Itu adalah sore hari yang agak dingin. Pepohonan dihinggapi oleh burung-burung yang mana mencari tempat untuk beristirahat dari terbangnya.
Dibawa ranting yang mereka hinggapi, ada puluhan zombie yang mencoba untuk memanjat. Mereka hanya mencoba dan tidak berhasil. Bagaimanapun, zombie merupakan makhluk yang kehilangan pemikiran normal mereka.
Seseorang melewati jalanan dekat pohon itu berada. Berada di pertigaan jalan besar, pohon itu ditinggalkan oleh para burung diikuti oleh para zombie dibawahnya.
"Ini sih parah!"
Orang yang berlari berdiam sebentar. Dia agak tercengang melihat situasi saat ini.
Itu adalah pemandangan dimana ada ratusan zombie yang bergerak bersama di sisi jalan lain. Sisi jalan yang mana dipisahkan oleh barikade.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Tanaka bertanya. Namun, pertanyaan itu sama sekali tidak memiliki penerima kecuali dirinya sendiri.
Tanaka melihat seperti semacam mayat manusia yang mana tergeletak dan kehilangan kepalanya. Itu adalah pemandangan yang sangat tidak mengenakkan sepanjang dia berjalan melewati sisi-sisi mobil.
Mayat itu bisa dikatakan mayat seorang manusia biasa yang mana seperti sudah dikoyak oleh para zombie. Namun, para zombie meninggalkan mereka sehingga sisa bagian tubuhnya masih terlihat dengan jelas.
"Aku akan jarang-jarang lewat ke sini!"
Tanaka memutuskan. Dia saat ini sedang dalam joggingnya dan bertemu dengan sesuatu yang membuatnya merasa tidak enak.
Dibanding jalanan menuju ke minimarket tempat biasanya Tanaka membeli makanan, jalanan yang dilwati saat ini lebih parah.
Ada lebih banyak mobil yang rusak dan hancur karena saling bertabrakan dibanding dengan jalan ke minimarket. Hal ini dikarenakan lalu lintas di daerah ini lebih padat.
Mayat yang tidak berubah menjadi zombie karena kepala mereka yang hancur atau karena tubuh mereka terlalu terpisah. Hal yang menjadi catatan bagi Tanaka karena tidak ada informasi seperti ini di internet.
Tanaka melihat ke arah kiri, itu adalah bagian perumahan. Jika Tanaka memasuki jalanan-jalanan kecil di sana, mungkin dia bisa mencapai sisi belakang kosannya.
Namun, hal itu tidak menjadi tujuan Tanaka. Saat ini targetnya adalah untuk jogging mengitari daerah kotanya.
Tanaka meneruskan joggingnya. Beberapa saat kemudian dia berlari. Lalu semakin kencang. Semakin kencang.
...
...
Tanpa istirahat sama sekali, Tanaka berhasil mengitari sekitar lima belas kilomoter dengan berlari.
"Stamina gila!"
Kesan Tanaka terhadap tubuhnya. Dia tidak pernah mengira tubuh yang mana tidak sanggup menahan sprint seratus meter kini bisa bertahan berlari kencang sejauh lima belas kilometer tanpa istirahat.
Yah, mengatakan bahwa dia berlari tanpa istirahat juga agak tidak tepat. Sebenarnya Tanaka memasuki beberapa toko untuk mengambil beberapa barang yang sekiranya diperlukan.
Raket, handphone, perkakas dan buah. Secara singkat itulah barang yang diambil Tanaka untuk diletakkan di kamarnya.
Untuk raket dan buah, dia membawa lebih untuk tetangganya, Yuki. Tanaka adalah orang yang bisa dibilang perhatian.
Kini Tanaka tiba di daerah yang mulai didominasi oleh toko. Di depannya ada sebuah truk yang masih ada dalam kondisi bagus. Bahkan kuncinya masih ada di dalam sana.
