Chereads / HEY, YOU! / Chapter 14 - MY HEART??

Chapter 14 - MY HEART??

Pukul 09.00 ...

Agnes masuk ke dalam ruangannya, melepaskan snelli lalu meneguk segelas air dari dispenser di ruangannya.

"Tidur bentar deh, sebelum operasi mami," gumam Agnes lalu merebahkan diri di sofa ruang kerjanya.

Baru saja hendak memejamkan mata, suara pintu diketok mengusik ketenangan Agnes.

"Masuk," seru Agnes membenarkan posisi duduknya.

"Dok," sapa Anna. "Ini ada jus mangga."

"Dari siapa?" tanya Agnes mengerutkan keningnya bingung. Ia tidak merasa memesan jus.

"Biasa ... Pak Reyhan."

"Oh, ya udah taruh situ aja, Na. Eh, Na! Saya mau tidur dulu lima belas menit, jangan lupa bangunin saya sebelum operasi pasien atas nama Karina!"

Anna mengangguk paham lalu beranjak dari hadapan Agnes. Setelah itu, Agnes kembali merebahkan dirinya dan memejamkan mata. Ia butuh istirahat agar tidak tubuhnya yang drop karena terlalu lelah.

20 menit kemudian ...

"Sya, bangun... waktunya persiapan operasi mama."

Agnes enggan membuka matanya, sebenarnya ia sudah bangun beberapa menit yang lalu. Namun, menyadari keberadaan Reyhan tepat di hadapan Agnes mengurungkan niatnya untuk bangun.

Jantungnya berpacu dengan cepat. Sentuhan tangan Reyhan di keningnya membuat rasanya tak karuan. Terlebih nada bicara Reyhan yang terdengar lembut dan candu di telinga.

"Ya Tuhan, Reyhan! Ngapain sih kamu di sini?" protes Agnes dalam diam.

Saat Agnes masih berpura-pura tidur. Reyhan mengamati wajah Agnes yang telah lama menghilang dari pandangannya. Tangannya terus menyurai rambut panjang dan lurus milik Agnes.

"Sya, bangun yuk ...."

Cukup sudah! Agnes tidak tahan dengan posisi ini. Jika terus begini, ujung-ujungnya ia akan ketahuan hanya pura-pura tidur.

'Aduh, Rey minggir kek! Lagian kenapa sih hati, lemah banget sama Reyhan.' Agnes merutuki dirinya dalam hati.

'Satu ...,'

'Dua ...,'

'Ti-'

Agnes mulai berhitung dalam hatinya hanya untuk membuka mata namun rasanya ia benar-benar tidak siap jika saat membuka mata langsung melihat Reyhan di hadapannya.

"Eughhh." Agnes melenguh, memberikan sinyal bahwa dirinya sudah hendak bangun dan berharap Reyhan menjauh dan ya ... usahanya tidak berhasil.

'Menyebalkan! Mana pasti aku jelek lagi bangun tidur,' protes Agnes dalam hati.

Agnes membuka mata perlahan, ia mengucek-ucek matanya agar terlihat seperti bangun tidur.

"Reyhan," gumam Agnes membuat nada suara khas seperti bangun tidur.

"Iya, Aku! Bangun yuk, kamu makan dulu ... terus siap-siap operasi Mama."

"Nanti aja aku makannya, aku mau siap-siap dulu! Oh iya, kamu kenapa ke sini?" tanya Agnes mengalihkan pembicaraan.

"Aku cuma mau nganter ini, tadi aku beli bakmi medan terus seingat aku ... kamu juga suka jadi aku beliin," ujar Reyhan.

Deg!

Perasaan Agnes bergejolak senang. Tapi, ia tidak menunjukkannya, ia bersikap layaknya hal itu biasa saja.

"Kamu ingat?" tanya Agnes dengan nada suara lembut layaknya orang baru bangun tidur.

"Masihlah ... Apa yang aku nggak ingat tentang kamu? Udah, bangun terus makan."

Ingin rasanya melengkungkan bibirnya mendengar penuturan Reyhan. Namun, Agnes tidak ingin membuat Reyhan menyadari kalau ia senang dengan perlakuannya.

"Iya... makasih, Rey." Senyum tipis Agnes sempat melengkung dibibirnya. "Cie, perhatian...," lanjut Agnes menggoda Reyhan.

