Chereads / HEY, YOU! / Chapter 9 - HAPUS AIR MATAMU!

Chapter 9 - HAPUS AIR MATAMU!

"Eh tunggu! Sebelum tidur gue punya kabar gembira buat kalian," cegah Amanda melihat kedua temannya ingin merebahkan diri.

"Apaan?" tanya Agnes dan Lulu mengurungkan niat untuk berbaring.

Amanda mengangkat tangan kirinya ke hadapan kedua temannya sambil tersenyum simpul.

Agnes dan Lulu mengeryitkan keningnya bingung namun sepersekian detik kemudian mereka sadar dan saling menatap lalu beralih menatap Amanda yang tersenyum manis.

"Kapan?"

"Dimana?"

"Terus kapan nikahnya?" pertanyaan keluar dari mulut Agnes dan Lulu bertubi-tubi karena penasaran.

Amanda masih setia tersenyum senang. "Tadi di taman rumah sakit pas gue lagi ngambek terus dia bawain gue bunga sama coklat."

"Anjay, akhirnya ... ."

"Selamat ya, Man," ucap Agnes kemudian memeluk Manda disusul dengan Lulu.

"Maaf ya, Nes ... Aku nggak bermaksud bahagia diatas kegalauanmu! Tapi, aku juga nggak mau bahagia sendiri," ujar Manda membalas pelukan Agnes dari samping.

Agnes tersenyum. "Nggak apa-apa, kamu tau Agnes bukan orang yang mudah menyerah."

Amanda mengangguk. "Tau banget lah, pokoknya Nes. Selama jalur kuning dan restu ornag tua belum didapat ... kesempatan masih terbuka lebar," ujar Manda sembari melerai pelukan mereka.

"Udah ah tidur yuk, ingat anak-anak kalian besok kerja...," ucap Luluk lalu merebahkan dirinya ke kasur.

"Ye! Dasar gak tau diri! Main tidur duluan." Agnes menyelinap ketengah kedua temanku karena dia memang sangat nyaman tidur ditengah-tengah mereka.

"Ingat kata mama Nes. Anggap rumah sendiri," cicit Lulu.

"Ya ya ya!! Selamat malam para bucin," Ledek Agnes lalu memejamkan mata dan menjelajah ke alam mimpi dimana dia dan Rey bertemu.

*****

Ruangan serba putih dengan aksen abu-abu itu tampak hening, wanita yang sejak tadi duduk di kursi itu terlihat fokus dengan laptopnya. Sesekali ia melirik jadwal yang ia tempel di meja. Sore ini ia punya janji visit pasien yang akan melakukan operasi kemudian ia harus memeriksa hasil CT scan dan MRI dari pasien tersebut bersama dokter Andi, seorang spesialis penyakit dalam dan dokter bedah baru yang katanya akan datang sore nanti.

"Anna," panggil Agnes.

"Iya, Dok?" seru Anna sambil memasuki ruangan Agnes.

"Laporan dari pasien gagal ginjal yang komplikasi sama usus buntu yang baru operasi laparoskopi kemarin apa sudah muncul hasilnya?"

"Udah, Dok. Lagi diobservasi sama dokter Andi."

Agnes mengangguk. "Oke, eh ... dokter baru yang katanya bakalan jadi dokter bedah pengganti udah datang?"

Anna menggeleng. "Belum, Dok. Tapi katanya sih masih di perjalanan," saut Anna.

"Oh, ya udah! Siap-siap kita visit pasien ya."

"Baik, Dok," saut Anna. "Eh, Dok! Itu buah di meja nggak disentuh dari kemarin?" tanya Anna saat melihat bungkusan hitam yang berisi buah masih rapi di atas meja tamu.

Agnes mengikuti arah pandang Anna. "Oh iya, saya lupa. Tolong bawa sini dong, Na."

Anna melangkahkan kakinya mengambil buah lalu membawanya pada Agnes. "Ini, Dok."

"Makasih, Na. Ya udah, kamu balik ke meja kamu ... siapin semuanya, nanti ke sini lagi!"

Anna mengangguk lalu pergi. Sementara itu, Agnes menatap kantong hitam itu beberapa detik sebelum akhirnya ia membukanya. Senyum manis mengukir di bibir Agnes membaca note di dalam kantong itu.

"Anggap saja hadiah pertama setelah kita lama nggak ketemu! Jangan lupa dimakan ya buahnya, Sya!" Reyhan.

"Seandainya aku lupa kalo kamu udah punya pacar, pasti aku udah jingkrak-jingkrak kesenangan," gumam Agnes mengalihkan pandangannya pada jam di tangan.

