Kurang dari empat hari acara besar sekolahan akan dilaksanakan, Raefal malah jatuh sakit. Naasnya, laki-laki itu sakit disaat Ayah Troy dan Ibu Senia sedang berada di luar negeri untuk mengurus kepindahan Bang Exa.
Bang Exa ingin melanjutkan S2 nya di Jepang bersama istrinya. Selain itu, secara kebetulan Bang Exa mendapatkan tawaran kerja menarik di sana sehingga membuat laki-laki itu tidak perlu memikirkan hal tersebut berulang kali.
Raefal terbaring lemah dengan Alzard dan Calvin di sebelahnya. Calvin dan Alzard sedang bermain game bersama. Karena mereka seumuran dan sama-sama sudah bekerja, mereka jadi lebih akrab daripada dengan Raefal. Saat ngobrol pun terkadang Raefal tak paham dengan topik pembicaraan mereka.
"Ekhem, pangeran butuh bubur nih." kode Raefal saat perutnya merasa keroncongan.
Tadi saat Raefal ditawari Calvin dan Alzard untuk makan pasta buatan bibi, Raefal menolak dengan alasan perutnya merasa mual.
Calvin mendengus kesal, "Gak tepat ah lo, gue lagi main nih."
Alzard menimpali, "Ambil sendiri gih, yang sakit badan lo bukan kaki lo kan?"
'Emang dasar asisten lucknut,' batin Raefal.
Raefal berteriak memanggil bibi berkali-kali namun tak ada jawaban. Sepertinya bibi sedang berada diluar. Karena rasa lapar yang tidak tertahankan, akhirnya Raefal nekat berjalan menuju dapur. Ia kaget saat melihat seseorang yang tak ia sangka-sangka berada di dapur rumahnya sedang memasak sesuatu.
Raefal mengucek matanya beberapa kali dan memastikan penglihatannya.
Ia maju, dan hendak menyentuh seseorang tersebut sampai dimana sebuah tangan menyingkirkannya dengan lembut.
"Belum halal." kata pemilik tangan tersebut. Tangan yang terbalut sarung tangan berwarna hijau army itu senada dengan pakaiannya.
Cyra menoleh, menatap Raefal dengan sinis. Untung saja ada Mommy yang mencegahnya.
Raefal masih tak percaya dengan apa yang dia lihat. Ia melirik Cyra dari atas hingga bawah dengan mata melotot saking tak percayanya. Cyra hari ini sangat cantik dengan setelan rok tutu berwarna hitam dan sweatshirt berwarna abu-abu tua. Hijab hitamnya yang menjuntai panjang membuat gadis tersebut semakin enak dipandang. Entah mengapa, Raefal semakin mencintai Cyra berkali-kali lipat setelah melihat gadis itu berpakaian seperti ini.
Cyra merasa risih diperhatikan sedemikian rupa. Pisau di tangannya ia arahkan kepada Raefal dengan spontan, berharap Raefal sadar akan tindakannya.
"Eitss selow. Ya maaf, habisnya kamu terlalu cantik." goda Raefal hingga membuat pisau Cyra semakin mendekat kearahnya.
"Iya iyaaa... udah dong. Aku lagi sakit gak bisa ngelawan, apalagi lawannya secantik kamu aduhh." Raefal masih tak menyerah untuk memuji Cyra hingga membuat Mommy Civia geleng-geleng kepala.
"Anak muda jaman sekarang." sindir Mommy Civia.
***
Suara gaduh di tangga mengganggu Mommy Civia dan Cyra yang sedang memasak untuk makan siang Raefal. Disaat Cyra dan Mommy Civia sibuk dengan berbagai bahan makanan, Raefal duduk di meja makan bertopang dagu dengan senyum yang tak memudar.
"Gedubrak." Suara gaduh semakin menjadi. Saat dilihat, rupanya Calvin jatuh di tangga akibat menjahili Alzard yang mendapat pesan dari seorang perempuan.
"Woy! Alzard pacaran!!" teriak Calvin heboh.
Calvin mengangkat tinggi-tinggi ponsel Alzard hingga laki-laki itu tak bisa menggapainya. Memang, Alzard lebih pendek daripada Calvin. Calvin berlari kegirangan seperti anak kecil dengan membawa hp Alzard lalu memperlihatkan pesan tersebut kepada Raefal.
Kedua laki-laki itu tidak menyadari adanya dua orang asing yang datang di sana saking rusuhnya. Sesaat sadar bahwa Raefal senyam-senyum gila, Calvin mengalihkan tatapannya menuju objek yang membuat Raefal seperti itu. Di sana ada gadis yang ia dambakan beberapa waktu lalu. Dan alangkah terkejutnya saat ia melihat gadis misterius dan sadis yang dikenalnya berubah menjadi gadis anggun dan tenang.
Tatapannya tetap setajam biasanya, tetapi auranya berbeda sangat jauh. Aura yang dibawakan gadis itu sekarang bagaikan lautan biru tanpa ombak. Tenang, Cantik, dan menyimpan banyak misteri di dalamnya.
"Cyra?" panggil Calvin.