Untuk menyalakannya, Tanaka hanya butuh bahan bakar dan mungkin baterai pengganti. Asumsi Tanaka, baterainya mungkin sudah mati karena kepanasan. Namun, sebenarnya baterainya masih tersisa seperlima dari kondisi awal.
Ada banyak toko yang dilewati Tanaka. Tempat itu bagaimanapun adalah wilayah untuk belanja yang mana merupakan satu alasan lain kenapa lalu lintas lebih ramai.
"… Tapi tetap saja ini aneh! Kenapa aku yang dulunya sangat lemah kini tiba-tiba menjadi super kuat!"
Tanaka mencoba untuk merasa penasaran lagi. Namun, kembali ke kebiasaannya, dia tidak bisa mengungkap apapun semenjak tidak ada petunjuk yang jelas kecuali kata 'bless' yang dia baca di suatu blog.
Tanaka hanya bisa menerima kekuatan misterius itu tanpa tahu apa konsekuensi dan apa bayarannya. Yang terpenting baginya saat ini adalah menyusun rencana untuk bertahan hidup.
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian Tanaka.
Toko yang berada di daerah perbelanjaan. Itu adalah tempat yang ramai akan zombie, tetapi jelas sangat sebanding harganya untuk dijelajahi. Ada banyak sekali hal yang bisa diambil Tanaka disana.
Selanjutnya adalah gym yang ada di jalan besar Selatan kosan. Itu adalah tempat yang dirasa Tanaka sangat cocok untuk dijadikan tempat berlatih. Di kosan, Tanaka hanya bisa melakukan latihan biasa yang mana sama sekali tidak membuatnya kelelahan.
Ada banyak gudang dan toko makanan. Ini yang menjadi perhatian Tanaka karena kebanyakan dari tempat itu sudah di acak-acak oleh zombie. Artinya sumber makanan saat ini hanya bisa dari toko yang tertutup atau yang berbentuk kemasan yang masih steril dari campur tangan zombie.
Depot material di pinggir jalanan yang sama dengan gym. Tempat itu direncanakan untuk menambah proteksi dari kosan yang mana bagi Tanaka masih terlalu mudah dijebol.
Ada juga kantor polisi di dekat hotel yang mana kemungkinan besar sudah kosong dan ditinggalkan. Tanaka sudah mengecek sebentar dan di dalamnya sudah kosong tanpa ada senjata sedikitpun. Hanya ada bekas peluru di tembok dan selongsongnya di tanah.
"Daerah sekolah ya..."
Tanaka memikirkan tempat yang ada di dekat daerah perbelanjaan. Sekolah X yang mana di dalamnya ada kurang lebih seribu zombie di dalamnya. Dia memikirkan soal kemungkinan adanya tempat itu terbuka.
Tempat itu sebenarnya bisa saja menjadi tempat yang bagus untuk membuat markas semenjak ada cukup banyak fitur dan lahan yang luas. Namun, upaya yang diperlukan untuk membuatnya menjadi seperti itu jelas bukanlah hal yang mudah.
Yang menjadi hal yang Tanaka syukuri adalah, keberadaan penjahat yang dikatakan oleh Yuki benar-benar tidak ada. Kemungkinan besar mayat yang dilewati oleh Tanaka tadi adalah para penjahat yang mati entah karena peluru atau menjadi satu dengan zombie.
"Itu agak melegakan,"
Tanaka menginjakkan kaki ke lantai atas. Kini dirinya sudah berada di depan pintu kamar tetangganya, Yuki.
Itu adalah malam hari atau lebih tepatnya petang karena cahaya matahari masih sedikit terlihat. Tanaka mengetuk pintu kamar Yuki.
"... Ini aku, tetanggamu Tanaka!"
Jelas Tanaka di depan pintu yang mana di baliknya ada orang atau tidak. Tanaka menunggu beberapa saat. Terpikir bahwa ada kemungkinan si Yuki sedang beristirahat, Tanaka hendak kembali ke kamarnya saja.
