Sebuah kamar yang berantakan.
Baju yang terlihat kotor tergeletak di lantai. Mereka terkumpul, tetapi tetap saja membuat suasana di ruangan gelap itu terlihat jorok.
Suara ketikan dan jentikan dari mouse terdengar di ruangan itu. Asalnya jelas dari seseorang yang sedang bermain menggunakan laptopnya.
Seseorang yang mana menghuni kamar itu.
"Apa aku harus keluar mencari pekerjaan?"
Tanya sang penghuni kamar di dalam hati. Itu adalah pertanyaan yang muncul dari manusia yang tergolong sebagai hikikomori. Manusia yang memilih hidup dalam isolasi.
Namanya adalah Tanaka Hijimori. Seorang hikikomori yang kabur dari pekerjaannya beberapa tahun yang lalu.
Tanaka lebih memilih menjadi hikikomori karena dirinya merasa kecewa dengan kehidupan yang dengan susah payah ia bangun. Kehidupan karirnya dihancurkan oleh orang-orang di perusahaan itu.
Dikambinghitamkan, dikucilkan dan diperlakukan seenaknya. Itu adalah keseharian Tanaka saat bekerja di perusahaan yang mana mau menerimanya. Tanaka yang hanya lulusan sarjana di universitas yang tidak terlalu dipandang.
Suara ketikan keyboard yang sangat cepat masihlah terdengar di ruangan itu. Di depan laptop yang bersinar redup, terdapat seorang pria berumur dua puluh-an yang tanpa berkedip memperhatikan layar.
Tanaka kini tengah mencoba mencari cara untuk mendapatkan uang. Pada masa ini, dia sedang mengalami masalah keuangan.
Si pria yang memilih jalur hikikomori itu terus menerus mencari informasi terkait cara mendapatkan uang. Tanpa uang, dirinya tentu akan beranjak dari kamar kosan yang memiliki harga sewa murah di daerahnya.
"Sial, perkembangan zaman memang benar-benar mengerikan!"
Keluh Tanaka yang mana tidak mengembangkan kemampuan apapun selama menjadi hikikomori. Dirinya hanya menghabiskan waktunya untuk menghibur diri dengan membaca cerita serta bermain game bajakan.
Terpikir secara singkat bahwa dirinya bisa menjual informasi atau cerita sebagaimana dirinya dulu saat sekolah. Namun, Tanaka tidak yakin akan nilai jual hal semacam itu.
Di situasi yang sangat sulit itu, Tanaka hanya terpikir beberapa cara menghasilkan uang dengan cepat. Kebanyakan dari mereka membutuhkan kerja keras dan identitas yang jelas. Beberapa lebih mirip ke pekerjaan ilegal di internet.
Namun, ada satu cara yang bisa diambil Tanaka. Itu adalah dengan mengambil petisi di suatu website besar yang mana dibuat untuk artis berkemampuan yang memilih identitas anonim atau artist yang tidak memiliki fanbase besar.
Cara mendapatkan uangnya cukup mudah. Ada komisioner dan ada artist yang berlomba mengambil hadiah misi itu. Artist yang berlomba akan mengumpulkan hasil karyanya ke linimasa komisioner. Dengan proteksi watermark, artist pembuat tidak perlu takut akan karyanya dicuri oleh orang lain.
Tanaka mencoba cara ekstrem ini. Dirinya masih memiliki lisensi untuk software pembuat object 3d di laptop.
Kemampuan untuk membuat objek 3d yang kompleks itu membutuhkan latihan setidaknya berbulan-bulan. Hal ini sudah dilalui oleh Tanaka selama masa kuliahnya yang bisa dibilang cukup luang. Kemampuan softskill yang mana tidak memiliki nilai sama sekali di perusahaan yang ditempati Tanaka sebelumnya.
Tanaka lantas mencoba mengambil salah satu petisi atau sayembara online itu. Pikir Tanaka, dia memiliki beberapa ingatan soal menggunakan aplikasinya jadi hal seperti membuat objek tidaklah terlalu sulit.
Namun, bayangan Tanaka salah. Walaupun dulu dirinya bisa membuat berbagai objek dengan cepat, sekarang dirinya mengalami masa dimana harus menebak apa yang benar.
Inilah yang terjadi jika suatu kemampuan dibiarkan saja tanpa dilatih secara rutin.