Reyhan tersenyum manis. "Udah, cepet dimakan mumpung masih hangat," ujar Reyhan mengalihkan pembicaraan.

***

"Dokter Agnes," seru Anna masuk ke dalam ruangan Agnes tanpa mengetuk pintu, alhasil ia terdiam di depan pintu melihat Agnes sedang bersama dengan Reyhan.

"Kenapa?" tanya Agnes acuh.

"Ups, Sebelumnya maaf ganggu dokter lagi pacaran, tapi ini urgent banget ... Pasien atas nama Karina yang dijadwalkan operasi pagi ini jam sepuluh, tekanan darahnya tidak stabil ... jadi sepertinya operasi akan ditunda,"

Agnes mengerutkan keningnya heran. "Bukannya kemarin semuanya sudah stabil?" ucap Agnes menoleh pada Reyhan. "Apa yang terjadi?" tanya Agnes.

Reyhan menggeleng.

"Baiklah, tolong pesan ke bagian gizi untuk memberikan buah-buahan dan sayuran hijau di makan siang dan sore ibu Karina, kalau bisa buah beri dan coklat hitam juga ... Kita lihat apa setelah itu tekanan darahnya menstabil atau tidak. Jika tidak, berikan obat ACE- Inhibitor untuk menurunkan tekanan darah tinggi," papar Agnes pada Anna.

"Baik, Dok." Anna mengangguk lalu keluar dari ruangan Agnes sambil senyum-senyum sendiri.

Setelah Anna keluar, Agnes menghela napas berat. Ia kembali duduk di sofa, berharap dengan Reyhan, Agnes belum sadar bahwa Reyhan memerhatikan dirinya sedari tadi.

"Sya, kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja," ucap Agnes tersenyum tipis. "Tolong pantau keadaan Mami, Rey! Kondisinya harus stabil jika tidak kemungkinan operasinya bisa gagal!"

"Apa penyakit jantung koroner mama sudah separah itu, Sya?" tanya Reyhan menatap Agnes serius.

"Iya, aku harus jujur karena penyakit mami ini disebabkan atherosclerosis dan sudah lumayan parah dan ya, setelah prosedur angioplasty ini ... Mami akan diobservasi beberapa hari. Jika semua berjalan normal dan stabil, mami boleh pulang tapi-"

"Kenapa, Sya?"

Agnes menghela nafas. "Kemungkinan terburuknya, Mami akan diberikan tindakan (CABG) atau operasi bypass jantung itu dilakukan agar mengembalikan fungsi pembuluh darah koroner supaya suplai darah ke otot jantung normal. Tindakan bypass jantung ini harus mencangkok pembuluh darah lain untuk menggantikan pembuluh darah yang membengkak."

"Lakukan apapun yang terbaik untuk mama, Sya."

"Tenanglah, aku pasti mengusahakan yang terbaik. Tapi, aku tidak ingin menjanjikan apapun."

Melihat raut wajah Reyhan berubah berubah sedih, ingin sekali rasanya Agnes mendekati pria itu dan membawa ke dalam dekapannya.

"Ya sudah, sekarang aku harus visit! Kamu mau sekalian ke ruangan mami?" tanya Agnes bangun dari duduknya, ia berusaha mengalihkan fokus Reyhan agar pria kesayangannya itu tidak berpikir yang macam-macam.

Reyhan mengangguk lalu ikut berdiri.

"Oke, tunggu bentar," -Agnes pergi ke mejanya, mengambil alat stetoskop dan snellinya- "Yuk!"

"Kamu mau ke ruangan mama dulu?" tanya Reyhan mengikuti langkah Agnes keluar dar ruangannya.

Agnes mengangguk. "Iya," -Agnes menoleh ke Anna- "Sudah siap?"

Anna mengangguk lalu mengikuti Agnes dan Reyhan. Mereka berjalan bersama melewati lorong-lorong rumah sakit menuju ruangan Karina.

****

"Mami ... ingat ya, mami nggak boleh stress," ucap Agnes memperingati. "... Kondisi kesehatan mami yang menentukan apakah mami bisa dioperasi atau tidak, jadi Agnes mohon beberapa hari ini jangan pikirin apapun, makan yang banyak pokoknya harus stabil," sambungnya sambil mengelus lengan Karina.