"Ah baik, maaf membuatmu menunggu!"
Tanaka menghentikan langkah majunya dan mundur dua langkah. Kini dia berada di depan pintu kamar Yuki lagi.
Pintu kamar terbuka. Terlihat seorang gadis berpipi agak tembam menunjukkan wajahnya dari sela pintu yang terbuka.
Bau yang khas yang mana terasa baru oleh Tanaka tercium. Entah kenapa Tanaka menyukai bau itu.
"Ini, aku ada beberapa barang untukmu. Aku mengambilnya saat tadi sedang jogging. Kuharap kau menyukainya!"
Tanaka berkata sambil menodongkan tas plastik dan raket di tangannya.
"Ah, sungguh repot-repot sekali. Aku akan menerimanya dengan senang hati. Terima kasih, Tanaka-san!"
Yuki berkata sambil menerima benda yang ditodongkan Tanaka.
"Ngomong-ngomong, jika kau kehabisan mie atau makanan, tinggal ke kamarku saja. Kau bisa mengambil persediaan milikku!"
Tanaka memberitahu Yuki. Yuki agak terkejut mendengarnya.
Tangan Yuki ke belakang. Dia kini bergerak-gerik seperti gadis pemalu.
"Anu, aku sangat berterima kasih akan itu Tanaka-san. Kau sangat baik hati!"
Tanaka yang mendengarnya merasa sangat ringan. Dia sebelumnya jarang mendapat pujian, entah dari kenalan, teman atau bahkan rekan kerja. Ini adalah hal yang membuat Tanaka merasa stress di tubuhnya menghilang untuk sesaat.
"Hehe, terima kasih!"
Begitulah interaksi antara seorang gadis kesepian Yuki dengan pria hikikomori Tanaka. Keduanya merasa seperti melakukan hal itu untuk pertama kali setelah sekian lama.
Tanaka hanya membalas senyum dan Yuki juga mengikutinya. Beberapa saat mereka berdiam dengan senyuman konstan mereka.
Tanaka yang merasa menganggu waktu tidur Yuki kini berinisiatif untuk mengakhiri interaksi mereka.
"Yah, sekarang sudah malam. Kurasa kita akan kembali ke tempat kita masing-masing,"
Tanaka memulai.
"Ya, terima kasih atas barangnya!"
Yuki membalas dengan ucapan terima kasih lagi.
"Yup, aku kembali dulu. Bye!"
Tanaka lalu beranjak dari depan pintu kamar Yuki. Secara perlahan Yuki menutup pintu kamarnya sambil sedikit tersenyum terhadap Tanaka di sela waktu sebelum pintu tertutup sepenuhnya.
Kini Tanaka berada di dalam kamarnya. Sendirian di ruangan yang gelap dengan cahaya yang secara samar muncul dari penerangan jalan yang ada di luar jendela.
"Beruntungnya listrik masih berfungsi,"
ucap syukur Tanaka melihat hal itu. Tanpa listrik, dirinya tentu akan bingung akan cara untuk mendapat informasi. Alat elektronik juga jelas tidak bisa berfungsi dan Tanaka akan menghabiskan waktu hanya dengan diam di kamar.
"Karena listriklah, aku bisa melihat DVD ini!"
Tanaka mengeluarkan sebuah kaset DVD dari tas plastiknya. Itu adalah benda yang mana tidak boleh ditunjukkan di depan seorang anak kecil.
Kaset DVD yang berisi video porno.
Tanaka melakukan kegaitan malamnya. Kegiatan privat seorang hikikomori di dalam ruangan yang minim cahaya.
...
...
"Hei, bukankah ini masih jam tiga pagi?"
Gumam tanya seorang pria hikikomori yang baru saja terbangun dari tidurnya. Dia melihat ponsel dengan cahaya redupnya dan memang benar adanya bahwa dia terbangun jam tiga pagi.