Tanaka memilih petisi tentang latar belakang suatu taman. Alasan kenapa tema itu dipilih adalah karena dirinya merasa cukup paham pada bagian anatomi bunga dan beberapa tumbuhan lain.
Sudah sekitar setengah hari Tanaka mengerjakan projek sayembara, kini dia sudah selesai dan mencoba mengevaluasi ulang. Baginya, karya yang ia buat sudah cukup bagus walaupun bentuknya masih agak kubus-kubus.
Baginya, untuk mendapat uang hadiah sekitar ¥1.000, karya yang ia buat sudah termasuk cukup pantas.
Tanaka mengupload karyanya ke linimasa yang hanya bisa diakses oleh komisioner.
Sembari menunggu keputusan, hikikomori yang belum makan selama tiga hari ini menyeduh satu cup mie. Perasaan lapar berat dirasakan oleh Tanaka karena kerja keras yang ia lakukan beberapa jam yang lalu.
Makanan yang tersedia di kamar Tanaka hanyalah cup mie. Jumlah mie yang dimilikiPria ini juga sayangnya sangatlah sedikit. Hanya tersisa sekitar empat cup mie saja untuknya bisa bertahan hidup.
Mie sudah terseduh, Tanaka kembali ke kursi besinya. Berhadapan langsung dengan laptop yang masih membuka situs web sayembara.
"Your design are not approved"
Atau begitulah kalimat yang diberitahukan di layar laptop. Tanaka menghentikan chopstiknya untuk sesaat karena terkejut.
"Jadi, beginikah nasibku sekarang?"
Keluh Tanaka akan nasibnnya. Tanaka menyadari bahwa kemampuannya dalam mengerjakan sesuatu di bidang tersebut masih sangatlah terbatas.
Dirinya ingin berlatih lebih lanjut agar bisa memiliki penghasilan sendiri. Namun, apalah daya yang dimiliki Tanaka. Dirinya tidak memiliki jumlah makanan yang cukup untuk melakukan kegiatan seperti berlatih.
Tubuh Tanaka membutuhkan banyak energi saat mengalami proses belajar atau mengasah otak. Itulah fakta dan hal yang sudah diketahui Tanaka sendiri.
Karena mengalami dilema, Tanaka menjadi lebih stress. Tekanan dari pemikiran berat Tanaka menuntunnya ke suatu kesimpulan.
"Aku butuh refreshing!"
Begitulah pikirnya.
Kursi mundur sedikit. Sebuah wadah cup mie terbang masuk ke dalam wadah sampah yang dikelilingi oleh kantong plastik. Kantong plastik yang berisi sampah.
Tanaka memutuskan untuk pergi keluar sebentar. Dia mengambil kostum yang biasanya ia pakai saat keluar.
...
...
Terik. Matahari menjadi sumber cahaya di siang hari itu.
Cahaya matahari di musim semi akhir di hari Tanaka keluar sangatlah terang dan terik. Hal ini sejujurnya bukanlah sesuatu yang bagus untuk seseorang.
Itu adalah Tanaka, seorang hikikomori yang selalu mengurung dirinya di dalam kamar gelap selama berhari-hari.
Bagi orang yang terbiasa dengan kegelapan, tiba-tiba berada di tengah tempat yang dipenuhi cahaya dan panas tentu membuat tubuh Tanaka terkejut.
Bergelombang. Itulah apa yang Tanaka lihat saat ini. Semua hal yang Tanaka lihat terasa bergelombang. Akibatnya, Tanaka menjadi memilih hanya duduk di bangku taman saja tanpa melakukan kegiatan olahraga lainnya.
Hal yang terasa nikmat bagi Tanaka saat keluar di siang hari hanyalah panas yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Saat dirinya berada di kamar kosan, sumber panas yang bisa didapat hanyalah dari sisi kipas laptop. Sumber panas yang sangat minimal dan kurang memuaskan.
Kaos oblong dan celana pendek. Itulah kostum yang digunakan Tanaka saat ini.
Satu orang melewati depan Tanaka.
Seorang pria dengan kostum jogging yang sempurna lewat dengan memberikan lirikan aneh terhadap Tanaka. Tanaka sendiri juga merasakan hal itu.
Dua orang melewati Tanaka.
