangat akrab. Keduanya bahkan sedang bercanda tawa. Cyra yang terkenal dingin dengan tatapan mata yang sangat tajam, nyatanya menyukai anak kecil.

Itulah mengapa dia meluangkan waktunya di hari libur untuk mengajar ngaji anak-anak kurang mampu. Hal itu dikarenakan Cyra menyukai anak kecil. Selain itu, Cyra juga merasa bahwa ilmu yang diirnya miliki harus dibagikan dengan benar. Tidak hanya pada anak-anak yang mampu di kampusnya, tetapi juga pada mereka yang lebih membutuhkan.

"Tessa heran…" Gadis berusia delapan tahun tersebut berhasil membuat Cyra bertanya-tanya.

"Heran kenapa, Tessa?" tanya Cyra.

"Kata Om Raefal, Tante Cyra seperti boneka salju berjalan. Wajahnya menyeramkan, matanya tajam, dan jarang tersenyum." Kata Teressa, membuat Cyra segera melarikan pandangannya pada Raefal.

Raefal yang tadinya sedang menyetir dengan hikmat merinding secara tiba-tiba. Dia takut Cyra bertindak nekat dan berakhir meminta turun di jalan.

"M-maaf, Ra…" lirih Raefal ketakutan.

"Tante hanya seperti itu padanya." Kata Cyra pada Teressa, mengabaikan ucapan Raefal.

"Kenapa? Apa Tante membenci Om? Atau karena Om menyebalkan? Memang sih, Om terkadang menyebalkan… masa Om pernah makan es krim coklat Tessa diam-diam? Itu namanya mencuri 'kan?" cerocos Teressa panjang lebar, membuat Cyra merasa gemas.

"Hm, itu mencuri. Dan hukuman dari mencuri adalah… tangannya harus dipotong." Jawab Cyra.

Teressa kini langsung beralih ke Raefal, berpura-pura memotong tangan kiri Raefal yang masih saja memegang setir. "Ini Tessa potong… huh! Dasar pencuri!" katanya dengan sangat polos.

Raefal tertawa. Dia berpura-pura kesakitan , lalu melipat tangannya. "Aduh… tangan Om udah dipotong huhu… Om nangis nih, tangan Om tinggal setengah. " rengek Raefal, berakting.

Cyra sedikit terperangah melihatnya, tidak menyangka Raefal ternyata bisa menjaga anak kecil. Pantas saja Teressa tampak nyaman dengan pamannya tersebut.

"Eh, tapi yang Om curi 'kan dua… kenapa yang dipotong hanya satu?" ucap Raefal, membuat Teressa kebingungan.

"Memangnya Om mencuri es krim Tessa lagi?" tanya gadis itu dengan wajah polosnya.

Raefal menggeleng, melirik Cyra sejenak. "Mencuri hati Tante Cyra."