Terbangun sangat awal untuk seseorang yang tidak tidur selama tiga hari.
"Aku hanya tidur selama tiga jam!"
Tanaka menyeru sedikit. Dia merasa aneh semenjak normalnya dia butuh tidur selama enam jam dan ditambah dia sudah begadang selama tiga hari. Artinya dia butuh sekitar seharain untuk beristirahat.
"Dan anehnya aku merasa sangat bugar!"
Seru Tanaka agak lirih saat dia mencoba menggerakkan badannya.
"Dimana rasa lelahku saat bagun tidur?"
Tanaka bertanya di dalam kepalanya. Dua kali mata Tanaka berkedip.
"Dimana perasaan seperti akan mati sesaat setelah aku menapakkan kaki?"
Tanaka bertanya di dalam kepalanya sambil dia menapakkan kaki ke lantai. Empat kali mata Tanaka berkedip.
"Dimana perasaan muak akan kehidupan yang begini sa... Oh, masih ada,"
pikir lalu ucap Tanaka. Dirinya kini sudah sepenuhnya yakin sadar.
Tanaka bagun pagi sekali. Ini adalah hal yang ada di luar rencana.
Tanaka awalnya berencana untuk mengambil banyak makanan dari supermarket setelah bangun tidur. Dirinya juga berniat untuk mengambil truk yang kelihatannya masih berfungsi.
Namun, semenjak dia terbangun terlalu awal, dia menjadi bingung apakah akan melakukannya atau tidak.
"Ini dingin, tapi aku tidak merasa kedinginan,"
lirih ucap Tanaka. Hawa dingin memang hal yang normal di waktu seperti itu.
Tiba-tiba Tanaka kepikiran akan sesuatu. Itu adalah ide untuk mencoba gym yang mana dia temui kemarin.
Tempat itu secara sekilas kosong. Namun, Tanaka tahu bahwa masih ada kemungkinan bahwa zombie menetap disana.
"Kenapa diluar terasa sangat nyaman?"
Tanaka keluar dari gerbang kosan. Dia merasa sangat nyaman berada di luar entah karena alasan apa.
"Apakah mungkin karena polusi yang berkurang?"
Pikir Tanaka mencoba menebak. Hanya itulah hal yang sekiranya bisa menjadi penjelasan kenapa tiap kali Tanaka bernapas, dia merasa lebih baik.
...
Tanaka tiba di gym. Disana dia melihat ada sebuah lubang besar di sisi samping tembok. Lubang itu setidaknya setinggi dua setengah meter dengan diameter sekitar dua meter.
"Aku yakin ada mutan di sekitar sini!"
Tanaka mengatakan. Dia belum pernah melihat sebuah tembok yang terlubangi dengan besar begitu saja. Tanah di sekitarnya juga tidak rusak, yang artinya itu bukan karena leadakan.
Satu-satunya kemungkinan yang bisa terjadi adalah mutan atau kemungkinan tak dikehtaui lainnya.
Di dalam gym, ada cukup banyak mayat zombie dan potongan tubuh manusia. Kemungkinan besar ada sebuah grup yang tinggal disini dan bertarung dengan mereka.
"Yah, ini sih benar-benar butuh untuk dibersihkan!"
Ucap Tanaka menanggapi pemandangan gore di hadapannya. Jumlahnya kurang lebih sama dengan yang kemarin dibantai oleh Tanaka di kosan.
Tanaka mulai membersihkannya dan merapihkan beberapa barang.
...
...
"Ini benar-benar sudah bersih sekarang!"
Setelah beberapa waktu, Tanaka selesai membersihkannya. Walau tidak sangat bersih, tempat itu setidaknya jauh lebih baik dibanding beberapa saat yang lalu.
Mayat zombie dikeluarkan dan ditumpuk di samping gym, di sela gang antara bangunan lainnya.