Dua orang gadis yang pada kisaran umur delapan belas lewat dengan membisikkan sesuatu antar satu sama lain sambil melirik ke Tanaka. Tanaka menyadari hal itu.
"Kenapa siang hari ini sangat ramai?"
Tanya Tanaka kebingungan. Seharusnya waktu siang hari yang terik seperti ini adalah waktu yang paling dihindari oleh orang-orang untuk keluar dari rumah. Begitulah pikir Tanaka.
Namun, prediksinya ternyata salah. Hari dimana Tanaka keluar adalah hari minggu dan orang-orang mencoba menikmati minggu-minggu terakhir musim semi mereka seharian.
Tanaka mengecek handphone usangnya, dia menyadari hari dimana dia keluar dari kamar. Itu adalah pilihan yang sangat tidak tepat untuk hikikomori sepertinya.
"Hei lihat itu, ada orang aneh yang menggunakan topeng mengerikan!"
Seorang wanita mengatakan seseuatu dari kejauhan. Suara itu terdengar hingga ke telinga Tanaka yang mana sedang duduk di bangku. Suara yang berasal dari belakang posisi Tanaka.
Topeng aneh dan orang aneh. Tanaka memperhatikan sekitar. Tidak ada satupun orang yang terlihat seperti menggunakan topeng kecuali dirinya sendiri.
Ya, orang yang dimaksud si wanita itu ternyata adalah Tanaka.
"Haruskah aku memanggil polisi?"
Tanaka beranjak dari duduknya. Dia mencoba menjauh dari wanita yang terlihat seperti tukang lapor. Bagaimanapun, seorang hikikomori sangatlah lemah saat berhadapan dengan polisi.
Tanaka berpindah ke bangku taman yang agaknya lebih sepi dibanding bangku sebelumnya yang berhadapan dengan kolam. Alasan kenapa tempatnya lebih sepi adalah karena pemandangan di sekitarnya tidak seindah tempat sebelumnya.
Namun, tempat seperti itulah yang dibutuhkan oleh Tanaka. Tempat sepi dimana orang jarang berlalu lalang.
Kicauan burung yang berasal dari suatu sarang di pohon menjadi irama sekitar. Tanaka sedang berdiam.
Suara starter mesin mobil yang lalu lalang tidak jauh dari bangku taman kadang terdengar. Tanaka sedang berdiam.
Bayangan awan menjadikan permukaan kota menjadi bermotif unik lalu lalang. Tanaka sedang berdiam.
"Ahhh, inilah perasaan yang nikmat,"
ungkap Tanaka dari mulutnya yang tertutup topeng Plague Doctor. Itu adalah topeng yang dibeli pria hikikomori saat belanja di toko online. Topeng yang sedang diberi diskon enam puluh persen saat itu.
Sudah beberapa jam Tanaka berdiam diri di bangku taman. Dirinya mandi keringat berkat paparan sinar matahari yang langsung mengenai kulitnya.
Bagi hikikomori seperti Tanaka, berkeringat sudah merupakan jenis olahraga yang sangat menyehatkan. Ini adalah hal yang jarang dirasakan oleh orang yang berada di dalam kegelapan.
"Aku seharusnya sering melakukan kegiatan ini!"
Pikir Tanaka mempertimbangkan kesehatannya.
Waktu sudah menunjukkan hampir sore hari. Tanaka mengecek layar handphonenya dan terlihat pada bagian waktu, tertulis 02:41 PM.
Itu adalah saatnya Tanaka untuk kembali. Karena dirinya berjalan kaki, butuh waktu untuk bisa mencapai ke tempat tinggalnya.
Tanaka beranjak dari bangku yang ia duduki. Tempat yang tadinya ramai itu kini menjadi semakin ramai. Hal ini menambah motivasi Tanaka untuk pergi dari sana.
Walaupun ingin segera kembali, Tanaka sendiri sedang merasakan efek setelah dirinya berkeringat banyak.
Dahaga.
Tenggorokan si pria paruh baya itu terasa kering. Perasaan itu membuatnya sangat tidak nyaman.
"Ke supermarket dulu sajalah!"
Tanaka menuju ke supermarket terdekat. Itu tidak berjarak lebih dari seratus meter dengan lokasi taman sebenarnya.