"Makan dulu buahnya apa visit dulu ya?" gumam Agnes bingung. "Visit dulu deh," putus Agnes bangkit dari duduknya lalu bersiap-siap untuk visit karena jam sudah menunjukkan pukul 16.30

*****

"Tante, besok pagi jadwal operasi tante... mulai nanti malam setelah makan malam tolong puasa dulu ya," seru Agnes di akhir visitnya sore itu.

"Kak, berarti besok operasinya sama kakak juga?"

Agnes mengangguk. "Dokter utamanya tetap dokter spesialis bedah thorak, kalau kakak baru dokter spesialis bedah umum saja. Tapi, besok akan tetap kakak yang mendampingi."

Keisya mengangguk paham.

"Nes, kenapa mami dipindahkan ke ruangan sendiri kaya gini, Nak? Yang kemarin sudah lebih dari cukup."

Agnes tersenyum. "Mami kan mau operasi jadi butuh suasana yang tenang supaya pemulihannya juga cepat, kalo di sana kan ramai banyak anak-anak."

"Tapi kan,"

"Udah, mami nggak usah pikirin. Lagian, apa gunanya mami punya aku di sini kalo mami nggak bisa dapat yang terbaik."

"Iyes, Ma. Aku setuju sama ka Agnes, apa gunanya punya banyak uang kalo yang ngehabisin orang lain. Aku janji kalo aku udah lulus kuliah terus kerja, aku nggak bakalan biarin orang lain yang nikmatin uang aku," cetus Keisya sambil melirik Reyhan dan Sarah yang sedang makan di sofa ruangan itu.

Agnes terlihat mengelus-elus rambut Keisya lembut. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya dari dua orang yang terus bermesraan di hadapannya. Dalam hati Agnes merasakan sesak yang tak tertahan lagi, kalau bukan karena permintaan Karina mungkin ia sudah pergi dari tadi.

"Iyain aja Mi, paling juga nanti kalo udah kerja uangnya habis sama skincare dan make up," seru Agnes mengacak-acak rambut Keisya gemas.

"Iya, gayanya aja dia mau kasih mamanya," kekeh Karina.

Keisya mencebikkan bibirnya. "Biarin yang penting nggak orang lain," cetusnya menyindir Reyhan."Liat aja tuh, kata-kataku kurang pedes kali ya! disindir tetep nggak ngerasa juga," judes Keisya melirik sinis pada Sarah dan Reyhan.

Sementara Agnes? Wanita itu hanya bisa memasang senyum tipis nan palsu untuk menutupi perasaannya yang sudah bergejolak.

'Nggak! Aku nggak bisa lama-lama di sini, sakit!' batin Agnes memberontak.

Perasaannya tak tahan! Seperti sebuah paku berkarat yang sengaja menancap tepat di ulu hatinya. Melihat Rey mengelus rambutnya dan berkata,"Udah sayang, jangan masukin ke hati ya omongan Kei dia lagi PMS makanya marah-marah mulu."

"Reyhan bahkan tidak perduli dengan ketidaksukaan Keisya, padahal dulu ia sangat menuruti Keisya."

Agnes mengalihkan tatapannya dari kedua insan di hadapannya itu. Ia lebih memilih memperhatikan Keisya yang masih cemberut dan terlihat kesal. Mungkin mood gadis itu menjadi tidak baik sekarang.

*****

Di sisi lain, terlihat Rey sesekali mencuri lirik ke wajah Agnes dan saat itu juga ia melihat senyum di wajah cantik Agnes memudar begitu saja setelah melihat kemesraan yang tidak sengaja tersaji apalagi saat Sarah bergelayut manja di lengan Rey.

"Kenapa raut wajah Agnes berubah ya? Apa dia ...." Reyhan membatin namun ia segera menghilangkan prasangkanya. "... Nggak mungkin! Agnes nggak mungkin cemburu," cetus Reyhan pelan bahkan tak terdengar.

"Kenapa, Sayang?" tanya Sarah yang ternyata menyadari keanehan sikap Reyhan.

Reyhan tersadar lalu menggeleng. "Enggak! Enggak apa-apa," ujarnya berbohong. Ia tidak mungkin memberitahu isi pikirannya pada Sarah, apalagi dengan tempramen Sarah yang cemburuan.

Reyhan menghela napas sambil sesekali melirik pada Agnes. Entah kenapa dalam hatinya ada rasa yang bergejolak aneh. Namun ia tidak melakukan apa-apa untuk Agnes bisa tersenyum tulus lagi.

Tatapan Reyhan pada Agnes seakan penuh tanya. "Nes, kamu kenapa? Ada sesuatu yang menggangu pikiranmu?" Pertanyaan bodoh itu ia biarkan bersarang di pikirannya. Lagipula, ia tidak mungkin menghampiri Agnes dan memghiburnya.