Itu adalah pukul 04:21 pagi. Tanaka mencoba memilih alat gym untuknya berlatih.
"Sekarang, aku pilih yang mana?"
Tanaka bingung memilih. Disana terdapat treadmill, ABS crunch machine, static bicyle, cable machine dan barbel. Pilihan yang cukup banyak untuk pemula seperti Tanaka.
Setelah beberapa saat memilih, Tanaka memutuskan untuk pemanasan saja dahulu seperti yang dia lakukan kemarin. Dia juga mencoba beberapa alat seperti cable machine yang digunakan untuk mengukur beban yang bisa dia angkat.
Written by: Hikari_Nufisa
Lima ratus kilogram adalah beban maksimal yang bisa diangkat oleh Tanaka berdasar alat itu.
Tanaka berlatih dengan alat lain dan lainnya lagi.
Pukul 06:30 pagi, Tanaka beristirahat dan bersantai sebentar di depan gym. Dia menyusun task schedule untuk barang-barang yang dia perlukan.
Pertama adalah fridge. Tanaka butuh benda itu untuk menyimpan makanan di kosan. Dia akan mengunjungi toko peralatan elektronik di daerah perbelanjaan setelah ini.
Dengan kekuatannya saat ini, Tanaka yakin bisa menggotong fridge itu ke kosan. Setidaknya berat fridge tidak lebih dari seratus kilogram.
Setelah mengambil fridge, Tanaka akan mencoba untuk membawa banyak makanan dari minimarket dan toko lain. Ini merupakan kebutuhan pokok untuk manusia bisa bertahan hidup selain tempat tinggal dan perlatan untuk bertahan hidup.
"Yosh, mari lakukan!"
Tanaka beranjak dari posisi bersandarnya. Dia menuju ke tempat berbelanja.
...
...
Seseorang sedang mendorong gerobak. Seperti biasa, itu adalah Tanaka yang mana melewati kawanan zombie seolah tidak ada seseuatu yang terjadi.
Pria hikikomori tersebut menemukan gerobak di dekat pasar. Gerobak yang biasanya digunakan oleh seorang pengantar untuk membawa barang ke daerah toko yagn sempit yang mana tidak bisa dilewati truk.
Gerobak yang didorong sudah memiliki beberapa isian. Yang paling utama adalah sebuah fridge besar. Sisa ruang digunakan Tanaka untuk membawa barang lain seperti part komputer, pemanas air, perlengkapan las dan pembersih ruangan elektronik.
Semua benda itu diambil oleh Tanaka untuk kepentingan perkakas penting di kosan.
"Ini benar-benar keberuntungan!"
Ucap Tanaka menanggapi kejadian saat dia menemukan gerobak ini. Dia tidak menyangka bisa membawa lebih banyak barang. Kini dirinya sudah tidak membutuhkan benda seamcam keranjang berisik lagi.
Tanaka terus berjalan membawa gerobak dengan menghindari rintangan semacam mobil rusak di jalanan. Dia kini tiba di dekat daerah kosannya.
"Oh, itu kau Tanaka-san. Kukira kau kemana, ternyata… Wao!"
Yuki tiba-tiba berdiri di depan gerbang kosan. Tanaka agak kaget, tetapi dia menyadari siapa 'itu' dengan cepat.
"Yo Yuki, aku membawa beberapa barang!"
Ucap Tanaka. Dia kemudian masuk ke dalam kosan dengan Yuki yang seperti sedang menyambutnya.
"Tanaka-san, bukankah ini lemari pendingin yang besar... Dan ini, peralatan komputer yang aku tidak tahu bagaimana merakitnya… Dan ini adalah vacuum cleaner!"
Yuki melihat satu persatu barang yang dibawa oleh Tanaka. Dia penasaran karena itu adalah kali pertamanya dia melihat seseorang membawa barang elektronik sebanyak itu untuk dimilikinya.