Supermarket, itu adalah tempat dimana ada banyak jenis barang yang dijual di dalamnya. Tempat yang cocok untuk orang-orang datang membeli kebutuhan.
Tempat seperti itu biasanya sangatlah ramai dikunjungi. Hal ini tidak terkecuali untuk supermarket dekat taman yang didatangi Tanaka.
Ada dau orang laki-laki yang membeli rokok dan kopi. Ada satu gadis yang terlihat seperti berdebat dengan kasir. Ada pula ibu-ibu yang sekedar mencari barang lucu bersama anaknya.
Ada pula Tanaka. Dia sedang memilih minuman yang lebih menguntungkan.
"Apakah aku harus memilih merek A yang lebih banyak atau merek B yang lebih berkualitas tapi mahal?"
Written by: Hikari_Nufisa
Tanya Tanaka dalam hatinya.
Seorang anak kecil lewat di belakang Tanaka. Seorang anak kecil yang selalu penasaran akan hal baru.
"Mama mama lihat, ada paman aneh menggunakan topeng yang aneh!"
Ucap si anak kecil tanpa tahu konsekuensi tentang apa yang terjadi selanjutnya.
"Hush jangan dilihat!"
Sahut mamanya yang terlihat khawatir. Bagaimanapun, orang dewasa selalu merasa asing antar satu sama lain.
"Tapi ma-"
Ucap si anak yang dipotong oleh ibunya.
"-Ayoo!"
Si ibu menarik anaknya menjauh dari Tanaka. Tanaka menyadari hal itu dan mendengar semua perbincangan ibu dan anak di belakangnya tadi.
Tanaka yang mana seorang apatis tingkat tinggi membiarkan hal itu. Dirinya hanya sering terpikir bahwa tatanan sosial di dunia ini cukup lucu dimana orang yang berbeda akan disebut 'aneh' bagi mereka.
"Benar-benar hal yang aneh,"
tanpa sadar Tanaka memikirkan hal itu sebagai timbal balik atas kondisi yang dijelaskan tadi.
Berkat hal itu, Tanaka memutuskan untuk memilih minuman merek A yang mana lebih murah.
Tanaka pergi menuju ke kasir, si gadis yang daritadi berdebat dengan kasir lantas pergi dengan kesal.
Si kasir bagaimanapun melihat Tanaka dengan aneh. Siapa pula orang yang ingin memakai topeng pengap seperti itu di hari yang terik. Terlebih dilihat dari penampilan, Tanaka jelas berkeringat sangat banyak.
"Silahkan barangnya. Terima kasih!"
Si kasir mengucapkannya kepada Tanaka. Bagaimanapun, ada satu kalimat yang tidak diucapkan oleh si kasir padahal biasanya itu adalah bagian yang paling semangat ia ucapkan.
Kalimat 'mohon berkunjung kembali' sama sekali tidak terdengar di telinga Tanaka.
"Lagian siapa juga yang mau melayani orang aneh dengan kostum aneh?"
Pikir Tanaka menanggapi hal itu.
Pria yang barusan membeli botol air mineral murahan itu beranjak keluar dari supermarket. Banyak sekali mobil terparkir di depan tempat itu.
Di sekitar mobil, ada cukup banyak orang yang melakukan kegiatan. Ada yang memasukkan barang ke mobil, ada yang sekedar menongkrong dan ada pula yang sedang kebingungan karena bajunya terjepit di pintu mobil sedang kunci mobilnya jatuh.
"Ah sial, sangat ramai. Demi keamanan masyarakat dan ketertibanya, aku akan masuk kedalam gang sempit diseberang jalan supermarket tadi!"
Tanaka memutuskan untuk mencari tempat yang sepi. Dengan pemikiran uniknya, dia mencoba seolah-olah menjadi sosok yang terkesan 'harus dijauhi' oleh masyarakat.
Itu adalah tempat yang kotor dan agak bau berkat tempat sampah yang berbaris di belakang tiap bangunan. Namun, bagi Tanaka itu bukanlah masalah selama tempatnya sepi. Sebuah gang.
Tanaka meminum air mineral yang baru diambil dari kulkas itu. Dingin, atau begitulah sekiranya tanggapan orang pada umumnya terhadap suhu yang dimuat di butiran tiap tetes air itu.
"Pwaahhhh!"
Ucap lega Tanaka setelah meminum air dingin itu.