Cyra menoleh cepat saat mengenal suara tersebut. Sekilas, ia membuat sebuah senyuman dan menyapa Calvin balik.
"Hai kak, udah lama gak ketemu."
Raefal yang tadinya senyam-senyum kesetanan segera sadar ada yang aneh dari keduanya. Cyra tersenyum kepada Calvin. Bahkan, gadis datar kesayangannya itu menyapa Calvin.
Raefal tak tahu saja bahwa Cyra pernah nyaman kepada laki-laki tersebut. Sifat humoris dan santai Calvin membuat Cyra nyaman. Selama ini, semua laki-laki yang mendekatinya selalu menggebu-gebu seakan tak ada hari esok. Namun berbeda dengan Calvin. Calvin mendekatinya dengan santai,menganggapnya seorang adik dan sesekali bercerita hal menyenangkan secara tiba-tiba. Apabila Cyra merasa tak nyaman dengan Calvin,maka Calvin akan memilih mundur.
Tarik ulur yang dibuat Calvin berhasil menimbulkan kesan dalam benak Cyra. Meskipun Cyra tak mencintai Calvin, tapi menurutnya Calvin adalah teman yang menyenangkan.
"Bentar, kok bisa?" tanya Raefal menatap keduanya secara bergantian.
Calvin langsung sadar bahwa Raefal juga mencintai Cyra. Bahkan, sampai terobsesi dengan gadis tersebut. Untung saja saat Cyra menolaknya ia langsung mundur dan move on perlahan.
"Nanti gue kasih tips and trik nya." kata Calvin.
"Ih gak rela gue." kesal Raefal.
***
Saat makan siang berlangsung, Mommy Civia menjelaskan bagaimana keduanya dapat berada disini. Semalam, Senia menelponnya sembari menangis tersedu-sedu. Katanya, Raefal sakit parah dan sendirian di rumah. Bahkan, Senia hingga bertengkar dengan suaminya karena minta pulang saat itu juga. Memang, sahabatnya itu adalah orang yang selalu panik terhadap hal-hal kecil sekalipun.
Untuk meredakan panik sahabatnya yang berlebihan, akhirnya Mommy Civia memasakkan makan siang untuk Raefal. Dan seperti yang ia duga, Raefal hanya sakit seperti biasanya.
Sekarang, Mommy Civia sedang duduk berdua diruang makan bersama Raefal. Sedangkan Cyra dengan Calvin dan Alzard bermain game di kamarnya. Katanya, Raefal ingin membicarakan hal penting dengan wanita paruh baya itu.
"Maaf merepotkan tante,ya mau gimana lagi? tante tau sendiri Ibu jadi panikan semenjak Raefal kecelakaan waktu itu. kasusnya mirip sih, kecelakaan itu pas Ibu lagi diluar negeri juga." kata Raefal.
Civia mengangguk dengan sebuah senyuman."Tenang saja, Tante paham kok."
"Oh iya, mau bicara apa?" tanya Civia.
"Tante, maaf sebelumnya lancang bicara seperti ini. Tetapi, saya benar-benar mencintai Cyra. Apa Raefal boleh meminta tolong pada Tante Civia?" mata Raefal terlihat penuh harapan, menatap Civia teduh.
"Minta tolong apa, Raefal?" tanya Civia.
"Boleh minta tolong jaga Cyra? Saat lulus sekolah nanti, Raefal harus berkuliah di luar negeri atas kemauan dari Ayah. Dan itu artinya, Raefal akan jauh dari Cyra..." pemuda itu menjeda kalimatnya, menelisik ekspresi Civia sejenak. Dirasa Civia tidak menampilkan ekspresimarah dan tak suka, barulah Raefal melanjutkan.
"Raefal sangat mencintai Cyra. Raefal menginginkan Cyra... Setelah Raefal selesai menata masa depan, Raefal akan langsung kembali ke Indonesia untuk meminang Cyra. Sampai saat itu terjadi, Raefal sangat berharap Tante mau menjaga Cyra untuk Raefal..." ucap pemuda itu.
Civia tahu maksud menjaga di sini apa. Raefal tidak ingin Cyra dimiliki orang lain.
Civia menghela napasnya berat, menatap Raefal sejenak. "Tante tidak bisa menjamin apapun, Raefal... bagaimanapun juga, yang menjalani adalah Cyra.. jadi Tante tidak berhak memutuskan harus menerima atau menolak seseorang yang bisa saja datang sebelum dirimu." kata Civia. Dia menepuk lengan Raefal, mengusapnya hangat.
"Meski begitu, Tante akan berdoa agar kalian bisa disatukan kembali. Teruslah meminta pada Allah, agar Cyra dimatikan hatinya. Agar hati Cyra hanya untuk Raefal nantinya." lanjut Civia.
Raefal tersenyum tipis. "Pasti. Raefal akan terus berdoa... dan Raefal akan terus berusaha menyelesaikan urusan Raefal di luar negeri secepatnya."
Mata pemuda itu menatap Cyra sejenak, mengamati gadis yang kini sedang bermain ponsel. "Raefal yakin Cyra adalah bidadari dunia dan surga Raefal. Dia jodoh Raefal."