Singkatnya, Yuki juga ingin bagian. Namun, dia mencoba untuk menahan permintaan tidak masuk akalnya terhadap Tanaka yang dikiranya berjuang keras untuk mendapatkan benda-benda itu.
"Shhh, tenanglah. Para zombie akan mendengarmu nanti!"
"Ah, maaf!"
Tanaka menanggapi Yuki yang mana mengeraskan suaranya di kalimat terakhir. Tanaka sendiri merasa senang bahwa barang yang dia bawa bisa membuat tetangganya senang.
Mereka berdua lalu memindahkan barang dan membaginya sesuai kebutuhan. Tanaka yang jelas harus mendapat fridge besar itu dan peralatan las. Sisanya bisa diambil oleh Yuki.
Mereka berdua bercanda untuk beberapa saat dengan peralatan yang didapat. Tanaka terpikir akan sesuatu di benaknya.
Itu adalah kamp.
Kamp merupakan suatu kelompok survivor yang mana menetap di suatu daerah dalam jangka waktu yang lama. Kamp merupakan langkah awal bagi para survivor untuk membentuk kembali peradaban manusia.
"... Hei Yuki,"
Tanaka memanggil.
"Iya?"
Yuki menoleh dan menjawab panggilan.
"Apakah kau mau membuat kamp bersamaku?"
Tanaka meminta suatu hal. Itu adalah hal yang menjadi pikiran Tanaka sedari tadi.
Yuki terkejut mendengarnya. Membuat kamp artinya sama saja dengan menyatukan mereka berdua. Akan ada peraturan baru dan banyak hal baru yang harus dilakukan.
"Tentu saja,"
jawab Yuki dengan senang.
Sebenarnya Yuki sendiri ingin mencoba untuk bertahan hidup sendiri karena takut untuk menjadi bagain dari suatu kelompok. Namun, jika orangnya seperti Tanaka, Yuki lebih memilih untuk meng-iyakan pilihan tersebut.
"Baguslah kalau begitu. Kita sudah memiliki tempat tinggal, persediaan makanan dan anggota. Menurutmu apa nama kamp kita?"
"Ummm... Apakah 'Nebula' adalah kata yang bagus?"
Yuki terpikir soal sesuatu yang keren menurutnya. Nebula atau kumpulan debu-gas di angkasa. Mereka bersatu menjadi besar dan terkadang membentuk sesuatu yang indah. Itulah yang dipikirkan Yuki, kamp yang merupakan sesuatu yang terdiri dari pecahan-pecahan harapan yang membentuk sesuatu yang indah.
"Hey, itu sangat bagus. Aku bahkan tidak terpikirkan hal semacam itu,"
Tanaka membalas. Yuki senang mendengar balasan Tanaka.
"Ngomong-ngomong, kita tambahkan 'Fire' di depannya, oke. Agar terdengar lebih keren!"
Tanaka menambahkan. Yuki yang mendengarnay menjadi agak bingung. Baginya, Nebula ditambah dengan api itu agak aneh. Namun, karena itu adalah ucapan Tanaka, dia mencoba untuk menerimanya saja.
"Oke, itu terdengar keren. Berarti Kamp kita bernama 'Fire-Nebula Camp', kan?"
"Nice. Itu bagus!"
Dengan begitu, Fire-Nebula Camp sudah berdiri dengan anggota dua orang. Sebenarnya ada beberapa hal yang kurang untuk Fire-Nebula Camp ini disebut kamp resmi.
Pertama adalah pengakuan dari kamp lain. Kedua adalah keahlian dari kamp tersebut. Ketiga adalah wilayah.
Namun, Tanaka dan Yuki tidak mempedulikan hal semacam itu. Tujuan mereka membuat kamp hanyalah untuk bertahan hidup dan terus bertahan hidup.
Itu juga bukanlah hal yang dilarang untuk menyebut kelompok itu sebagai kamp.
============================================================