Tenggorokan Tanaka yang tadinya sangat kering kini terbasahi dengan air mineral botolan yang diminum tadi. Walaupun terasa agak serat sesaat bagi Tanaka, sesaat setelah air itu mencapai lambung, tubuhnya merasakan sensasi yang sangat hebat.
Setelah mengeluarkan keringat dengan sangat banyak, tentu mengisi cairan tubuh kembali itu sangatlah penting. Ini adalah kenikmatan tersendiri bagi si hikikomori Tanaka yang sudah lama tidak merasakan sensasi seperti itu.
Penglihatan semakin jelas. Itu adalah perasaan setelah Tanaka mencoba meresapi kesegaran air mineral.
Atau mungkin itu karena topeng Plague Doctornya yang ia lepas.
Tanaka melihat ke sekitar untuk mengecek bagaimana rasanya melihat kembali dengan jelas. Sebelumnya, dia melihat segala sesuatu dengan cukup bergelombang dan agak blur.
Terdapat sesuatu yang bergerak. Itulah yang disadari oleh Tanaka.
Tanaka melihat dan memperjelas penglihatannya di arah gang yang lebih dalam. Disana terdapat tiga orang yang sedang berjalan lebih ke dalam lagi.
Setelah diidentifikasi oleh Tanaka, dirinya menyadari bahwa orang yang ada di tengah adalah kenalannya. Namanya adalah Haruki.
Dua orang lain yang mengapitnya kemungkinan besar adalah preman atau orang yang tidak baik di sekitar. Tanaka mengikuti ketiga orang tersebut.
Haruki, dia adalah kenalan Tanaka semasa dirinya bekerja di perusahaannya dulu. Namun, kenalan yang satu ini bukanlah orang yang baik, dia termasuk salah satu orang yang melecehkan Tanaka dulu.
Tanaka mengingat dengan jelas bahwa Haruki bukanlah orang baik dan sebenarnya berasosiasi dengan orang yang paling ia benci, Sasaki Fujiwara. Baginya, dia adalah pelacuran tingkat terbawah yang bahkan tidak pantas untuk disebut lacur lagi. Baginya, itu lebih buruk.
Alasan kenapa Tanaka membuntuti Haruki adalah karena rasa penasaran. Hanya penasaran.
Bagaimanapun, berdasar ingatan Tanaka, Haruki menjadi sangat berbeda.
Dulu dia adalah orang yang selalu memakai pakaian terbaik atau bahkan yang berbrand. Namun, Haruki kini menjadi terlihat kurang lebih seperti Tanaka. Kaos oblong dengan celana pendek.
Beberapa saat kemudian keempat orang itu berhenti. Tanaka yang menjaga jarak bersembunyi di balik salah satu bak sampah besar berwarna hijau.
Hal yang tidak mengherankan terjadi, Haruki dipukuli oleh kedua orang yang membawanya. Tanaka sudah memprediksi hal seperti ini.
"Ampun… ampun… tapi aku benar-benar tidak punya uang saat- kugh!"
Haruki mencoba untuk memohon ampun kepada dua orang yang memukulinya. Sebenarnya, Tanaka sendiri cukup kasihan dengan kondisi Haruki saat ini. Namun, Tanaka juga bukanlah tipikal orang yang akan datang menyelamatkan seseorang tanpa tahu apa permasalahannya.
"Apanya yang tidak punya uang, sudah kubilang bukan jika kau bertemu kita lagi kau berhutang ¥20.000 saat itu. Jika kau memiliki hutang jelas kau harus membayarnya!"
Tanaka tidak memahami perkataannya. Kalimat yang diucapkan oleh salah satu preman yang lebih kurus itu terdengar sangat rancu baginya.
Bagaimanapun, maksud si preman adalah bahwa Haruki harus segera membayar hutang yang dulu pernah mereka pinjamkan. Walaupun jumlah awalnya hanya sekitar ¥5.000 dan kini tiba-tiba berubah menjadi empat kali lipat.
"Tapi aku benar-benar tidak memiliki uang -kuhk. Bahkan tidak ada yang mau menerimaku bekerja di sekitar sini!"
"Kau pikir aku peduli dengan itu huh! Jika kau tidak punya uang ataupun pekerjaan, bukankah kau dapat mencuri dengan tanganmu itu. Oh, jadi begitu. Tanganmu ini ternyata sudah tidak kau gunakan, ya? Kalau begitu tidak apa-apakan untuk kami merusaknya!?"