Karina mengangguk. "Iya sayang, maaf ya mami sudah banyak merepotkan."

"Enggak kok, Mi. Kan sudah tugas Agnes ...," jawab Agnes sambil tersenyum.

Saat Agnes sedang asyik berbincang dengan Karina, tiba-tiba Rey mengampirinya dan memeluknya. Untuk sesaat Agnes terkejut namun ia pandai menyembunyikan semuanya itu.

"Kamu kenapa?" tanya Agnes berusaha sebiasa mungkin.

"Nggak, aku cuma kangen banget, udah lama gak ketemu plus aku nggak masih nggak nyangka aja ini beneran kamu, Sya,"ungkap Rey disela-sela pelukannya dan memeluk Agnes semakin erat sampai akhirnya tante Karina memintanya untuk melepas pelukannya.

"Telat banget deh Rey, dari kemarin kemana aja kamu baru sadar sekarang?" seru Agnes membiarkan Reyhan memeluknya sesaat.

"Maafkan aku, Sya. Jika keadaannya tidak begini ... mungkin sejak lama aku akan selalu berada di sisimu, Sya." Reyhan membatin.

Tak bisa dipungkiri Agnes lebih merindukan sosok Rey. Agnes memejamkan matanya menikmati dekapan Reyhan yang ia rindukan! Jujur saja hatinya menghangat mendapat perlakuan itu dari Rey. Bahkan untuk sejenak Agnes melupakan kenyataan yang beberapa hari terakhir diketahuinya.

"Malu dia kak! Dia kan makhluk paling gengsi seantero jagad," cetus Keisya.

Agnes tersenyum dalam dekapan Reyhan. Terlebih, mendengar Rey merindukan, bunga-bunga bermekaran dalam hatinya. Rasanya ingin sekali ia mengatakan bahwa ia lebih merindukan Rey karena ia mencintainya. Tapi, Agnes menahan semua itu. Ia bahagia berada dalam dekapan Agnes. Entahlah, mungkin karena rasa rindu yang teramat sangat.

"Rey ... Lepas! Kasian tuh Agnesnya mamah gak bisa napas gara-gara kamu."

"Bentar, Ma ... Rey kangen sama sahabat kecil Rey ini,"ucap Rey mengacak-acak rambutnya dan sesekali mengecup ujung kepala Agnes.

Sahabat! Mendengar kata-kata itu, Agnes merasa sedikit sesak, Reyhan masih menganggapnya hanya seorang sahabat.

Hatinya? Jangan tanyakan betapa mencolosnya hati Agnes saat mendengar kata itu. Tubuhnya seketika melemas, namun ia menyembunyikan perasaannya dengan baik meskipun Reyhan menyadari itu.

"Maafkan aku, Sya," ucap Reyhan pelan bahkan hampir tak terdengar. Entah kenapa Rey merasa tak enak hati saat melihat perubahan ekspresi wajah Agnes setelah mendengarnya mengucap kata sahabat.

Selama ini, Reyhan bukan tidak mengetahui Agnes menyayanginya namun ia menepis semua kemungkinan tentang Agnes yang mencintainya. Ia hanya perduli jika Agnes menyayangi sebagai seorang sahabat.

Agnes tersenyum."Rey, lepas dong? Ntar kalo lo jatuh cinta sama gue gara-gara meluk gue lama-lama ... gue nggak tanggung jawab ya," protes Agnes berusaha bersikap senetral mungkin.

"Nggak apa-apa," jawab Reyhan acuh tak acuh, ia mungkin tidak sadar dengan jawabannya.

Agnes terdiam, kata-kata Reyhan seperti membius Agnes. Dalam dekapan Reyhan mendadak banyak pertanyaan yang muncul di pikiran Agnes namun Agnes tak berani mengungkapkannya. Agnes hanya menatap lurus tanpa ujung sembari membiarkan Reyhan dipelukannya.

"Apa benar? Apa mungkin, kamu jatuh hati sama aku, Rey?" Agnes membatin. "Seandainya iya, mungkin aku akan jadi satu-satunya wanita paling bahagia, Rey ... karena cintaku terbalaskan."

*****

CONTINUE ...

Thank you.