Ia terlalu takut kalau-kalau Sarah akan cemburu atau salah paham jadi dengan segala rasa yang berkecamuk dia membiarkan Agnes yang rapuh dengan hatinya yang terluka.

Beberapa saat kemudian ...

Kali ini Agnes benar-benar jengah dan tak tahan melihat drama yang disuguhkan padanya, jika berlama-lama di sana bisa saja air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya itu akan jatuh dengan deras seperti air terjun itu mengalir.

"Aku harus pergi, sebelum hatiku tak lagi bisa berkompromi," batin Agnes. Ia menoleh kesampingnya tempat tante Karina terbaring di brankar.

"Mami, aku harus balik dulu! Aku masih ada meeting. Nanti kalo sempat aku jenguk lagi ya," pamit Agnes sambil tersenyum tulus pada Karina.

"Yah! Kakak, Keisya kan belum puas ketemu ka Agnes," ujar Keisya masih bergelayut manja pada Agnes.

Agnes menatap Keisya dengan senyuman tulua. "Sorry sayang, tapi pasien-pasien kakak udah nungguin. Nanti kakak janji bakalan ngehubungin Keisya biar kita bisa main bareng, okey."

"Baiklah, Bu Dokter," saut Keisya malas. Ia mencebikkan bibirnya sebal.

"Oke. Kalau gitu, aku pamit dulu ya tante ... sampai berjumpa di ruang operasi," ucap Agnes sambil melambai pada Karina.

Baru saja Agnes melangkah suara Sarah menegurnya membuat langkahnya terhenti."Loh, Agnes kok cepet banget, di sini dulu dong temenin aku ngombrol, bosan sama Rey terus," pinta Sarah sambil menggoda Rey.

"Sorry, tapi pasien gue banyak hari ini ... dan gue juga udah lumayan lama di sini," ujar Agnes berusaha sesantai mungkin.

"Yah! Padahal aku pengen banget ngobrol sama kamu," ucap Sarah dengan nada yang sangat menyesal.

"Sorry, ya." Agnes melenggang pergi ke luar dari kamar Karina."Sepertinya kamu sangat bahagia bersamanya Rey, lalu aku harus bagaimana?" batin Agnes tersenyum miris.

"Aku permisi," pamit Agnes tanpa memperdulikan Rey yang masih asik bercanda dengan kekasihnya.

"Nanti Keisya chat ya, Kak."

Agnes mengangguk lalu keluar dari ruangan Karina."Rasanya sakit, Rey ...," lirih Agnes memegang dadanya. Air matanya luruh seketika saat ia sudah keluar dari ruangan melati itu. Ia menatap Reyhan dan Sarah yang sedang bercanda dari celah jendela kamar yang terbuka.

"Oh jadi gitu! Udah bosan nih," ambek Rey mengerucutkan bibirnya.

"Ih! Sayang kamu baperan deh, nggak mungkin lah aku bosan sama kamu." Sarah menarik kedua pipi Rey gemas.

"Kamu tu ya, suka banget ngerjain aku," Rey lalu mengelitiki Sarah dan membuat Sarah memohon untuk berhenti.

"Ampun sayang ... ampun," pinta Sarah seraya tertawa.

Tak bisa berlama-lama menangis di sana, Agnes memilih menghapus air matanya yang sempat mengalir lalu berjalan cepat menuju taman rumah sakit yang lumayan sepi agar ia bisa menangis sepuasnya.

Agnes tiba di taman rumah sakit beberapa menit kemudian. Ia lalu duduk di salah satu kursi yang berada di taman itu dengan air mata yang sudah tak mampu lagi dibendung.

"Harusnya aku bahagia menemukanmu, Rey. Tapi, kenapa harus menemukanmu saat kamu sudah punya kekasih?" sesal Agnes.

"Kenapa Rey? Kenapa aku harus ketemu sama kamu yang udah punya pacar? Kenapa?"

Air mata Agnes mengalir tanpa niat untuk berhenti. Perasaan cemburunya terlalu besar hingga sakit harus ia rasakan.

"Hapus air matamu!"

Agnes mendongkak melihat sapu tangan terpampang di hadapannya. Agnes melihat orang di hadapannya itu dengan kening yang mengerut heran.

"Ini, buat hapus air mata lo."

*****

______

MRI : Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan pemeriksaan organ tubuh yang dilakukan dengan menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar struktur tubuh.

LAPAROSKOPI : jenis prosedur bedah yang memungkinkan ahli bedah untuk mengakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus membuat sayatan yang besar di kulit. Prosedur ini juga dikenal sebagai operasi lubang kunci atau operasi invasif minimal, berfungsi untuk menyampaikan gambar bagian dalam perut atau panggul ke monitor di luar.

________

CONTINUE ....

Terimakasih.