"Tunggu bos, tung—agghhhhh!"
Tanaka melihat dengan jelas bahwa jari-jari di tangan Haruki diremukkan seperti seseorang menghancurkan mainan. Suara patahan bahkan bisa terdengar ke telinga Tanaka.
Perasaan iba muncul di dalam diri Tanaka. Walaupun dia sangat membenci Haruki, dia tetaplah manusia dan perlakuan seperti itu tetap saja keterlaluan.
"Kau, jika aku lihat kau lagi dan kau tidak membawa uangnya. Jangan kau pikir kau dapat berjalan lagi. Ayo pergi, bung!"
Kedua preman itu pergi dari tempat kejadian. Haruki disana merintih kesakitan ditunjukkan dengan gerakan mengguling-gulingnya.
Tanaka yang mengobservasi dari tadi lantas ingin mencoba membantu Haruki semenjak dua preman tadi sudah pergi. Namun, hal itu terhenti sejenak dari niatan Tanaka saat Haruki mengatakan sesuatu.
"Sialan… sialan… Si sialan Hideyoshi itu!"
"Lah kok aku?"
Jawab Tanaka tanpa terucap.
"Sialan itu, jika saja dia tidak kabur dan keluar dari perusahaan aku tidak mungkin berada di sini sekarang ini. Proyek yang sudah kusiapkan selama ini hancur karena ulahnya…"
Bahkan dalam sakitnya, Haruki masihlah sempat memaki si Hideyoshi. Nama awal Tanaka yang mana ia dapat saat dirinya berada di panti asuhan. Atau mungkin nama yang sejak awal sudah diberikan orangtuanya. Hal itu tidak teringat jelas di memori Tanaka.
"Lupakan,"
Tanaka menahan niatannya untuk menolong si pria malang, Haruki. Setelah dia pikirkan lagi, sejak awal dirinya hanya terlalu banyak memberi perhatian terhadap hal-hal yang bukan urusannya.
Itu benar. Tanaka sudah bukan pekerja di perusahaan itu dan sudah tidak memiliki relasi dengan Haruki selain hanya dalam lingkup 'pernah kenal'.
Si hikikomori menjauh dari tempat dimana Haruki berguling-guling. Dengan perasaan yang cukup lega, Tanaka menghela nafas.
"Fyuuhhh, pulang sajalah!"
Tanaka menuju ke tempat tinggalnya yang berjarak enam kilometer dari posisi saat itu. Tempat yang disebut kos-kosan oleh warga sekitar.
Butuh waktu untuk Tanaka bisa sampai ke tempat itu. Tidak ada kejadian apapun, hanya jalanan yang sedikit lebih ramai daripada saat malam hari dimana Tanaka biasa keluar untuk membeli makanan.
Pria pemilik kamar itu sedang membuka pintunya. Kamar yang cukup luas dengan harga sewa yang dapat dibilang sangat murah.
Si pria masuk, beranjak dari dunia penuh cahaya menuju ke ruang yang mana bagaikan sarang kegelapan.
Langkah pertama masuk, Tanaka belum menyadarinya.
Langkah kedua, Tanaka mulai merasakannya.
Langkah ketiga, tubuh Tanaka memberi reaksi.
Rasa pusing yang sangat tiba-tiba memecahkan indera si hikikomori. Perbedaan suhu, pencahaayan dan kelembapan dunia luar dengan kamar Tanakalah yang mengakibatkan hal ini terjadi.
Perasaan mual mendominasi. Otak Tanaka memerintahkan seluruh anggota gerak untuk mencari tempat yang tepat.
Segera Tanaka mencopot topeng plague doctornya dan menghadapkan muka ke wastafel.
Tanaka mengeluarkan makanan yang tadi dia makan. Ya, hanya sebuah cup mie yang dia makan, sedang tubuh Tanaka saat itu sedang membutuhkan banyak energi.
"Ughhh, balik tidur sajalah!"
Si hikikomori yang merasakan sensasi tidak mengenakkan di seluruh tubuhnya memilih untuk beristriahat. Membiarkan kamar masih tetap berantakan dengan suasana yang sangat tidak mendukung bagi orang yang sakit.